27 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Menjenguk Fransiskus di RS Bhayangkara, Dikawal Puluhan Polisi

DANIL SIREGAR/SUMUT POS TIBA: Fransiskus Subihardayan tiba di RS Bhayangkara Polda Sumut untuk menjalani perawatan lanjutan, Kamis (15/10).
DANIL SIREGAR/SUMUT POS
TIBA: Fransiskus Subihardayan tiba di RS Bhayangkara Polda Sumut untuk menjalani perawatan lanjutan, Kamis (15/10).

SUMUTPOS.CO- Kamar VIP Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Medan mendadak ramai. Puluhan petugas kepolisian dan jurnalis terlihat mengawal kedatangan Fransiscus Subihardayan, korban selamat helikopter EC-130 yang jatuh di Danau Toba.

Frans dipindahkan untuk keperluan pemulihan kesehatan dan belum bisa diganggu oleh siapapun, khususnya media massa. Perlahan, ruang rawat inap Simalungun Nomor 17 yang dihuni Frans menjadi sepi. Hanya tampak beberapa media yang setia menanti, mungkin keluarga Frans mau berbagi cerita.

Tak lama, Antonius Nur Susanto (53) menemui media yang tersisa, termasuk Sumut Pos. Paman, atau abang kandung ibu Frans ini dengan santai berkisah. “Kondisi Frans sudah mulai bagus, tapi kita mau dia beristirahat dulu biar bisa cepat pulih dan bisa kembali ke Jogja menemuai ibunya dan semua keluarga,” katanya sembari mengatakan Frans anak tunggal dari adik perempuannya, Sri Handayani.

Pria yang menyebut dirinya Pak De ini mengaku sudah banyak berkomunikasi dengan Frans. “Kesaksian Frans, mereka itu gak lompat tapi keluar setelah helinya mendarat di air. Pintu belakang langsung tebuka, tapi pintu pilot susah terbuka sampai tangan pilot Teguh berdarah dan Frans masuk nyelam bantu buka pintunya dan akhirnya bisa terbuka. Semua selamat, awalnya,” katanya.

Tak hanya membantu pilot untuk keluar dari Helikopter, Frans juga sempat kembali menyelam untuk mengambil pelampung di dalam helikopter. “Dia sempat nyelam lagi ke dalam buat nyari pelampung  tapi gak ketemu, akhirnya busa, bantal kursi helikopternya diambilnya ada lima, itulah yang jadi pegangan, nah itu yang ditemukan sama Tim SAR,” ujarnya.

Frans dan keempat korban lainnya, Pilot Teguh, Teknisi Poerwantono, Giyanto dan Nurhayanto Fabianus yang juga paman kandung Frans sempat bersama-sama dan menggunakan enceng gondok untuk tumpuhan. “Mereka semua buka baju dan celana biar lebih ringan, tinggal dalaman saja. Tapi karena ombak besar mereka terbagi jadi dua kelompok, si Frans masih sempat mengingatkan adik saya Nurhayanto untuk tidak banyak bergerak,” katanya dengan mata bekaca-kaca.

Sembari menahan air mata, ia kembali berkisah, mengulang kembali cerita Frans. “Mereka pisah, Frans berdua sama Giyanto. Malamnya Giyanto bilang ke Frans kalau dia sudah tidak tahan, dan sempat mengucapkan salam perpisahan. Katanya ‘Frans aku udah gak sanggup, selamat jalan, good bye’ begitu kesaksian Frans,” ujar Antonius Nur Susanto tegar.

Pihak keluarga sendiri, lanjutnya mendengar kabar helikopter lost contact pada siang hari usai melakukan ibadah di gereja. “Saya sempat komunikasi sama adik saya dan Frans, mereka ini bekerja di PT Penerbangan Angkasa Semesta (PAS) yang menyewakan helikopter atau pesawat. Sudah satu tahun Frans kerja di Kualanamu Medan, dan memang ini jadi penerbangan pertama dia selama setahun kerja di sini. Katanya mereka mau jalan-jalan saja, liburan,” katanya.

