26 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Ada 4 Kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia, Gejalanya Badan Pegal

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kasus Covid-19 di sejumlah negara kembali naik, salah satunya Indonesia. Catatan Satgas Covid-19, kasus aktif naik 30 persen. Rupanya subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 telah terdeteksi di Indonesia. Subvarian tersebut diketahui memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif. Varian itu merupakan subvarian dari varian sebelumnya.

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan ada 4 kasus subvarian baru BA.4 dan BA.5 pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022. Empat 4 kasus itu terdiri dari 1 orang positif BA.4 seorang WNI dengan kondisi klinis tidak bergejalan

serta vaksinasi sudah dua kali.

Sisanya 3 orang kasus positif BA.5. Mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan the Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23 sampai 28 Mei.

Bagaimana Gejalanya? Kondisi klinis 3 orang itu antara lain dua orang tidak bergejala dan 1 orang gejala ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal. Mereka rata-rata sudah vaksin Booster bahkan sampai ada yang 4 kali divaksin Covid-19.

“Di tingkat global secara epidemiologi subvarian BA.4 sudah dilaporkan sebanyak 6.903 sekuens melalui GISAID,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH secara resmi baru-baru ini.

Laporan tersebut berasal dari 58 negara dan ada 5 negara dengan laporan BA.4 terbanyak, antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel. Sedangkan BA.5 sudah dilaporkan sebanyak 8.687 sekuens dari 63 negara. Ada 5 negara dengan laporan sekuens terbanyak yaitu Amerika, Portugal, Jerman, Inggris, dan Afrika Selatan.

Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 memiliki mutasi gen L452 seperti yang dimiliki varian Delta- varian Covid-19 yang sejauh ini diketahui infeksinya menyebabkan gejala terberat. “L452 ini seperti Delta, membuat keduanya terutama Omicron BA.5 mudah sekali menginfeksi orang,” kata Dicky Budiman, dalam keterangan yang dibagikannya, Sabtu (11/6).

Mereka yang terinfeksi bukan hanya yang belum pernah divaksin, tapi juga yang sudah divaksinasi hingga dosis lengkap. Ini karena mutasi yang dimilikinya membuat Omicron BA.4 dan BA.5 bisa tak terdeteksi antibodi tubuh bentukan vaksin maupun infeksi alami sebelumnya. “Bahkan orang yang sudah terinfeksi oleh Omicron BA.1, BA.2 dan BA.3 masih bisa terinfeksi lagi oleh BA.4 atau BA.5 ini,” kata Dicky sambil menerangkan “Dengan mutasi gen L425 ini, ia mudah terikat di reseptor ACE2 di banyak sel dalam tubuh dan organ manusia khususnya sel paru.”

Menurut Dicky, meski tanpa gejala atau gejalanya ringan saja, laju pertumbuhan jumlah kasus subvarian Omicron yang terbaru ini berada di kisaran 12-13 persen. Dia khawatir kalau tidak ada upaya yang memadai, misalnya tingkat vaksinasi buruk dan PPKM sudah dicabut, jumlah kasusnya di Indonesia diprediksinya bisa dominan dalam dua minggu ke depan. “Bisa menyebabkan peningkatan atau gelombang baru. Masker menjadi penting, juga PPKM level 1 setidaknya masih penting untuk meredam ini,” tandasnya. (jpc/tmp)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kasus Covid-19 di sejumlah negara kembali naik, salah satunya Indonesia. Catatan Satgas Covid-19, kasus aktif naik 30 persen. Rupanya subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 telah terdeteksi di Indonesia. Subvarian tersebut diketahui memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif. Varian itu merupakan subvarian dari varian sebelumnya.

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan ada 4 kasus subvarian baru BA.4 dan BA.5 pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022. Empat 4 kasus itu terdiri dari 1 orang positif BA.4 seorang WNI dengan kondisi klinis tidak bergejalan

serta vaksinasi sudah dua kali.

Sisanya 3 orang kasus positif BA.5. Mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan the Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23 sampai 28 Mei.

Bagaimana Gejalanya? Kondisi klinis 3 orang itu antara lain dua orang tidak bergejala dan 1 orang gejala ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal. Mereka rata-rata sudah vaksin Booster bahkan sampai ada yang 4 kali divaksin Covid-19.

“Di tingkat global secara epidemiologi subvarian BA.4 sudah dilaporkan sebanyak 6.903 sekuens melalui GISAID,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH secara resmi baru-baru ini.

Laporan tersebut berasal dari 58 negara dan ada 5 negara dengan laporan BA.4 terbanyak, antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel. Sedangkan BA.5 sudah dilaporkan sebanyak 8.687 sekuens dari 63 negara. Ada 5 negara dengan laporan sekuens terbanyak yaitu Amerika, Portugal, Jerman, Inggris, dan Afrika Selatan.

Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 memiliki mutasi gen L452 seperti yang dimiliki varian Delta- varian Covid-19 yang sejauh ini diketahui infeksinya menyebabkan gejala terberat. “L452 ini seperti Delta, membuat keduanya terutama Omicron BA.5 mudah sekali menginfeksi orang,” kata Dicky Budiman, dalam keterangan yang dibagikannya, Sabtu (11/6).

Mereka yang terinfeksi bukan hanya yang belum pernah divaksin, tapi juga yang sudah divaksinasi hingga dosis lengkap. Ini karena mutasi yang dimilikinya membuat Omicron BA.4 dan BA.5 bisa tak terdeteksi antibodi tubuh bentukan vaksin maupun infeksi alami sebelumnya. “Bahkan orang yang sudah terinfeksi oleh Omicron BA.1, BA.2 dan BA.3 masih bisa terinfeksi lagi oleh BA.4 atau BA.5 ini,” kata Dicky sambil menerangkan “Dengan mutasi gen L425 ini, ia mudah terikat di reseptor ACE2 di banyak sel dalam tubuh dan organ manusia khususnya sel paru.”

Menurut Dicky, meski tanpa gejala atau gejalanya ringan saja, laju pertumbuhan jumlah kasus subvarian Omicron yang terbaru ini berada di kisaran 12-13 persen. Dia khawatir kalau tidak ada upaya yang memadai, misalnya tingkat vaksinasi buruk dan PPKM sudah dicabut, jumlah kasusnya di Indonesia diprediksinya bisa dominan dalam dua minggu ke depan. “Bisa menyebabkan peningkatan atau gelombang baru. Masker menjadi penting, juga PPKM level 1 setidaknya masih penting untuk meredam ini,” tandasnya. (jpc/tmp)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru