26 C
Medan
Thursday, July 18, 2024

Respon Pertemuan Lima Pemuda NU dengan Presiden Israel: Kemenlu Ogah Bersuara, PBNU Meradang

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Di tengah suasana di Gaza yang semakin memburuk, lima pemuda Nahdlatul Ulama (NU) menggelar pertemuan dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Pertemuan tersebut sontak memicu polemik di tanah air. Dinilai bertentangan dengan sikap Indonesia, khususnya PBNU terhadap Israel yang terus menggempur Gaza.

Respon pemerintah terkait pertemuan lima pemuda NU dengan Presiden Israel itu disampaikan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Meskipun begitu Kemenlu tak mau banyak berkomentar soal pertemuan para pemuda Nahdliyin dengan Presiden Israel Isaac Herzog.

Juru Bicara II Kemenlu Rolliansyah Soemirat meminta agar hal tersebut ditanyakan langsung pada pihak PBNU. “Ada baiknya teman-teman media melakukan kontak langsung dengan PBNU untuk berbagai informasi lebih lanjut terkait hal ini,” katanya di Jakarta, kemarin (15/7).

Dia menegaskan, pihaknya tidak dalam posisi untuk berkomentar apapun terkait hal tersebut. “Dapat saya tekankan bahwa kunjungan tersebut tidak terkait dalam bentuk apapun dengan posisi resmi Pemerintah Indonesia,” tegas pria yang akrab disapa Roy tersebut.

Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf menyangkan lima kader NU bertemu Presiden Israel.

Roy pun tutup mulut ketika ditanya lebih lanjut soal ada tidaknya lapor diri pada perwakilan pemerintah RI di luar negeri oleh Nahdliyin tersebut. Sehingga, belum diketahui pasti lokasi pertemuan mereka dan detailnya seperti apa.

Karena dikaitkan dengan NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meradang dengan pertemuan tersebut. Meskipun secara resmi, pertemuan tersebut tidak mengatasnamakan PBNU secara kelembagaan. Sekjen PBNU Saifullah Yusuf menyayangkan pertemuan itu. Apalagi kelima orang itu, mengatasnamakan pemuda NU.

’’Kelima orang itu tidak mendapat mandat dari PBNU,’’ tegas pria yang akrab disapa Gus Ipul tersebut. Dia menegaskan keputusan kelima orang itu untuk bertemu dengan Presiden Israel sangat tidak bijaksana. Apalagi di tengah situasi yang semakin memanas antara Palestina dengan Israel. Gus Ipul menegaskan bahwa NU sebagai organisasi berada di barisan terdepan dalam mengutuk serangan yang terus dilancarkan Israel ke Palestina.

Dia mengatakan wajar jika pertemuan lima pemuda NU itu menuai kecaman masyarakat. Dia juga menegaskan kunjungan atau pertemuan itu melukai perasaan bangsa Indonesia.

Gus Ipul menuturkan saat ini PBNU sedang mendalami persoalan tersebut. Dia juga menuturkan PBNU segera memanggil kelima orang itu untuk tabayyun atau klarifikasi. ’’Dimintai keterangan terkait latar belakang, tujuan, siapa yang memberangkatkan, dan hal-hal prinsip lainnya,’’ tuturnya.

Gus Ipul juga mengatakan kelima orang tersebut mengabdi di badan otonom (banom) di bawah bendera PBNU. Jika nanti terbukti ada kesalahan, pimpinan banom yang terkait diminta untuk mengeluarkan sanksi pemberhentian sebagai pengurus lembaga atau banom.

Kelima orang yang mengaku pemuda NU itu adalah Sukron Makmun yang sekarang menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua PWNU Banten. Kemudian Zainul Maarif selaku dosen tetap bidang filsafat Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).

Kader NU berikutnya yang bertemu dengan Presiden Israel adalah Munawir Aziz adalah pengurus PCINU atau PBNU Cabang Inggris. Selanjutnya ada Nurul Bahrul Ulum, yang aktif bersuara tentang hak perempuan dan kesetaraan gender. Lalu ada Izza Annafisah Dania, tetapi belum ada catatan resmi kaitan Izza dengan NU secara kelembagaan atau banom.

