27 C
Medan
Friday, September 27, 2024

Sakit, Belasan Haji Tertahan di Arab

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hingga pemulangan kloter pamungkas, masih ada sebelas jamaah haji yang dirawat di Arab Saudi. Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan keluarga di tanah air tetap berhak meng-update kondisi jamaah yang masih dirawat. Pemerintah juga menjamin biaya pengobatan mereka hingga sembuh. Mayoritas jamaah haji yang masih dirawat itu adalah jamaah haji reguler. Perinciannya adalah 10 orang jamaah haji reguler dan satu orang jamaah haji khusus.

Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi (HDI) Kemenag Akhmad Fauzin mengatakan, tim di Kantor Urusan Haji (KUH) di KJRI Jeddah tetap melakukan pemantauan jamaah yang masih dirawat itu. ’’Tetap ada visitasi dan pendampingan sampai dipulangkan seluruhnya ke tanah air,’’ katanya di Jakarta kemarin (14/8).

Fauzin mengatakan, petugas haji yang tersisa memang tinggal di KUH KJRI Jeddah. Sebab hari ini (15/8) petugas haji dari Daerah Kerja (Daker) Bandara dan Daker Madinah dipulangkan ke tanah air.

Pada kesempatan itu Fauzin mengatakan, pemerintah memastikan biaya jamaah haji yang sakit. Kemudian kepada keluarga, dapat terus memantau perkembangan kondisi jemaah haji yang masih belum bisa pulang itu. caranya dengan menghubungi kantor Kemenag kabupaten/kota atau Kantor Wilayah Kemenag di tingkat provinsi.’’Marilah bersama kita doakan jemaah yang sakit segera diberikan kesembuhan,’’ tuturnya.

Sehingga bisa segera dipulangkan ke tanah air. Fauzin mengatakan total jumah jemaah dan petugas kloter yang sudah tiba di tanah air mencapai 93.505 orang. Rombongan paling banyak berasal dari embarkasi Jakarta-Bekasi sejumlah 17.839 orang jemaah dan petugas kloter. Kemudian disusul dari embarkasi Surabaya sebanyak 16.810 orang dan embarkasi Solo sejumlah 15.431 orang.

Sementara itu, evaluasi penyelenggaraan ibadah haji mulai dilakukan. Dari sisi pelayanan kesehatan, ada sejumlah catatan. Tahun ini, terjadi penurunan kasus jamaah sakit dan meninggal. Hingga Jumat (12/8), tercatat sebanyak 89 Jemaah haji meninggal dunia. Di mana, kasus didominasi oleh penyakit Jantung dan penyakit pernafasan.

Jika dibandingkan dengan penyelenggaraan haji lima tahun terakhir pada periode yang sama, terjadi penurunan angka kematian yang cukup signifikan. Pada periode yang sama di tahun 2019 misalnya. Angka kematian tercatat sebanyak 447 dari 212.730 jemaah haji meninggal dunia (1.94 permil). Sementara pada tahun 2018, sebanyak 350 dari 203.350 jemaah haji meninggal dunia (1.70 permil).

“Untuk tahun ini secara umum angka jamaah yang sakit maupun meninggal memang cukup signifikan penurunannya. Mudah mudahan target 1 permil bisa kita capai di tahun ini,” tutur Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana.

Tahun ini, kata dia, pihaknya telah melakukan berbagai langkah untuk menurunkan angka jamaah yang sakit maupun meninggal di masa operasional haji. Salah satunya melalui penguatan digitalisasi pelayanan melalui TeleJemaah dan TelePetugas.

TeleJemaah diklaim mempermudah petugas kesehatan dalam memantau kondisi kesehatan jemaah haji berisiko tinggi (risti). Sebab, aplikasi ini terhubung dengan wristband yang dipakai di pergelangan tangan jemaah. Setidaknya sebanyak 3.000 wristband dibagikan kepada jamaah haji paling risti di masa operasional haji tahun ini. “Melalui aplikasi ini, vital sign dari jemaah risti dapat terpantau oleh petugas kesehatan, mulai dari detak jantung, tekanan darah, saturasi oksigen, dan lainnya,” jelasnya.

Sementara, TelePetugas berfokus sebagai kontrol kesehatan jemaah dari semua aspek. Aspek dimaksud meliputi rawat jalan, rujukan, karantina, pengawasan makanan, hingga informasi mengenai promosi kesehatan. TelePetugas juga menjalankan fungsi monitoring vital sign jemaah yang didapat dari aplikasi tele jemaah melalui mekanisme pelaporan smartwatch atau wristband. Selain itu juga bisa digunakan untuk memonitor tombol bantuan jemaah.

