JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menyusul adanya dugaan efek samping pembekuan darah usai penyuntikan yang terjadi di sejumlah negara Eropa, Kementerian Kesehatan RI menunda sementara penggunaan vaksin Covid-19 asal AstraZeneca di Indonesia. Penundaan dilakukan hingga ada hasil penelitian dari organisasi kesehatan dunia (WHO) terkait efek samping dari vaksin AstraZeneca tersebut.
“SAMPAI saat ini berita yang kami terima dari WHO mereka masih meneliti. Kita juga terima dari MHRA itu BPOMnya UK, dan EMA itu European Medical Authority. Mereka belum mengkonfirmasi apakah ini ada korelasinya karena vaksin atau tidak,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam Rapat Kerja di Komisi IX DPR RI, Jakarta, Senin (15/3)n
Budi mengatakan, informasi yang diterimanya sejauh ini bahwa pembekuan darah tidak disebabkan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Namun Kemenkes dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunda sementara penggunaannya. “Untuk konservativismenya, BPOM menunda dulu implementasi AstraZenca sambil menunggu konfirmasi dari WHO. Mudah-mudahan dalam waktu singkat dapat keluar. Karena AstraZenca ini ada expired period di akhir Mei,” ujar Budi.
Budi mengatakan, pihaknya juga tengah menunggu fatwa halal vaksin AstraZeneca dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). “MUI harusnya ada rapat dalam besok atau lusa, sehungga fatwanya bisa dikeluarkan dalam dua hari kedepan ini,” ujar Budi.
Senada, pelaksana tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan pihaknya masih menunggu hasil kajian data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan ITAGI. “Jadi sementara kami belum bisa distribusikan, menunggu hasil dulu kajian dari BPOM dan ITAGI,” kata dalam Konferensi Pers di Youtube Ombudsman RI, Senin (15/3).
Maxi menjelaskan, vaksin AstraZeneca memang sudah mendapat izin penggunaan darurat (EUA) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun ada dugaan efek samping pembekuan darah usai penyuntikan yang terjadi di sejumlah negara Eropa, sehingga BPOM kembali melakukan kajian terhadap vaksin AstraZeneca.
Diketahui, sejumlah negara di Eropa bahkan negara tetangga memutuskan penggunaan vaksin AstraZeneca ditunda karena temuan kasus pembekuan daerah.
Denmark adalah negara pertama yang mengumumkan penangguhan ini, melalui pernyataan Otoritas Kesehatan negara itu. Mereka mengatakan, penangguhan dilakukan sebagai tindakan pencegahan, tetapi belum dipastikan ada hubungan antara vaksin dengan pembekuan darah.
Menteri Kesehatan Magnus Heunicke menjelaskan, jeda itu merupakan tindakan pencegahan dan belum dimungkinkan untuk menarik kesimpulan. “Kami bertindak lebih awal, itu perlu diselidiki secara menyeluruh,” kata dia dalam unggahan Twitter-nya.
Otoritas Kesehatan Denmark juga menekankan bahwa keputusan itu hanya bersifat sementara. “Menghentikan sementara salah satu vaksin bukanlah keputusan yang mudah. Tetapi justru karena kami memvaksinasi begitu banyak, kami juga perlu merespons dengan perawatan tepat waktu ketika ada pengetahuan tentang kemungkinan efek samping yang serius,” kata Direktur Dewan Kesehatan Nasional dalam sebuah pernyataan.
Negara kedua adalah Islandia. Asisten direktur kesehatan di Islandia Kjartan Njalsson, mengatakan, pihaknya juga ikut menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca, meski tidak ada laporan kasus yang sama. Menurut dia, Islandia masih menunggu saran dari European Medicines Agency (EMA). “Kurangnya data saat ini yang menjadi perhatian kami,” kata Njalsson.
Ketiga, Spanyol. Komisi Kesehatan Masyarakat Spanyol pada Kamis (11/3), mengumumkan penundaan vaksinasi AstraZeneca untuk orang berusia antara 55 dan 65 tahun. Penundaan itu diberlakukan sampai ada tinjauan lengkap dan kesimpulan dari efek samping oleh EMA.
Menteri Kesehatan Spanyol Carolina Darias menyerukan ketenangan kepada warganya pada Kamis pagi. “Saya akan mengirimkan pesan tenang dan hati-hati. Di Spanyol kami belum diberitahu tentang kasus apa pun yang terkait dengan pembekuan darah,” kata Darias kepada stasiun TV lokal La Sexta.
Keempat Norwegia. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia (FHI) Geir Bukholm mengatakan, penangguhan di negaranya merupakan bentuk kehati-hatian. Namun, FHI tidak menyebutkan berapa lama penangguhan tersebut akan berlangsung. Ia juga mencatat ada kasus pembekuan darah yang dilaporkan tak lama setelah menerima vaksinasi Covid-19 di Norwegia. “Terutama pada orang tua yang memiliki penyakit mendasar lainnya,” kata dia.