Di bagian lain kampus Unusia menyampaikan sikap tegas, atas tindakan salah satu dosen mereka yang bertemu dengan Presiden Israel. Kepala Biro Humas Unusia Dwi Putri mengatakan pertemuan dosen mereka yang bernama Zainul Maarif dengan Presiden Israel adalah aktivitas individual.

Dwi menegaskan pertemuan itu tidak mewakili keterkaitan apapun dengan Unusia sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan NU. Dia juga menyampaikan Unusia akan menggelar sidang etik terhadap Zainul Maarif. Tujuannya untuk mempertanggungjawabkan kegiatannya tersebut. Pasalnya pertemuannya dengan Presiden Israel berdampak langsung terhadap reputasi kampus Unusia.

’’Selain itu juga bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Unusia,’’ tuturnya. Dia mengatakan Unusia mendukung sepenuhnya kemerdekaan Palestina. Mereka juga mengecam keras praktik genosida oleh Israel terhadap bangsa Palestina yang berlangsung sampai sekarang.

Kecaman terhadap pertemuan lima pemuda NU dengan Presiden Israel itu mucuat dari postingan akun Instagram @zenmaarif. Dalam postingannya diterangkan bahwa tempat pertemuan ditandai di kediaman Presiden Israel. Dalam captionnya, zenmaarif mengatakan lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan. Ketimbang aksi demonstrasi jalanan dan melakukan pemboikotan.

Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis turut mengecam. Dia mengatakan tindakan atau pertemuan tersebut melukai perasaan umat Islam. ’’Tidak bisa diterima nalar sehat,’’ tuturnya. Karena pertemuan itu dilaksanakan di tengah Israel yang terus menghancurkan kemanusiaan di Palestina.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sudarnoto Abdul Hakim meminta lima kader NU meminta maaf secara terbuka lantaran telah mempermalukan Indonesia usai bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. “Mereka tidak punya kepekaan sama sekali dan harus minta maaf secara terbuka,” kata Sudarnoto, Senin (15/7).

Sudarnoto menganggap, mereka sudah melanggar dan menantang konstitusi Indonesia dengan bertemu Presiden Israel. Baginya, semua warga bangsa Indonesia memang berhak membela Palestina, tapi jangan sampai mengabaikan konstitusi.

“Menteri Luar Negeri RI saja tidak pernah melakukan seperti itu. Apa mereka tidak paham bahwa Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel? Apa mereka enggak paham bahwa pemerintah Indonesia tidak akan pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel sepanjang mereka masih menjajah?” kata dia.

Melihat itu, Sudarnoto meminta pimpinan PBNU melakukan langkah positif terkait polemik ini karena sudah mempermalukan lembaga dan juga masyarakat Indonesia.

Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menganggap jika ada warga negara Indonesia yang bermesraan dengan Israel sama saja tak memiliki hati nurani. “Jika ada dari anak-anak bangsa ini yang bermesraan dengan Israel padahal negara zionis tersebut kita tahu telah berbuat zalim dan aniaya terhadap rakyat Palestina. Maka hal demikian merupakan pertanda bahwa mereka sudah tidak punya hati nurani dan tidak punya rasa perikeadilan serta perikemanusiaan,” katanya.

Anwar pun pesimistis jika lima Nahdliyin sengaja menemui Presiden Israel karena ingin mengubah sikap Israel terhadap Palestina. “Rasa-rasanya hal itu bagaikan mimpi di siang bolong,” kata dia.

Anwar lantas menyesalkan ada oknum anak-anak bangsa Indonesia berbuat di luar batas dengan menentang dan melecehkan konstitusi. Jika jati diri sebagai bangsa sudah terkoyak, ia yakin tak mudah untuk menyatukannya kembali.

