Gelegar Piala Dunia resmi dibuka Jumat (13/5) dini hari. Gelaran sepak bola dunia ini akan menjadi kendala kampanye Pilpres. Efektivitas kampanye pun diprediksi turun hingga 60 persen. Lantas, bagaimanakah pengaruh gelaran Piala Dunia itu terhadap jalannya pesta demokrasi di Indonesia yang kini tengah dilangsungkan?
JAKARTA- Direktur Eksekutif Political Communication Institute (PolCom), Heri Budianto, menilai euforia Piala Dunia bakal menurunkan efektivitas kampanye. “Piala Dunia akan memecah konsentrasi kampanye Pilpres. Menurut saya memang perhelatan Piala Dunia akan menyedot perhatian publik di Indonesia.
Para penggila bola di Indonesia jumahnya sangat banyak dan mereka memiliki fanatisme sendiri-sendiri. Bisa 50-60 persen (penurunan efektivitas kampanye),” kata Budi, kemarin.
Menurut dia, para pemilih pemula antara umur 18 tahun-30 tahun sebagian besar merupakan penyuka sepak bola dibandingkan dengan perpolitikan dalam negeri.
Hal ini akan lebih sulit mengarahkan mereka dalam kampanye Pilpres 2014.
Heri menyatakan, tim pemenangan kedua kandidat Pilpres 2014 benar-benar harus bekerja ekstra keras.
Sebab, waktu mereka begitu sempit untuk meyakinkan dan memantapkan para pemilih muda dan pemilih pemula yang jumlahnya tidak sedikit.
“Sebenarnya kelompok ini (pemilih pemula) tidak begitu suka membicarakan politik, namun situasi Pilpres yang menghadapkan Prabowo dan Jokowi memang mampu sejenak menyedot perhatian mereka. Perhatian mereka akan beralih lagi dan tidak tertarik mengikuti informasi politik,” paparnya.
Apalagi, katanya, kedua kubu terus melancarkan saling serang dengan memuntahkan kampanye hitam (black campaign). Tindakan ini akan semakin membuat masyarakat tidak tertarik dan beralih ke gelaran Piala Dunia.
“Black campaign akan menjauhkan pemilih muda dan pemilih pemula dari dunia politik. Mereka akan malas mengikuti kampanye. Mereka akan lebih tertarik pada Piala Dunia,” ucapnya.
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro memperkirakan penyelenggaraan Piala Dunia mulai 13 Juni akan menurunkan efektivitas kampanye Pilpres 2014.
“Saya memperkirakan perhatian masyarakat akan terpecah karena ada Piala Dunia sehingga efektivitas kampanye pemilu presiden bisa menurun hingga sekitar 60 persen,” kata Siti Zuhro di Jakarta, Kamis (12/6).
Berdasarkan jadwal yang ditetapkan KPU, kampanye pemilu presiden pada 4 Juni hingga 5 Juli, sedangkan penyelenggaraan Piada Dunia yang disiarkan dua stasiun televisi swasta di Indonesia pada 13 Juni hingga 14 Juli 2014.
Menurut Siti Zuhro, cukup banyak masyarakat Indonesia yang menyukai siaran langsung Piala Dunia terutama generasi muda, sehingga perhatiannya akan menjadi terpecah antara mengikuti perkembangan Piala Dunia dan mengikuti kampanye pemilu presiden. “Sedangkan kaum perempuan yang tidak menyukai sepak bola masih akan tetap mengikuti perkembangan pemilu presiden,” katanya.
Siti Zuhro melihat ada dampak positif dan negatif dari penyelenggaraan Piala Dunia yang bersamaan dengan penyelenggaraan kampanye pemilu presiden. Dia menjelaskan, dampak positif penyelenggaran Piala Dunia yang menyita perhatian sebagai masyarakat akan menurunkan kemungkinan dukungan yang semakin memanas terhadap kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Kemudian dampak negatifnya, kata dia, kampanye pemilu presiden menjadi kurang efektif karena perhatian masyarakat terpecah pada penyelenggaraan Piala Dunia.
“Hal lainnya yang dapat menurunkan ketegangan pada saat pemberian hak suara pemilu presiden yakni bertepatan dengan bulan Ramadan, di mana umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa,” katanya.
Siti Zuhro optimistis, penyelenggaraan pemilu presiden 2014 dapat berjalan lancar karena bersamaan dengan penyelenggaraan Piala Dunia dan Ramadan.
Pendapat senada juga disampaikan pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago. Pangi menilai, gelaran Piala Dunia dapat mengurangi ketegangan dan panasnya peta persaingan pilpres. “Sudah pasti (berdampak pada kampanye). Bahkan konsentrasi publik akan lebih banyak pada Piala Dunia. Ini sebenarnya bagus untuk mengurangi ketegangan atau panasnya cuaca politik makin ke ujung,” kata Pangi.
Menurutnya, dengan adanya gelaran Piala Dunia tersebut dapat meredam benturan dan gesekan yang terjadi dalam proses kampanye Pilpres. “Pilpres 2014 menurut saya tingkat partisipasi publik tinggi. Sebenarnya kalau tingkat partisipasi terlalu tinggi nggak bagus juga, menyebabkan emosional yang tinggi bahkan berakhir dengan bentrok fisik,” ujarnya.