Kelima Thailand. Mengikuti jejak negara Eropa, Thailand juga menunda penyuntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca yang dijadwalkan mulai pada Jumat (12/3) kemarin. Dalam konferensi pers kementerian kesehatan, Dekan Fakultas Kedokteran di Rumah Sakit Siriraj Prasit Watanapa mengonfirmasi penundaan itu setelah adanya penangguhan di Denmark, Norwegia, dan Islandia.
“AstraZeneca masih merupakan vaksin yang bagus tetapi dengan apa yang telah terjadi, kementerian kesehatan berdasarkan nasihat ini ingin menunda penggunaan vaksin AstraZeneca untuk sementara,” kata Sekretaris Kementerian Kesehatan Umum Kiattiphum Wongjit, dikutip dari Reuters, Jumat (12/3).
Selain lima negara itu, beberapa negara yang ikut menangguhkan AstraZeneca adalah Austria, Estonia, Luxemburg, dan Latvia. Meski demikian, sejumlah negara masih tetap memilih untuk melanjutkan vaksinasi dengan menggunakan AstraZeneca. Belanda, misalnya, mereka tak memiliki landasan untuk berhenti menggunakan vaksin tersebut.
“Para ahli kami mengatakan tidak ada alasan untuk khawatir, kami hanya dapat melanjutkan vaksinasi,” kata Menteri Kesehatan Hugo de Jonge. Kanada, Australia, Filipina, dan Korea Selatan juga mengatakan akan melanjutkan vaksinasi dengan AstraZeneca.
Badan Obat-obatan Eropa (EMA) mengungkapkan, sampai 9 Maret ada 22 kasus pembekuan darah dari 3 juta orang lebih yang divaksinasi di Wilayah Ekonomi Eropa.
Pihak AstraZeneca bersikeras membantah bahwa keamanan vaksinnya telah dipelajari secara ekstensif dalam uji coba pada manusia dan tak ada kejiadian merugian serius yang dikonfirmasi.
BPOM Evaluasi 4 Calon Vaksin
Terkait vaksin Covid-19, Kepala BPOM, Penny Kusumastuti Lukito, mengatakan sedang mengevaluasi empat kandidat vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia.
“Beberapa vaksin yang sedang dalam proses evaluasi di BPOM, yaitu vaksin AstraZeneca Biological Germany, SARS Cov2 Vaccine Inactivated buatan Sinopharm, Sputnik V produksi Rusia, dan Covovax produksi dari Novavax USA,” kata dia, dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI, Senin (15/3).
“Untuk empat vaksin ini diperlakukan syarat yang sama untuk data klinik dan preklinik,” lanjutnya.
Evaluasi terhadap empat vaksin Covid-19 tersebut, kata dia, mencakup juga pengkajian ulang di tahap Good Laboratory Practice (GLP), Good Clinical Practice (GCP), dan Good Manufacturing Practice (GMP) yang telah dimiliki oleh otoritas obat terkait.
Sementara itu, ada tiga vaksin Covid-19 yang sudah mendapat izin penggunaan darurat (EUA) dari BPOM. Yakni, vaksin Coronavac asal Sinovac China, Vaksin Covid-19 buatan Biofarma dengan bahan baku Sinovac, dan vaksin AstraZeneca produksi dari SK-Bio Korea.
“Hingga saat ini tiga vaksin Covid-19 sudah mendapat EUA, tiga vaksin ini juga diberlakukan persyaratan sama untuk uji klinik dan preklinik,” tuturnya.
Sebagai informasi, Indonesia diperkirakan sudah memiliki 40 juta dosis vaksin Covid-19 hingga Maret ini. Total 40 juta vaksin Covid-19 tersebut didatangkan dalam enam tahap, mulai Desember 2020.
Pada tahap pertama yakni 6 Desember didatangkan 1.200.568 vaksin jadi dari Sinovac. Kemudian pada 31 Desember menyusul 1,8 juta vaksin jadi yang juga berasal dari Sinovac.
Kemudian tahap ketiga pada 12 Januari didatangkan 15 juta vaksin Sinovac dalam bentuk bulk, menyusul 10 juta dosis bentuk bulk dan 1 juta dosis overfill dari Sinovac pada 2 Februari.
Kemudian di tahap lima, pada 2 Maret sebanyak 10 juta dosis Sinovac dalam bentuk bulk kembali didatangkan. Teranyar, pada 8 Maret sebanyak 1.113.600 dosis vaksin AstraZeneca telah didatangkan. (cnn/kps)