JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hacker Bjorka seolah tak pernah gentar menyerang pemerintah Indonesia dengan berbagai peretasan yang dilakukannya. Ia juga membocorkan sederet data baik data pribadi maupun dokumen negara.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengatakan, hacker Bjorka masih dalam perburuan mereka. Begitu pula dalam hal identitasnya. “Bjorka di medsos itukan siapa, orang sesungguhnya (atau bukan)n
itu ciri ruang pribadi (di medsos memakai) nama samaran. Untuk mendapatkannya, butuh waktu dan koordinasi,” ujar Kepala BSSN Hinsa Siburian, di kantornya, Depok, Selasa (13/9).
Pihaknya mengaku berkoordinasi dengan tim Cyber Crime Badan Reserse Kriminal Polri untuk menelusuri hacker ini. “Karena ini memakai forensik,” lanjutnya.
“Yang paling utama itu dan tentu kira-kira mencoba (mengetahui) apa tujuannya dia menyebarkan data-data yang sudah kita ketahui semua,” kata Hinsa.
Jadi sudah diketahui atau belum identitas Bjorka? “Kita masih telusuri,” jawab Hinsa.
Hinsa mengakui, ada data valid yang diretas oleh hacker Bjorka yang menyasar sejumlah situs pemerintah. Meski demikian, menurut dia, ada juga data yang tidak valid dalam peretasan tersebut. “Saya tidak katakan semuanya tidak valid, tapi ada juga yang valid,” katanya.
Hinsa mengatakan, temuan mengenai validitas data yang dibocorkan Bjorka telah melalui rangkaian uji forensik digital oleh BSSN. “Setelah ditelisik ini ada juga datanya berulang (data umum),” ujar Hinsa.
Ia juga menyatakan, pemerintah tidak merasa kehilangan data vital. Kalaupun begitu, stakeholder terkait tetap mengevaluasi atas peretasan yang dilakukan Bjorka.
Di sisi lain, terkait peristiwa pencurian data tersebut, BSSN kini menelusuri latar belakang Bjorka melalui koordinasi dengan Bareskrim Polri. “Sedang kita telusuri ya,” ucap dia.
Peretasan yang menyasar sejumlah instansi dan pejabat negara tengah menjadi sorotan dengan aksi hacker yang menggunakan identitas Bjorka di dunia maya. Hingga kini, Bjorka diduga telah meretas data pelanggan Indihome, data registrasi SIM Card, data KPU RI, dan sejumlah dokumen surat menyurat milik Presiden Joko Widodo, termasuk surat yang dikirim oleh Badan Intelijen Negara (BIN).
Menanggapi serangkaian aksi peretasan oleh Bjorka selama beberapa waktu terakhir, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate menyebut, pihaknya telah melaksanakan rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ratas juga dihadiri Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, serta Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian.
Dalam kesempatan itu, Johnny memastikan, data-data yang dibocorkan oleh Bjorka tersebut merupakan data umum. Hal tersebut diketahui setelah ditelaah.
Diketahui, Johnny pun terkena doxing hacker Bjorka. Nomor HP dan data dirinya yang sensitif tersebar pada Sabtu (10/9) lalu. “Di rapat dibicarakan bahwa memang ada data-data yang beredar, oleh ya salah satunya oleh Bjorka. Tetapi data-data itu setelah ditelaah sementara adalah data-data umum, bukan data-data spesifik dan bukan data-data yang ter-update sekarang,” terang Johnny.
Dia melanjutkan, sebagian data-data tersebut merupakan data-data lama. “Hanya tim lintas kementerian dan lembaga, BSSN, Kominfo, Polri, dan BIN juga berkoordinasi untuk menelaah secara dalam,” lanjut Johnny.
Selain itu, Johnny juga menyebut untuk menanggapi masalah ini akan dibentuk tim khusus berupa emergency response team. Tim ini akan menjaga tata kelola data yang baik di Indonesia. Anggota emergency response team terdiri dari BSSN, Kominfo, Polri, serta BIN.
Kendati demikian, tak dijelaskan secara rinci seperti apa tupoksi emergency response team tadi. Hanya dikatakan Johnny, mereka direncanakan melakukan peninjauan mendatang.
Di sisi lain, Johnny juga mengajak semua pihak tidak menyebarkan kebingungan kepada masyarakat. Dia menyeru semua pihak untuk gotong royong dalam mengantisipasi ancaman keamanan digital.
“Karena ini banyak hal-hal teknis yang kadang-kadang salah kutip, yang mengakibatkan satu dengan lainnya warga bangsa kita ini saling mem-bully. Jangan. Kita perlu membangun kekuatan nasional, yang utama gotong-royong menghadapi semua bahaya, termasuk bahaya di ruang digital,” tandas Johnny.
Sebelumnya, keamanan siber di Indonesia menuai kritik tajam warga dan aktivis lantaran rentetan kebocoran data pribadi oleh user BreachForums Bjorka. Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha mengatakan, serangan Bjorka ini menjadi bukti sistem keamanan siber pemerintah lemah. “Ini menjadi pelajaran buat pemerintah bahwa ya ini lho sistem Anda itu lemah lho. Anda itu harus melindungi masyarakat gitu,” cetus dia.
Darktracer sebelumnya menyarankan pencarian dilakukan via dompet digital Bjorka.
Sang hacker sendiri mengaku berbasis di Warsawa, Polandia, dan memiliki pengasuh orang Indonesia yang terbuang akibat kebijakan Orde Baru di masa 1965. (jpg/bbs/adz)