Selain itu, dilakukan pula pengetatan pemantauan terhadap jamaah haji risti melalui screening kesehatan atau Medical Check Up (MCU). MCU dilaksanakan baik di KKHI Makkah maupun di KKHI Madinah. Setidaknya setiap harinya sekitar 50 jemaah yang dilakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter spesialis di KKHI.

Bukan hanya itu, penguatan layanan di KKHI juga dilakukan. Salah satunya dengan menyediakan tenaga kesehatan yang kompeten mendukung peningkatan kualitas layanan. KKHI diperkuat dengan 48 dokter spesialis dari 13 keilmuan, mulai dari Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Paru, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Spesialis Saraf, hingga Spesialis Kedokteran Penerbangan.

Tahun ini juga Kementerian Kesehatan memanfaatkan teknologi tekno cool untuk mengantisipasi kasus heat stroke (serangan panas). Terutama pada fase armuzna. “Alhamdulillah angka kematian akibat heat stroke di Armuzna tidak ada, meski kasusnya banyak,” paparnya.

Sebagai antisipasi kasus kelelahan di jalur jamarat, juga dilakukan penguatan layanan Bergerak Secara Bergelombang (BSB). Sebanyak 20 petugas kesehatan diterjunkan dalam lima tim. Mereka bergerak di sepanjang terowongan mina berbekal kursi roda, air, oralit dan perlengkapan untuk kegawatdaruratan lainnya.

Pada periode Armuzna dan Pasca Armuzna juga dilakukan penguatan pengawalan terhadap jemaah risti melalui formasi 30. Di mana, setiap 30 jamaah yang memiliki risiko tinggi di setiap kloter dikawal ketat oleh Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menyertai kloter. “Alhamdulillah aktivitas ini membantu dalam menjaga kondisi kesehatan jemaah,” ungkapnya.

Hingga kemarin, masih ada sepuluh jamaah haji indonesia yang masih dirawat di RSAS. Dua di antaranya dirawat di RSAS Jeddah, sementara delapan lainnya di rawat di RSAS Makkah. KKHI Madinah juga masih merawat dua jemaah haji, terdiri dari satu jemaah haji reguler dan satu jemaah haji khusus. (jpc)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hingga pemulangan kloter pamungkas, masih ada sebelas jamaah haji yang dirawat di Arab Saudi. Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan keluarga di tanah air tetap berhak meng-update kondisi jamaah yang masih dirawat. Pemerintah juga menjamin biaya pengobatan mereka hingga sembuh. Mayoritas jamaah haji yang masih dirawat itu adalah jamaah haji reguler. Perinciannya adalah 10 orang jamaah haji reguler dan satu orang jamaah haji khusus.

Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi (HDI) Kemenag Akhmad Fauzin mengatakan, tim di Kantor Urusan Haji (KUH) di KJRI Jeddah tetap melakukan pemantauan jamaah yang masih dirawat itu. ’’Tetap ada visitasi dan pendampingan sampai dipulangkan seluruhnya ke tanah air,’’ katanya di Jakarta kemarin (14/8).

Fauzin mengatakan, petugas haji yang tersisa memang tinggal di KUH KJRI Jeddah. Sebab hari ini (15/8) petugas haji dari Daerah Kerja (Daker) Bandara dan Daker Madinah dipulangkan ke tanah air.

Pada kesempatan itu Fauzin mengatakan, pemerintah memastikan biaya jamaah haji yang sakit. Kemudian kepada keluarga, dapat terus memantau perkembangan kondisi jemaah haji yang masih belum bisa pulang itu. caranya dengan menghubungi kantor Kemenag kabupaten/kota atau Kantor Wilayah Kemenag di tingkat provinsi.’’Marilah bersama kita doakan jemaah yang sakit segera diberikan kesembuhan,’’ tuturnya.

Sehingga bisa segera dipulangkan ke tanah air. Fauzin mengatakan total jumah jemaah dan petugas kloter yang sudah tiba di tanah air mencapai 93.505 orang. Rombongan paling banyak berasal dari embarkasi Jakarta-Bekasi sejumlah 17.839 orang jemaah dan petugas kloter. Kemudian disusul dari embarkasi Surabaya sebanyak 16.810 orang dan embarkasi Solo sejumlah 15.431 orang.