Sekitar satu jam helikopter terbang, ia sempat mencoba menghubungi kembali Frans namun tidak tersambung, satu jam kemudian dicoba lagi. Hingga akhirnya pada Selasa pagi ia dipanggil untuk segera menuju ke Kualanamu. “Saya cuma bawa uang Rp100 ribu pas buat ongkos naik Kereta Api ke Kualanamu, katanya ada yang selamat dan saya yakin itu pasti keluarga saya dan ternyata benar itu Frans. Saya lihat dari foto yang dikirim ke BB,” katanya sembari mengatakan Frans sudah yatim sejak di kandungan.

Rasa syukur tak hentinya diucapkan, meskipun satu angggota keluarganya lagi belum berhasil ditemukan. “Frans itu tamatan STM Penerbangan, dia juga udah pernah mencoba masuk AU tahun 2011 tapi tidak lulus. Tapi semangatnya sangat besar. Frans berhasil di tolong di detikdetik tenaganya yang terakhir. Dia sudah gak punya tenaga lagi, dia cuma bisa menggerak-gerakkan tangannya saat Tim SAR datang,” ujar Pak De menahan air matanya menetes.

Saat ini, keluarga sudah puas karena bisa melihat Frans selamat, namun pihaknya masih menanti kabar keselamatan korban lainnya, khususnya adik keduanya Nurhayanto Fabianus.

Di tempat yang sama, Kabid Dokkes Polda Sumut, Kombes Pol. Setyo Purwanto mengatakan Frans masih dalam proses pemulihan baik fisik juga kejiwaannya. “Saat ini kita melibatkan dokter spesialis penyakit dalam dan spesialis kesehatan jiwa dibantu psikolog untuk kembali menetralkan kesehatannya. Sejauh ini, dia terlihat membaik dan sudah bisa berkomunikasi. Tapi kami belum bisa bertanya secara detail peristiwa kemarin. Perbincangannya masih sebatas saja, belum ke materi-materinya. Takutnya, masih ada trauma,” katanya.

Ia belum bisa memastikan kapan Frans bisa pulang. “Tergantung kondisi dia yah, makanya kita terus pantau petlembangannya,” katanya.

Deputi Bidang Operasi SAR Basarnas, Mayor Jendral TNI Heronimus tiba bersama sejumlah anggota Basarnas di RS Bhayangkara mengaku korban dievakuasi lewat jalur darat karena kondisinya sudah cukup baik. “Saya sudah bicara dengan basis di bawah. Kita tengah mencari orang-orang yang hilang ini, dan saya sudah meminta helikoper satu lagi dari Jakarta,” ungkapnya.

Menurutnya, pencarian sempat terhalang kondisi cuaca. Di lokasi, kondisi cuaca agak berkabut. “Ya biasa, kabut cuaca memang begitu,” katanya. “Batas pencarian memang tujuh hari. Tapi kan kita evaluasi lagi. Lihat waktu, diperpanjang atau tidak,” tambah dia.

Terpisah, Kepala Operasi SAR Medan, Pandawa mengatakan, lokasi pencarian pada hari itu masih difokuskan saat tim gabungan menemukan Fransiskus. Dia menyebutkan, ada sekitar 700 personel yang diturunkan pada hari itu, dimana penyelusuran dilakukan via laut. “Pencarian dilakukan di beberapa sektor, namun lokasi kita fokuskan di tempat kita menemukan Fransiskus. Pencairan kita lakukan mulai dari pagi hari sampai pukul 17.00,” katanya kepada Sumut Pos melalui sambungan telepon.

Dia melanjutkan, sejauh ini hasil pencarian korban helikopter milik PT PAS tersebut masih negatif. “Namun pada hari tersebut cuaca cukup mendukung. Sebanyak 5 ferry bergerak yang didukung 7.00 personel. Selain Frans, kita belum berhasil menemukan korban lain,” ungkapnya.

