MANADO-Duka dari Manado. Ibu kota itu dilanda banjir yang mirip tsunami hingga 4 warganya kehilangan nyawa.
Banjir yang tercatat terbesar dalam tiga tahun terakhir itu dipicu hujan deras yang mengguyur tiada henti sekitar 12 jam sejak Selasa malam (14/1) hingga Rabu pagi (15/1). Manado Post (grup Sumut Pos) melaporkan, tim SAR Manado mengatakan setidaknya empat orang meninggal. Dikhawatirkan korban terus bertambah, hingga berita ini diturunkan pukul 24.00 tadi malam, keadaan belum terkendali. “Upaya evakuasi korban masih sulit karena banjir terjadi di berbagai wilayah kota,” ujar Kepala Tim SAR Manado Yanto Samijan tadi malam.
Menurut dia, kondisi banjir di beberapa tempat cukup dalam. Karena itu, tim SAR tidak bisa bergerak dari satu sisi ke sisi lain untuk membantu mengevakuasi warga. Gubernur Sulawesi Utara SH Sarundajang menyatakan, setidaknya empat orang meninggal karena banjir dan tanah longsor di Manado.Berdasar data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado, sedikitnya 40 ribu jiwa mengungsi karena rumah mereka terendam banjir. Ribuan orang itu mengisi kantong-kantong pengungsian yang tersebar di 10 titik di setiap kecamatan.
Kepala BPBD Kota Manado Maximilian Tatahede mengungkapkan, pihaknya terus berusaha mengevakuasi warga yang terjebak banjir di dalam rumah ke lokasi yang lebih aman. “Jumlah pengungsi memang mencapai 40 ribu. Itu seluruh Manado. Mereka sementara lebih aman berada di lokasi pengungsian yang tidak terdampak banjir,” ungkapnya.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, hujan deras yang mengguyur Kota Manado sejak Selasa (14/1) mengakibatkan 11 kecamatan terendam air. Antara lain, Sicala, Wenang, Singkil, Wanea, Tunginting, Paal Dua, Paal Empat, dan Bunaken. Warga yang mengungsi sementara dievakuasi ke Hotel Swissbell, Hotel Tengunpura, dan kantor wali Kota Manado. (c5/kim/jpnn/rbb)
MANADO-Duka dari Manado. Ibu kota itu dilanda banjir yang mirip tsunami hingga 4 warganya kehilangan nyawa.
Banjir yang tercatat terbesar dalam tiga tahun terakhir itu dipicu hujan deras yang mengguyur tiada henti sekitar 12 jam sejak Selasa malam (14/1) hingga Rabu pagi (15/1). Manado Post (grup Sumut Pos) melaporkan, tim SAR Manado mengatakan setidaknya empat orang meninggal. Dikhawatirkan korban terus bertambah, hingga berita ini diturunkan pukul 24.00 tadi malam, keadaan belum terkendali. “Upaya evakuasi korban masih sulit karena banjir terjadi di berbagai wilayah kota,” ujar Kepala Tim SAR Manado Yanto Samijan tadi malam.
Menurut dia, kondisi banjir di beberapa tempat cukup dalam. Karena itu, tim SAR tidak bisa bergerak dari satu sisi ke sisi lain untuk membantu mengevakuasi warga. Gubernur Sulawesi Utara SH Sarundajang menyatakan, setidaknya empat orang meninggal karena banjir dan tanah longsor di Manado.Berdasar data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado, sedikitnya 40 ribu jiwa mengungsi karena rumah mereka terendam banjir. Ribuan orang itu mengisi kantong-kantong pengungsian yang tersebar di 10 titik di setiap kecamatan.
Kepala BPBD Kota Manado Maximilian Tatahede mengungkapkan, pihaknya terus berusaha mengevakuasi warga yang terjebak banjir di dalam rumah ke lokasi yang lebih aman. “Jumlah pengungsi memang mencapai 40 ribu. Itu seluruh Manado. Mereka sementara lebih aman berada di lokasi pengungsian yang tidak terdampak banjir,” ungkapnya.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, hujan deras yang mengguyur Kota Manado sejak Selasa (14/1) mengakibatkan 11 kecamatan terendam air. Antara lain, Sicala, Wenang, Singkil, Wanea, Tunginting, Paal Dua, Paal Empat, dan Bunaken. Warga yang mengungsi sementara dievakuasi ke Hotel Swissbell, Hotel Tengunpura, dan kantor wali Kota Manado. (c5/kim/jpnn/rbb)