Tim pemenangan pasangan capres/cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Poempida Hidayatulloh juga berpendapat senada. Menurutnya, masyarakat akan lebih memilih membahas pertandingan bola ketimbang mengikuti perkembangan politik dalam negeri.
“Yang namanya penonton bola nggak akan fokus dalam konteks kampanye. Bahkan akan terjadi antiklimaks. Orang-orang kan maunya nonton bola dan bicaranya pun akan seputaran masalah bola, bukan mengenai Pilpres,” jelasnya.
Poempida mengingatkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mewaspadai agar gelaran Piala Dunia tidak dimanfaatkan kubu Prabowo-Hatta. Sebab, katanya, hak siar Piala Dunia dimiliki oleh TVOne dan ANTV, yang notabene milik Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, partai koalisi Merah Putih yang mengusung Prabowo-Hatta.
“Kalau kita diberi ruang untuk iklan (Jokowi-JK) tidak ada masalah. Kita minta KPI untuk adil, jangan nanti dalam penayangan Piala Dunia iklannya mereka semua (Prabowo-Hatta),” ungkapnya.
Untuk itu, Poempida berharap KPI memantau kampanye di tengah-tengah euforia Piala Dunia. “KPI akan kita minta menilai. Kalau kemudian nanti tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, tentukan agar bisa ditetapkan suatu sanksi,” kata Poempida.
Lalu, bagaimana strategi yang akan dilakukan? Anggota Komisi IX DPR RI ini mengaku bakal menggunakan strategi pendekatan langsung ke masyarakat guna menyiasati euforia Piala Dunia tersebut. Menurutnya peluang kampanye ada di daerah-daerah terpencil yang dinilai euforianya tidak se-booming di daerah perkotaan.
“Ya tetap saja melanjutkan strategi tatap muka dan mobilisasi relawan. Seperti yang dilakukan sekarang. Jadi tetap on the track. Sudah tidak bisa serangan udara, langsung ke akar rumput (grass root). Di daerah kan tidak banyak, tidak semuanya tahu Piala Dunia, jadi relawan hurus fokus ke daerah,” bebernya.
Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardiman, mengaku sulit memaksimalkan kampanye yang bertepatan dengan Piala Dunia dan bulan puasa. Bahkan dia mengaku jika partisipasi masyarakat akan menurun. “Iya euforia sepak bola dan bertepatan dengan bulan puasa, akan menyebabkan jumlah pemilih menurun,” katanya.
Kendati demikian, Suhardiman menyatakan jika tim pemenangan Prabowo-Hatta akan berusaha agar massa mengambang (swing voters) dapat digiring dan memilih pasangan capres/cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa meski tidak mudah. “Kita akan tetap mendorong partisipasi masyarakat untuk tetap tinggi,” tegasnya.
Farid Rahman, mantan Wakil Ketua PSSI, mengingatkan adanya kekhawatiran bila siaran Piala Dunia 2014 yang disiarkan oleh TVOne dan ANTV akan dijadikan ajang kampanye. “Kalau dipakai sebagai ajang kampanye, maka melanggar Statuta FIFA tentang antidiskiriminasi dan rasisme,” kata dia.
Dalam Statuta FIFA 2011 tentang antidiskriminasi dan rasisme disebutkan bahwa FIFA melarang diskriminasi apapun terhadap negara, orang atau kelompok berdasarkan etnis, jenis kelamin, agama, politik atau lainnya. Bila kampanye ini dilakukan, PSSI atau klub yang berada di bawah naungan PSSI bisa mengirim surat protes kepada FIFA untuk menindaklanjutinya.
Keinginan siaran Piala Dunia 2014 bebas dari kepentingan politik juga disuarakan oleh M Farhan. Direktur PT Persib Bandung Bermartabat ini mencontohkan Titik Prabowo yang menjadi presenter pada siaran Piala Dunia 2006 yang disiarkan oleh SCTV. Saat itu Titik adalah komisaris SCTV. “Sah-sah saja dia menjadi presenter. Tapi apakah tidak ada orang lain? Akibatnya Titik dikritik habis-habisan,” kata Farhan.
Begitu pula saat pemilu lalu. Wiranto dan Hary Tanoesudibyo ini menyisipkan Kuis Kebangsaan saat siaran langsung Indonesia Super League (ISL) di RCTI. Hary adalah pemilik RCTI. “Saat siaran bola, ratingnya tinggi. Tapi begitu jeda dan diisi kuis, langsung anjlok.”
Farhan pun berharap tayangan Piala Dunia 2014 tidak disisipi dengan kampanye. “Kalau ada calon presiden atau wakil presiden yang menjadi komentator Piala Dunia, saya justru kasihan. Dia akan di-bully habis-habisan di media sosial,” tambah Farhan.
Sebelum hingar-bingar itu berlangsung, Shefti Lailatul Latiefah, seorang pecinta sepakbola mengungkapkan kegundahannya. Bagi Shefti, juga jutaan penggemar bola di dunia, Piala Dunia harus bebas dari aroma kepentingan politik. Pada Sabtu (7/6) lalu, Shefti mengirim surat terbuka kepada Presiden FIFA Joseph S Battler dan ia sebarkan salinannya di media sosial untuk menjaring dukungan. (bbs/val)