SUMUTPOS.CO – Gunung Merapi kembali ’’batuk”. Tapi, otoritas terkait memastikan bahwa penerbangan dari dan ke Jogjakarta serta Jawa Tengah tetap berjalan normal.
’’Kami telah memiliki sistem pemantauan, yaitu Integrated Web Based Aeronautical Information System Handling (I-Wish). Ini suatu media koordinasi dengan stakeholder terkait,’’ kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto Rahardjo di Jakarta, Kamis (13/2).
Merapi yang wilayahnya berada di Jogjakarta dan Jawa Tengah itu kembali mengalami peningkatan aktivitas kemarin pagi. Aktivitas diwarnai dengan semburan material vulkanis yang membentuk kolom abu dengan ketinggian hingga 2.000 meter.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan, maksimal lontaran material sekitar 1.000 meter. Aktivitas lontaran keluar terdeteksi pada pukul 05.00 WIB.
Kepala BPPTKG-PVMBG Hanik Humaida mengungkapkan, pola gerakan angin berembus ke arah barat laut sehingga masyarakat yang berada di wilayah barat dan selatan Merapi patut waspada. Erupsi tersebut berlangsung selama 150 detik.
’’Hujan abu sempat terjadi dalam radius 10 kilometer arah selatan. Misalnya, di wilayah Desa Hargobinangun, Glagahrejo, dan Kepuharjo di Sleman,” katanya.
Hanik menambahkan, aktivitas Merapi itu merupakan lanjutan aktivitas yang dipantau sejak akhir 2019. Pada periode September hingga November tahun lalu, sempat terjadi letusan eksplosif. Pasca-erupsi kemarin, data observasi menunjukkan bahwa ada aktivitas lanjutan intrusi magma menuju ke permukaan.
Ancaman bahaya letusan itu berupa lontaran material vulkanis dan awan panas dengan jangkauan kurang lebih 3 kilometer. ’’Ini yang bersumber dari bongkaran material kubah lava,’’ ujarnya.
Dia menambahkan, dari data-data yang terpantau, tidak ada yang mengalami kenaikan secara signifikan. ’’Jadi, masyarakat tidak perlu panik, ini adalah karakter Merapi yang sekarang,’’ katanya.
Menurut Hanik, sejauh ini pun, dalam material yang terlontar atau dikeluarkan dari erupsi tidak ada awan panas. Hanya gas dan abu vulkanis. Penyebabnya adalah akumulasi gas yang berada di kantong magma Merapi. ’’Dampaknya hanya hujan abu tipis, sebarannya sampai 10 kilometeran,’’ katanya mengira-ngira.
Berketinggian 2.930 mdpl (meter di atas permukaan laut), Merapi dikenal sebagai salah satu gunung paling aktif di Indonesia. Lereng sisi selatan gunung itu berada di wilayah Sleman, Jogjakarta. Sisanya terbagi ke tiga kabupaten di Jawa Tengah: Magelang (sisi barat), Boyolali (utara dan timur), serta Klaten (tenggara).
Sementara itu, Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah III Surabaya Nafhan Syahroni juga memastikan, erupsi Merapi kemarin tidak berdampak terhadap penerbangan di Bandar Udara Internasional Adisutjipto, Jogjakara, dan Bandar Udara Internasional Yogyakarta (YIA). (tau/lyn/wia/c7/ttg)