Pandawa menambahkan, mulai Jumat (16/10), Basarnas sudah mendatangkan alat-alat pendukung guna memudahkan proses evakuasi. “Harapan kita pada hari ini alat-alat itu bisa digunakan,” pungkasnya seraya menyebut sampai sejauh ini pihaknya belum ada menerima bantuan apapun, termasuk alat berat dari negara luar. (put/prn)

DANIL SIREGAR/SUMUT POS TIBA: Fransiskus Subihardayan tiba di RS Bhayangkara Polda Sumut untuk menjalani perawatan lanjutan, Kamis (15/10).
DANIL SIREGAR/SUMUT POS
TIBA: Fransiskus Subihardayan tiba di RS Bhayangkara Polda Sumut untuk menjalani perawatan lanjutan, Kamis (15/10).

SUMUTPOS.CO- Kamar VIP Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Medan mendadak ramai. Puluhan petugas kepolisian dan jurnalis terlihat mengawal kedatangan Fransiscus Subihardayan, korban selamat helikopter EC-130 yang jatuh di Danau Toba.

Frans dipindahkan untuk keperluan pemulihan kesehatan dan belum bisa diganggu oleh siapapun, khususnya media massa. Perlahan, ruang rawat inap Simalungun Nomor 17 yang dihuni Frans menjadi sepi. Hanya tampak beberapa media yang setia menanti, mungkin keluarga Frans mau berbagi cerita.

Tak lama, Antonius Nur Susanto (53) menemui media yang tersisa, termasuk Sumut Pos. Paman, atau abang kandung ibu Frans ini dengan santai berkisah. “Kondisi Frans sudah mulai bagus, tapi kita mau dia beristirahat dulu biar bisa cepat pulih dan bisa kembali ke Jogja menemuai ibunya dan semua keluarga,” katanya sembari mengatakan Frans anak tunggal dari adik perempuannya, Sri Handayani.

Pria yang menyebut dirinya Pak De ini mengaku sudah banyak berkomunikasi dengan Frans. “Kesaksian Frans, mereka itu gak lompat tapi keluar setelah helinya mendarat di air. Pintu belakang langsung tebuka, tapi pintu pilot susah terbuka sampai tangan pilot Teguh berdarah dan Frans masuk nyelam bantu buka pintunya dan akhirnya bisa terbuka. Semua selamat, awalnya,” katanya.

Tak hanya membantu pilot untuk keluar dari Helikopter, Frans juga sempat kembali menyelam untuk mengambil pelampung di dalam helikopter. “Dia sempat nyelam lagi ke dalam buat nyari pelampung  tapi gak ketemu, akhirnya busa, bantal kursi helikopternya diambilnya ada lima, itulah yang jadi pegangan, nah itu yang ditemukan sama Tim SAR,” ujarnya.

Frans dan keempat korban lainnya, Pilot Teguh, Teknisi Poerwantono, Giyanto dan Nurhayanto Fabianus yang juga paman kandung Frans sempat bersama-sama dan menggunakan enceng gondok untuk tumpuhan. “Mereka semua buka baju dan celana biar lebih ringan, tinggal dalaman saja. Tapi karena ombak besar mereka terbagi jadi dua kelompok, si Frans masih sempat mengingatkan adik saya Nurhayanto untuk tidak banyak bergerak,” katanya dengan mata bekaca-kaca.

Sembari menahan air mata, ia kembali berkisah, mengulang kembali cerita Frans. “Mereka pisah, Frans berdua sama Giyanto. Malamnya Giyanto bilang ke Frans kalau dia sudah tidak tahan, dan sempat mengucapkan salam perpisahan. Katanya ‘Frans aku udah gak sanggup, selamat jalan, good bye’ begitu kesaksian Frans,” ujar Antonius Nur Susanto tegar.

Pihak keluarga sendiri, lanjutnya mendengar kabar helikopter lost contact pada siang hari usai melakukan ibadah di gereja. “Saya sempat komunikasi sama adik saya dan Frans, mereka ini bekerja di PT Penerbangan Angkasa Semesta (PAS) yang menyewakan helikopter atau pesawat. Sudah satu tahun Frans kerja di Kualanamu Medan, dan memang ini jadi penerbangan pertama dia selama setahun kerja di sini. Katanya mereka mau jalan-jalan saja, liburan,” katanya.

