27 C
Medan
Tuesday, July 9, 2024

KPK Preteli Petinggi Nasdem

Anggota Fraksi Partai NasDem DPRD Sumatera Utara Nezar Djoeli mengaku terkejut dan prihatin terhadap penetapan tersangka Sekjen DPP Partai NasDem Patrice Rio Capella oleh KPK. “Secara pribadi saya tentu sangat terkejut atas penetapan Pak Patrice sebagai tersangka. Tentu kita merasa prihatin dan sangat sedih, karena Pak Patrice sebagai Sekjen DPP sekaligus juga pendiri Partai NasDem, yang ikut membangun Partai NasDem dari awal hingga cukup besar seperti saat ini,” ujarnya.

Disinggung bagaimana sikapnya jika Ketua Partai NasDem Sumut HT Erry Nuradi terbawa-bawa dalam kasus tersebut lantaran ada rentetan pertemuan mengislahkan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi di Kantor DPP NasDem, Nezar yakin tidak ada kaitan kasus melibatkan Patrice Rio Capela dengan pertemuan tersebut.

“Tidak ada kaitannya dengan pertemuan itu. Itu kan hanya mendamaikan antara Pak Gatot dan Pak Erry. Andaipun Pak Patrice seperti yang dituduhkan KPK, tentu itu tindakan Pak Patrice sebagai pribadi manusia,” ujarnya.

Sementara Sekretaris DPW Partai NasDem Sumut, Iskandar, mengaku tak ingin mengomentari soal penetapan tersangkan Patrice Rio Capella. “Saya menunggu pernyataan resmi DPP Partai NasDem saja,” ujarnya.

Iskandar mengaku tidak mengetahui peran Rio Capella dalam kasus yang melibatkan Gubsu Gatot Pujo Nugroho. Kata dia, pertemuan antara Gatot, HT Erry Nuradi dan Surya Paloh di Kantor DPP Partai Nasdem murni untuk mendamaikan Gatot dengan Erry. “Kalau kemudian Pak Patrice ada komunikasi dengan Pak Gatot terkait bansos, kami tidak pernah tahu,” pungkasnya.

Ternyata, penetapan Rio Capella sebagai tersangka mulai tercium wartawan beberapa hari lalu. Rio  tak terlihat batang hidungnya lagi sejak diperiksa KPK pada 23 September lalu. Bahkan kolega separtainya juga tak pernah lagi melihat politikus NasDem yang menjadi saksi kasus suap ke hakim dan panitera PTUN Medan itu.  Lantas, ke manakah dirinya? Anggota Fraksi Partai NasDem DPR, Akbar Faizal mengatakan, Patrice memang tak terlihat lagi sejak diperiksa KPK.

“Enggak tahu. Saya nggak pernah lihat,” kata Akbar saat ditemui usai menghadiri sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (14/10).

Menurut Akbar, dia tidak pernah berkomunikasi lagi dengan rekannya sesama fraksi dan komisi itu. Bekas politikus Hanura itu juga tak berusaha mencari keberadaan Patrice.

“Saya enggak ada komunikasi lagi. Saya fokus di Komisi III dulu,” ujarnya.

Sementara itu, Jaksa Agung HM Prasetyo terkesan malas menanggapi isu tentang adanya intervensi Kejaksaan terhadap kasus penanganan dugaan korupsi dana bantuan sosial (bansos) Pemprov Sumut. Saat ditanya wartawan mengenai kebenaran desas-desus tersebut, Prasetyo tak memberi jawaban tegas.

Kader Partai NasDem ini juga mengatakan bahwa setiap orang bisa saja menyebar isu apapun. Namun kebenarannya tentu harus dibuktikan secara hukum melalui bukti-bukti.

Pada kesempatan itu, Presetyo menyarankan lebih baik  KPK mengusut dugaan intervensi tersebut sampai tuntas untuk mengetahui kebenarannya. “KPK tahu apa yang harus dilakukan. Siapa pun yang disebut kalau betul ada relevansinya, silahkan (diperiksa). Tidak ada masalah itu, KPK tahu cara kerjanya,” ujarnya.