“Untuk itu kita berharap agar semua pihak menghormati dan menjunjung tinggi konstitusi supaya kita sebagai bangsa tetap bersatu dan negara yang sama-sama kita cintai ini bisa maju,” kata dia. (wan/mia)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Di tengah suasana di Gaza yang semakin memburuk, lima pemuda Nahdlatul Ulama (NU) menggelar pertemuan dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Pertemuan tersebut sontak memicu polemik di tanah air. Dinilai bertentangan dengan sikap Indonesia, khususnya PBNU terhadap Israel yang terus menggempur Gaza.

Respon pemerintah terkait pertemuan lima pemuda NU dengan Presiden Israel itu disampaikan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Meskipun begitu Kemenlu tak mau banyak berkomentar soal pertemuan para pemuda Nahdliyin dengan Presiden Israel Isaac Herzog.

Juru Bicara II Kemenlu Rolliansyah Soemirat meminta agar hal tersebut ditanyakan langsung pada pihak PBNU. “Ada baiknya teman-teman media melakukan kontak langsung dengan PBNU untuk berbagai informasi lebih lanjut terkait hal ini,” katanya di Jakarta, kemarin (15/7).

Dia menegaskan, pihaknya tidak dalam posisi untuk berkomentar apapun terkait hal tersebut. “Dapat saya tekankan bahwa kunjungan tersebut tidak terkait dalam bentuk apapun dengan posisi resmi Pemerintah Indonesia,” tegas pria yang akrab disapa Roy tersebut.

Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf menyangkan lima kader NU bertemu Presiden Israel.

Roy pun tutup mulut ketika ditanya lebih lanjut soal ada tidaknya lapor diri pada perwakilan pemerintah RI di luar negeri oleh Nahdliyin tersebut. Sehingga, belum diketahui pasti lokasi pertemuan mereka dan detailnya seperti apa.

Karena dikaitkan dengan NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meradang dengan pertemuan tersebut. Meskipun secara resmi, pertemuan tersebut tidak mengatasnamakan PBNU secara kelembagaan. Sekjen PBNU Saifullah Yusuf menyayangkan pertemuan itu. Apalagi kelima orang itu, mengatasnamakan pemuda NU.

’’Kelima orang itu tidak mendapat mandat dari PBNU,’’ tegas pria yang akrab disapa Gus Ipul tersebut. Dia menegaskan keputusan kelima orang itu untuk bertemu dengan Presiden Israel sangat tidak bijaksana. Apalagi di tengah situasi yang semakin memanas antara Palestina dengan Israel. Gus Ipul menegaskan bahwa NU sebagai organisasi berada di barisan terdepan dalam mengutuk serangan yang terus dilancarkan Israel ke Palestina.

Dia mengatakan wajar jika pertemuan lima pemuda NU itu menuai kecaman masyarakat. Dia juga menegaskan kunjungan atau pertemuan itu melukai perasaan bangsa Indonesia.

Gus Ipul menuturkan saat ini PBNU sedang mendalami persoalan tersebut. Dia juga menuturkan PBNU segera memanggil kelima orang itu untuk tabayyun atau klarifikasi. ’’Dimintai keterangan terkait latar belakang, tujuan, siapa yang memberangkatkan, dan hal-hal prinsip lainnya,’’ tuturnya.

Gus Ipul juga mengatakan kelima orang tersebut mengabdi di badan otonom (banom) di bawah bendera PBNU. Jika nanti terbukti ada kesalahan, pimpinan banom yang terkait diminta untuk mengeluarkan sanksi pemberhentian sebagai pengurus lembaga atau banom.

Kelima orang yang mengaku pemuda NU itu adalah Sukron Makmun yang sekarang menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua PWNU Banten. Kemudian Zainul Maarif selaku dosen tetap bidang filsafat Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).

Kader NU berikutnya yang bertemu dengan Presiden Israel adalah Munawir Aziz adalah pengurus PCINU atau PBNU Cabang Inggris. Selanjutnya ada Nurul Bahrul Ulum, yang aktif bersuara tentang hak perempuan dan kesetaraan gender. Lalu ada Izza Annafisah Dania, tetapi belum ada catatan resmi kaitan Izza dengan NU secara kelembagaan atau banom.

