JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Presiden Joko Widodo serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan sepertinya tergesa-gesa menyebut ujian nasional (UN) 2015 minim masalah. Sebab masalah krusial berupa kebocoran naskah ujian, akhirnya diakui oleh Anies di hari ketiga pelaksanaan UN kemarin (15/4).
Ditemui di ruang kontrol laporan Unas 2015, Anies mengakui bahwa naskah UN yang ramai dikabarkan telah diunggah (di-upload) di Google Drive ternyata cocok dengan master ujian milik Kemendikbud. Ironisnya dokumen milik negara yang bersifat sangat rahasia itu bocor di Perum Percetakan Negara, Jakarta.
Hingga tadi malam tim dari Bareskrim Mabes Polri menggeledah kantor Perum Percetakan Negara di Jalan Percetakan Negara No 21, Jakarta Pusat. Sekitar pukul 18.00 tim dari Bareskrim tiba di percetakan plat merah itu. Tetapi puluhan media yang sudah berkumpul, hanya bisa meliput sampai pintu gerbang.
Anies menceritakan Kemendikbud menerima laporan terjadi pengunggahan dokumen naskah UN di internet pada Senin (13/4) siang. “Saat itu saya dan teman-teman media sedang berkunjung melihat pelaksanaan UN di SLB Lebak Bulus, Jakarta,” katanya di Jakarta kemarin.
Setelah itu Anies memerintahkan pegawai Kemendikbud untuk memastikan apakah naskah UN yang di-upload ke Google Drive itu adalah dokumen resmi. Ternyata dokumen yang diunggah itu memang benar dokumen resmi. Penandanya adalah terdapat kotak-kotak yang ada di keempat sisi naskah ujian.
Setelah memastikan bahwa dokumen yang di-upload itu adalah asli, Anies memerintahkan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Nizam dan Sekretaris Balitbang Kemendikbud Dadang Sudiarto untuk melapor ke Bareskrim Senin malam. “Saya menunggu di kantor Kemendikbud Senin sampai jam 12 malam,” jelas dia.
Selain melaporkan ke Bareskrim, Anies juga langsung mengontak markas Google Inc. di Amerika Serikat. Melalui email dinas, Anies mengajukan sejumlah tuntutan kepada perusahaan yang berdiri pada 1998 itu. Tuntutan Anies itupun langsung ditindaklanjuti oleh perusahaan Google.
Melalui email, pihak Google telah melaporkan penanganan yang sudah mereka lakukan. Yakni telah menghapus file atau dokumen bocoran soal ujian dalam akun Google Drive. Kemudian Google juga melaporkan telah menonaktifkan dan menutup permanen akses terhadap akun Google Drive tersebut secara global. Sehingga sudah tidak bisa diakses meskipun dibuka dari luar Indonesia.
Dari tautan unggahan dokumen naskah UN di Google Drive itu, Kemendikbud berhasil menelusuri hingga siapa yang menggunggah. Anies mengatakan akun email yang dipakai untuk mengunggah dokumen naskah UN ke Google Drive itu adalah milik karyawan Perum Percetakan Negara.
“Tentang motivasinya untuk apa, saya tidak tahu. Biar polisi yang menelusurinya,” jelas Anies. Dia memastikan perusahaan ini akan di-blacklist untuk mengikuti tender naskah UN di tahun-tahun berikutnya. Sebab telah terjadi keteledoran menjaga kerahasiaan dokumen negara.
Dari penelusuran di layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) Kemendikbud, Perum Percetakan Negara adalah pemain baru dalam tender percetakan dan pendistribusian naskah UN. Tahun ini Perum Percetakan Negara memenangi tender untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan nilai proyek mencapai Rp2 miliar.
Anies menceritakan naskah UN yang di-upload di Google Drive itu adalah naskah master. Jadi bukan naskah hasil percetakan kemudian di-scan. Total ada 30 booklet atau paket yang diunggah di Google Drive. Ke-30 paket naskah yang diunggah itu meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Kimia, dan Biologi. Masing-masing mapel itu, memiliki variasi soal ujian sebanyak 5 variasi.
Menurut Anies kebocoran 30 paket naskah UN ini masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan total jumlah paket. Dia mengatakan total jumlah paket atau booklet UN mencapai 11.730 paket. “Jadi kalau yang bocor itu 30 paket, setara dengan 0,25 persen dari total paket yang ada,” tegasnya.