Ada pun kabar Presiden Jokowi yang bakal kembali melakukan reshuffle alias merombak susunan kabinet, disebut-sebut juga merembet pada Jaksa Agung Selain menyingkirkan anggota kabinet yang tak bekerja maksimal, langkah tersebut juga untuk mengakomodir Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai pendatang baru dalam koalisi pendukung pemerintahan Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla. (sam/gil/flo/jpnn/bbs/val/ril)

Anggota Fraksi Partai NasDem DPRD Sumatera Utara Nezar Djoeli mengaku terkejut dan prihatin terhadap penetapan tersangka Sekjen DPP Partai NasDem Patrice Rio Capella oleh KPK. “Secara pribadi saya tentu sangat terkejut atas penetapan Pak Patrice sebagai tersangka. Tentu kita merasa prihatin dan sangat sedih, karena Pak Patrice sebagai Sekjen DPP sekaligus juga pendiri Partai NasDem, yang ikut membangun Partai NasDem dari awal hingga cukup besar seperti saat ini,” ujarnya.

Disinggung bagaimana sikapnya jika Ketua Partai NasDem Sumut HT Erry Nuradi terbawa-bawa dalam kasus tersebut lantaran ada rentetan pertemuan mengislahkan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi di Kantor DPP NasDem, Nezar yakin tidak ada kaitan kasus melibatkan Patrice Rio Capela dengan pertemuan tersebut.

“Tidak ada kaitannya dengan pertemuan itu. Itu kan hanya mendamaikan antara Pak Gatot dan Pak Erry. Andaipun Pak Patrice seperti yang dituduhkan KPK, tentu itu tindakan Pak Patrice sebagai pribadi manusia,” ujarnya.

Sementara Sekretaris DPW Partai NasDem Sumut, Iskandar, mengaku tak ingin mengomentari soal penetapan tersangkan Patrice Rio Capella. “Saya menunggu pernyataan resmi DPP Partai NasDem saja,” ujarnya.

Iskandar mengaku tidak mengetahui peran Rio Capella dalam kasus yang melibatkan Gubsu Gatot Pujo Nugroho. Kata dia, pertemuan antara Gatot, HT Erry Nuradi dan Surya Paloh di Kantor DPP Partai Nasdem murni untuk mendamaikan Gatot dengan Erry. “Kalau kemudian Pak Patrice ada komunikasi dengan Pak Gatot terkait bansos, kami tidak pernah tahu,” pungkasnya.

Ternyata, penetapan Rio Capella sebagai tersangka mulai tercium wartawan beberapa hari lalu. Rio  tak terlihat batang hidungnya lagi sejak diperiksa KPK pada 23 September lalu. Bahkan kolega separtainya juga tak pernah lagi melihat politikus NasDem yang menjadi saksi kasus suap ke hakim dan panitera PTUN Medan itu.  Lantas, ke manakah dirinya? Anggota Fraksi Partai NasDem DPR, Akbar Faizal mengatakan, Patrice memang tak terlihat lagi sejak diperiksa KPK.

“Enggak tahu. Saya nggak pernah lihat,” kata Akbar saat ditemui usai menghadiri sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (14/10).

Menurut Akbar, dia tidak pernah berkomunikasi lagi dengan rekannya sesama fraksi dan komisi itu. Bekas politikus Hanura itu juga tak berusaha mencari keberadaan Patrice.

“Saya enggak ada komunikasi lagi. Saya fokus di Komisi III dulu,” ujarnya.

Sementara itu, Jaksa Agung HM Prasetyo terkesan malas menanggapi isu tentang adanya intervensi Kejaksaan terhadap kasus penanganan dugaan korupsi dana bantuan sosial (bansos) Pemprov Sumut. Saat ditanya wartawan mengenai kebenaran desas-desus tersebut, Prasetyo tak memberi jawaban tegas.

Kader Partai NasDem ini juga mengatakan bahwa setiap orang bisa saja menyebar isu apapun. Namun kebenarannya tentu harus dibuktikan secara hukum melalui bukti-bukti.

Pada kesempatan itu, Presetyo menyarankan lebih baik  KPK mengusut dugaan intervensi tersebut sampai tuntas untuk mengetahui kebenarannya. “KPK tahu apa yang harus dilakukan. Siapa pun yang disebut kalau betul ada relevansinya, silahkan (diperiksa). Tidak ada masalah itu, KPK tahu cara kerjanya,” ujarnya.

Ada pun kabar Presiden Jokowi yang bakal kembali melakukan reshuffle alias merombak susunan kabinet, disebut-sebut juga merembet pada Jaksa Agung Selain menyingkirkan anggota kabinet yang tak bekerja maksimal, langkah tersebut juga untuk mengakomodir Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai pendatang baru dalam koalisi pendukung pemerintahan Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla. (sam/gil/flo/jpnn/bbs/val/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/