Di bagian lain kampus Unusia menyampaikan sikap tegas, atas tindakan salah satu dosen mereka yang bertemu dengan Presiden Israel. Kepala Biro Humas Unusia Dwi Putri mengatakan pertemuan dosen mereka yang bernama Zainul Maarif dengan Presiden Israel adalah aktivitas individual.

Dwi menegaskan pertemuan itu tidak mewakili keterkaitan apapun dengan Unusia sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan NU. Dia juga menyampaikan Unusia akan menggelar sidang etik terhadap Zainul Maarif. Tujuannya untuk mempertanggungjawabkan kegiatannya tersebut. Pasalnya pertemuannya dengan Presiden Israel berdampak langsung terhadap reputasi kampus Unusia.

’’Selain itu juga bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Unusia,’’ tuturnya. Dia mengatakan Unusia mendukung sepenuhnya kemerdekaan Palestina. Mereka juga mengecam keras praktik genosida oleh Israel terhadap bangsa Palestina yang berlangsung sampai sekarang.

Kecaman terhadap pertemuan lima pemuda NU dengan Presiden Israel itu mucuat dari postingan akun Instagram @zenmaarif. Dalam postingannya diterangkan bahwa tempat pertemuan ditandai di kediaman Presiden Israel. Dalam captionnya, zenmaarif mengatakan lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan. Ketimbang aksi demonstrasi jalanan dan melakukan pemboikotan.

Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis turut mengecam. Dia mengatakan tindakan atau pertemuan tersebut melukai perasaan umat Islam. ’’Tidak bisa diterima nalar sehat,’’ tuturnya. Karena pertemuan itu dilaksanakan di tengah Israel yang terus menghancurkan kemanusiaan di Palestina.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sudarnoto Abdul Hakim meminta lima kader NU meminta maaf secara terbuka lantaran telah mempermalukan Indonesia usai bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. “Mereka tidak punya kepekaan sama sekali dan harus minta maaf secara terbuka,” kata Sudarnoto, Senin (15/7).

Sudarnoto menganggap, mereka sudah melanggar dan menantang konstitusi Indonesia dengan bertemu Presiden Israel. Baginya, semua warga bangsa Indonesia memang berhak membela Palestina, tapi jangan sampai mengabaikan konstitusi.

“Menteri Luar Negeri RI saja tidak pernah melakukan seperti itu. Apa mereka tidak paham bahwa Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel? Apa mereka enggak paham bahwa pemerintah Indonesia tidak akan pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel sepanjang mereka masih menjajah?” kata dia.

Melihat itu, Sudarnoto meminta pimpinan PBNU melakukan langkah positif terkait polemik ini karena sudah mempermalukan lembaga dan juga masyarakat Indonesia.

Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menganggap jika ada warga negara Indonesia yang bermesraan dengan Israel sama saja tak memiliki hati nurani. “Jika ada dari anak-anak bangsa ini yang bermesraan dengan Israel padahal negara zionis tersebut kita tahu telah berbuat zalim dan aniaya terhadap rakyat Palestina. Maka hal demikian merupakan pertanda bahwa mereka sudah tidak punya hati nurani dan tidak punya rasa perikeadilan serta perikemanusiaan,” katanya.

Anwar pun pesimistis jika lima Nahdliyin sengaja menemui Presiden Israel karena ingin mengubah sikap Israel terhadap Palestina. “Rasa-rasanya hal itu bagaikan mimpi di siang bolong,” kata dia.

Anwar lantas menyesalkan ada oknum anak-anak bangsa Indonesia berbuat di luar batas dengan menentang dan melecehkan konstitusi. Jika jati diri sebagai bangsa sudah terkoyak, ia yakin tak mudah untuk menyatukannya kembali.

“Untuk itu kita berharap agar semua pihak menghormati dan menjunjung tinggi konstitusi supaya kita sebagai bangsa tetap bersatu dan negara yang sama-sama kita cintai ini bisa maju,” kata dia. (wan/mia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/