26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Hampir Separuh Jenazah Korban Tanah Longsor Ditemukan


SUMUTPOS.CO – Hujan deras yang turun pada hari Senin (15/12) sore di kawasan Banjarnegara, memaksa tim gabungan evakuasi jenazah korban tanah longsor menghentikan kerja mereka.

Sepanjang hari Senin (15/12), tim gabungan menemukan 12 jenazah dari timbunan tanah longsor. Dengan demikian, hingga operasi pencarian dihentikan sore hari, sudah 51 jenazah yang ditemuan dan 57 korban masih dalam pencarian. Dari jumlah tersebut, 6 jenazah belum dapat diidentifikasi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, kawasan yang tersapu tanah longsor luasnya mencapai 17 hektar. Hujan yang selalu datang di sore hari menghambat upaya pencarian, karena air menggenang dan menciptakan lumpur.

Pihak kepolisian telah mengerahkan 4 ekor anjing pelacak, untuk membantu pencarian jenazah. Namun, seperti diakui Kepala Kepolisian Resor Banjarnegara, AKBP Wika Hardianto, anjing pelacak efektif membantu di tanah yang kering. Karena itu, hujan dan genangan air menjadi hambatan tersendiri, meski kehadiran hewan terlatih itu tetap memberi dampak positif.

“Anjing pelacak ini ada lebih dari 12 ekor yang kita turunkan. Nah, kalau tanah sudah mulai mengeras, itu nanti bau mayat dari dalam itu bisa dicium anjing pelacak dari pori-pori tanah. Tadi juga anjing pelacak ini sudah bisa menemukan korban. Mari kita lihat situasinya, semoga tidak hujan, karena kalau tidak hujan bisa bisa melakukan evakuasi lebih cepat,” ungkap Hardianto.

Sementara itu, pemerintah daerah setempat juga terus berupaya membuka akses jalan utama yang melewati kawasan bencana ini. Jalur penghubung Banjarnegara dengan beberapa kabupaten lain itu sangat strategis untuk kegiatan ekonomi masyarakat.

Dengan bantuan 12 alat berat dari Kementerian Pekerjaan Umum, diharapkan pembersihan tanah longsoran bisa lebih cepat dilakukan. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banjarnegara, Mulyanto kepada VOA mengatakan, paling tidak akan dibutuhkan waktu satu bulan memulihkan infrastruktur jalan kawasan bencana, karena tebalnya tanah longsoran.

“Prioritas pertama jelas evakuasi korban dulu. Yang kedua pemulihan infrastruktur untuk memudahkan akses ke Karangkobar, Banjarnegara. Dan ini memang butuh waktu karena luar biasa ini tanah yang menimbun entah sampai berapa meter tebalnya. Tentunya semua ini menjadi kewenangan Bina Marga dan Kementerian Pekerjaan Umum,” kata Mulyanto.

BNPB sendiri menyimpulkan setidaknya ada 4 faktor penyebab terjadinya bencana tanah longsor di Banjarnegara. Keempatnya adalah tanah yang lapuk, kemiringan lebih dari 60 derajat, hujan deras dan pemanfaatan tanah yang tidak mengindahkan upaya konservasi.

Pada tahun 2006, Banjarnegara juga mengalami bencana tanah longsor, tepatnya di desa Sijeruk, yang mengakibatkan 90 orang meninggal, dengan 76 jenazah ditemukan. (VOA)


SUMUTPOS.CO – Hujan deras yang turun pada hari Senin (15/12) sore di kawasan Banjarnegara, memaksa tim gabungan evakuasi jenazah korban tanah longsor menghentikan kerja mereka.

Sepanjang hari Senin (15/12), tim gabungan menemukan 12 jenazah dari timbunan tanah longsor. Dengan demikian, hingga operasi pencarian dihentikan sore hari, sudah 51 jenazah yang ditemuan dan 57 korban masih dalam pencarian. Dari jumlah tersebut, 6 jenazah belum dapat diidentifikasi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, kawasan yang tersapu tanah longsor luasnya mencapai 17 hektar. Hujan yang selalu datang di sore hari menghambat upaya pencarian, karena air menggenang dan menciptakan lumpur.

Pihak kepolisian telah mengerahkan 4 ekor anjing pelacak, untuk membantu pencarian jenazah. Namun, seperti diakui Kepala Kepolisian Resor Banjarnegara, AKBP Wika Hardianto, anjing pelacak efektif membantu di tanah yang kering. Karena itu, hujan dan genangan air menjadi hambatan tersendiri, meski kehadiran hewan terlatih itu tetap memberi dampak positif.

“Anjing pelacak ini ada lebih dari 12 ekor yang kita turunkan. Nah, kalau tanah sudah mulai mengeras, itu nanti bau mayat dari dalam itu bisa dicium anjing pelacak dari pori-pori tanah. Tadi juga anjing pelacak ini sudah bisa menemukan korban. Mari kita lihat situasinya, semoga tidak hujan, karena kalau tidak hujan bisa bisa melakukan evakuasi lebih cepat,” ungkap Hardianto.

Sementara itu, pemerintah daerah setempat juga terus berupaya membuka akses jalan utama yang melewati kawasan bencana ini. Jalur penghubung Banjarnegara dengan beberapa kabupaten lain itu sangat strategis untuk kegiatan ekonomi masyarakat.

Dengan bantuan 12 alat berat dari Kementerian Pekerjaan Umum, diharapkan pembersihan tanah longsoran bisa lebih cepat dilakukan. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banjarnegara, Mulyanto kepada VOA mengatakan, paling tidak akan dibutuhkan waktu satu bulan memulihkan infrastruktur jalan kawasan bencana, karena tebalnya tanah longsoran.

“Prioritas pertama jelas evakuasi korban dulu. Yang kedua pemulihan infrastruktur untuk memudahkan akses ke Karangkobar, Banjarnegara. Dan ini memang butuh waktu karena luar biasa ini tanah yang menimbun entah sampai berapa meter tebalnya. Tentunya semua ini menjadi kewenangan Bina Marga dan Kementerian Pekerjaan Umum,” kata Mulyanto.

BNPB sendiri menyimpulkan setidaknya ada 4 faktor penyebab terjadinya bencana tanah longsor di Banjarnegara. Keempatnya adalah tanah yang lapuk, kemiringan lebih dari 60 derajat, hujan deras dan pemanfaatan tanah yang tidak mengindahkan upaya konservasi.

Pada tahun 2006, Banjarnegara juga mengalami bencana tanah longsor, tepatnya di desa Sijeruk, yang mengakibatkan 90 orang meninggal, dengan 76 jenazah ditemukan. (VOA)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/