Sekitar satu jam helikopter terbang, ia sempat mencoba menghubungi kembali Frans namun tidak tersambung, satu jam kemudian dicoba lagi. Hingga akhirnya pada Selasa pagi ia dipanggil untuk segera menuju ke Kualanamu. “Saya cuma bawa uang Rp100 ribu pas buat ongkos naik Kereta Api ke Kualanamu, katanya ada yang selamat dan saya yakin itu pasti keluarga saya dan ternyata benar itu Frans. Saya lihat dari foto yang dikirim ke BB,” katanya sembari mengatakan Frans sudah yatim sejak di kandungan.

Rasa syukur tak hentinya diucapkan, meskipun satu angggota keluarganya lagi belum berhasil ditemukan. “Frans itu tamatan STM Penerbangan, dia juga udah pernah mencoba masuk AU tahun 2011 tapi tidak lulus. Tapi semangatnya sangat besar. Frans berhasil di tolong di detikdetik tenaganya yang terakhir. Dia sudah gak punya tenaga lagi, dia cuma bisa menggerak-gerakkan tangannya saat Tim SAR datang,” ujar Pak De menahan air matanya menetes.

Saat ini, keluarga sudah puas karena bisa melihat Frans selamat, namun pihaknya masih menanti kabar keselamatan korban lainnya, khususnya adik keduanya Nurhayanto Fabianus.

Di tempat yang sama, Kabid Dokkes Polda Sumut, Kombes Pol. Setyo Purwanto mengatakan Frans masih dalam proses pemulihan baik fisik juga kejiwaannya. “Saat ini kita melibatkan dokter spesialis penyakit dalam dan spesialis kesehatan jiwa dibantu psikolog untuk kembali menetralkan kesehatannya. Sejauh ini, dia terlihat membaik dan sudah bisa berkomunikasi. Tapi kami belum bisa bertanya secara detail peristiwa kemarin. Perbincangannya masih sebatas saja, belum ke materi-materinya. Takutnya, masih ada trauma,” katanya.

Ia belum bisa memastikan kapan Frans bisa pulang. “Tergantung kondisi dia yah, makanya kita terus pantau petlembangannya,” katanya.

Deputi Bidang Operasi SAR Basarnas, Mayor Jendral TNI Heronimus tiba bersama sejumlah anggota Basarnas di RS Bhayangkara mengaku korban dievakuasi lewat jalur darat karena kondisinya sudah cukup baik. “Saya sudah bicara dengan basis di bawah. Kita tengah mencari orang-orang yang hilang ini, dan saya sudah meminta helikoper satu lagi dari Jakarta,” ungkapnya.

Menurutnya, pencarian sempat terhalang kondisi cuaca. Di lokasi, kondisi cuaca agak berkabut. “Ya biasa, kabut cuaca memang begitu,” katanya. “Batas pencarian memang tujuh hari. Tapi kan kita evaluasi lagi. Lihat waktu, diperpanjang atau tidak,” tambah dia.

Terpisah, Kepala Operasi SAR Medan, Pandawa mengatakan, lokasi pencarian pada hari itu masih difokuskan saat tim gabungan menemukan Fransiskus. Dia menyebutkan, ada sekitar 700 personel yang diturunkan pada hari itu, dimana penyelusuran dilakukan via laut. “Pencarian dilakukan di beberapa sektor, namun lokasi kita fokuskan di tempat kita menemukan Fransiskus. Pencairan kita lakukan mulai dari pagi hari sampai pukul 17.00,” katanya kepada Sumut Pos melalui sambungan telepon.

Dia melanjutkan, sejauh ini hasil pencarian korban helikopter milik PT PAS tersebut masih negatif. “Namun pada hari tersebut cuaca cukup mendukung. Sebanyak 5 ferry bergerak yang didukung 7.00 personel. Selain Frans, kita belum berhasil menemukan korban lain,” ungkapnya.

Pandawa menambahkan, mulai Jumat (16/10), Basarnas sudah mendatangkan alat-alat pendukung guna memudahkan proses evakuasi. “Harapan kita pada hari ini alat-alat itu bisa digunakan,” pungkasnya seraya menyebut sampai sejauh ini pihaknya belum ada menerima bantuan apapun, termasuk alat berat dari negara luar. (put/prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/