Sementara itu, evaluasi penyelenggaraan ibadah haji mulai dilakukan. Dari sisi pelayanan kesehatan, ada sejumlah catatan. Tahun ini, terjadi penurunan kasus jamaah sakit dan meninggal. Hingga Jumat (12/8), tercatat sebanyak 89 Jemaah haji meninggal dunia. Di mana, kasus didominasi oleh penyakit Jantung dan penyakit pernafasan.

Jika dibandingkan dengan penyelenggaraan haji lima tahun terakhir pada periode yang sama, terjadi penurunan angka kematian yang cukup signifikan. Pada periode yang sama di tahun 2019 misalnya. Angka kematian tercatat sebanyak 447 dari 212.730 jemaah haji meninggal dunia (1.94 permil). Sementara pada tahun 2018, sebanyak 350 dari 203.350 jemaah haji meninggal dunia (1.70 permil).

“Untuk tahun ini secara umum angka jamaah yang sakit maupun meninggal memang cukup signifikan penurunannya. Mudah mudahan target 1 permil bisa kita capai di tahun ini,” tutur Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana.

Tahun ini, kata dia, pihaknya telah melakukan berbagai langkah untuk menurunkan angka jamaah yang sakit maupun meninggal di masa operasional haji. Salah satunya melalui penguatan digitalisasi pelayanan melalui TeleJemaah dan TelePetugas.

TeleJemaah diklaim mempermudah petugas kesehatan dalam memantau kondisi kesehatan jemaah haji berisiko tinggi (risti). Sebab, aplikasi ini terhubung dengan wristband yang dipakai di pergelangan tangan jemaah. Setidaknya sebanyak 3.000 wristband dibagikan kepada jamaah haji paling risti di masa operasional haji tahun ini. “Melalui aplikasi ini, vital sign dari jemaah risti dapat terpantau oleh petugas kesehatan, mulai dari detak jantung, tekanan darah, saturasi oksigen, dan lainnya,” jelasnya.

Sementara, TelePetugas berfokus sebagai kontrol kesehatan jemaah dari semua aspek. Aspek dimaksud meliputi rawat jalan, rujukan, karantina, pengawasan makanan, hingga informasi mengenai promosi kesehatan. TelePetugas juga menjalankan fungsi monitoring vital sign jemaah yang didapat dari aplikasi tele jemaah melalui mekanisme pelaporan smartwatch atau wristband. Selain itu juga bisa digunakan untuk memonitor tombol bantuan jemaah.

Selain itu, dilakukan pula pengetatan pemantauan terhadap jamaah haji risti melalui screening kesehatan atau Medical Check Up (MCU). MCU dilaksanakan baik di KKHI Makkah maupun di KKHI Madinah. Setidaknya setiap harinya sekitar 50 jemaah yang dilakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter spesialis di KKHI.

Bukan hanya itu, penguatan layanan di KKHI juga dilakukan. Salah satunya dengan menyediakan tenaga kesehatan yang kompeten mendukung peningkatan kualitas layanan. KKHI diperkuat dengan 48 dokter spesialis dari 13 keilmuan, mulai dari Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Paru, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Spesialis Saraf, hingga Spesialis Kedokteran Penerbangan.

Tahun ini juga Kementerian Kesehatan memanfaatkan teknologi tekno cool untuk mengantisipasi kasus heat stroke (serangan panas). Terutama pada fase armuzna. “Alhamdulillah angka kematian akibat heat stroke di Armuzna tidak ada, meski kasusnya banyak,” paparnya.

Sebagai antisipasi kasus kelelahan di jalur jamarat, juga dilakukan penguatan layanan Bergerak Secara Bergelombang (BSB). Sebanyak 20 petugas kesehatan diterjunkan dalam lima tim. Mereka bergerak di sepanjang terowongan mina berbekal kursi roda, air, oralit dan perlengkapan untuk kegawatdaruratan lainnya.

Pada periode Armuzna dan Pasca Armuzna juga dilakukan penguatan pengawalan terhadap jemaah risti melalui formasi 30. Di mana, setiap 30 jamaah yang memiliki risiko tinggi di setiap kloter dikawal ketat oleh Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menyertai kloter. “Alhamdulillah aktivitas ini membantu dalam menjaga kondisi kesehatan jemaah,” ungkapnya.

Hingga kemarin, masih ada sepuluh jamaah haji indonesia yang masih dirawat di RSAS. Dua di antaranya dirawat di RSAS Jeddah, sementara delapan lainnya di rawat di RSAS Makkah. KKHI Madinah juga masih merawat dua jemaah haji, terdiri dari satu jemaah haji reguler dan satu jemaah haji khusus. (jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/