Terlepas dari kasus kebocoran soal ujian ini, Anies mengatakan Kemendikbud akan memeriksa pola jawaban siswa. Tujuannya adalah untuk pengukuran indeks integritas atau kejujuran. Bisa jadi pengukuran indeks integritas di NAD akan mendapatkan perhatian khusus. Tujuannya untuk memastikan apakah bocoran naskah yang diunggah di Google Drive itu benar-benar dipakai siswa atau tidak.
“Telah terjadi kebocoran memang iya. Tetapi apakah bocoran itu dipakai siswa saat ujian, perlu dicek lagi,” katanya. Cara paling mudah mengecek terjadinya kecurangan dengan melihat pola jawaban siswa yang salah. Kemudian bisa juga dengan menghitung rata-rata jumlah jawaban siswa yang salah.
Kepala Puspendik Nizam mengatakan paket soal ujian untuk satu provinsi, berbeda dengan provinsi lainnya. Dengan demikian, meskipun kebocoran naskah melalui Google Drive itu dilaporkan juga diakses di Jakarta, Jogjakarta, dan kota-kota lain, tidak bisa dipakai siswa. “Puspendik sedang mengumpulkan data untuk dianalisa,” tandasnya.
Inspektur Jenderal Kemendikbud Haryono Umar mengatakan, dia sudah menurunkan tim untuk investigasi kasus di Perum Percetakan Negara ini. “Investigasi kami tidak mengganggu penangan oleh kepolisian,” kata mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.
Haryono menduga kebocoran naskah UN di Perum Percetakan Negara itu diduga motivasi ekonomi. Dia juga akan menelusuri apakah kebocan naskah di Perum Percetakan Negara itu terkait dengan laporan-laporan jual beli naskah yang masuk ke pusat pengaduan Itjen Kemendikbud.
Sementara Kabareskrim Komjen Budi Waseso menuturkan, ada laporan dari Kemendikbud terkait kebocoran soal UN. Dalam laporan itu diketahui ada kebocoran akibat adanya oknum tertentu. “Begitu kami dalami, ternyata salah satu oknum dari Percetakan Negara,” ujarnya.
Maka Bareskrim saat ini berupaya melakukan penghentian penyebaran soal UN. Caranya, tentu dengan menelusuri kemana saja penyebaran soal UN tersebut. “Dari laporan tadi pagi, bahkan sebenarnya sudah diblok. Oknum dari percetakan negara itu telah diperiksa dan tidak bisa menyebarkan lagi,” jelasnya.
Apakah ada jaringan yang terorganisir untuk kebocoran soal UN ini? Budi menjelaskan bahwa saat ini masih dalam tahap pemeriksaan awal. Dengan waktu yang begitu dini, belum bisa disimpulkan adanya jaringan terorganisir. “Itu belum kami temukan,” terangnya ditemui di Komplek Mabes Polri kemarin sore (15/4).
Yang dipastikan adalah soal yang dibocorkan itu telah menyebar. Hingga, saat ini Bareskrim masih menelusuri penyebarannya seperti apa dan sampai mana saja. “Sampai mana saja belum diketahui,” ujarnya.
Dengan laporan itu, selain memeriksa oknum dari percetakan, Bareskrim juga menggeledah sejumlah tempat. Hal tersebut merupakan respon agar bisa segera mencari bukti-bukti atas kebocoran UN tersebut. “Ada penggeledahan di Jakarta, tidak hanya satu tempat,” paparnya.
Namun, dimana saja lokasi penggeledahan, Budi enggan untuk menyebutkan. Menurutnya, penggeledahan masih berlangsung, belum bisa disebutkan lokasinya. Hasilnya, juga belum diketahui. “Yang pasti, kami berupaya secepatnya mengungkap masalah ini. Yang digeledah ya tempat yang dicurigai,” jelasnya.
Masalah soal UN yang bocor ini sudah berulang kali terjadi, dengan demikian Bareskrim juga akan berupaya untuk mengetahui bagaimana proses dan alur pencetakan soal Unas. Dengan begitu, dapat diketahui dimana kelemahannya dan titik rawannya. “Ini agar bisa menjadi masukan untuk Kemendikbud, sehingga kebocoran UN tidak kembali terjadi,” ujarnya.(wan/idr/gun/jpnn/rbb)