25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Bomber Juga Pembunuh TNI

Polisi Yakin Bernama Muhammad Syarif

JAKARTA- Polisi tidak ingin dianggap lamban dalam menyelidiki kasus bom bunuh diri di Masjid Adz-Dzikra, kompleks Mapolres Kota Cirebon, Jumat siang lalu (15/4). Kemarin siapa bomber atau pelaku bom bunuh diri itu sudah diungkap. Dari pencocokan data post mortem (setelah kematian) dan data ante mortem (sebelum kematian) muncul nama Muhammad Syarif (MS). Dia adalah warga Astanagarib Utara, Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Meski polisi yakin, tetap saja untuk memastikan itu harus menunggu tes DNA. Untuk keperluan itu, Polri sudah memeriksa sampel darah ibu dan saudara MS.

Polri sudah 97 persen yakin bahwa pengebom itu adalah Syarif. Hanya, untuk memastikan itu, tim identifikasi menunggu hasil pencocokan DNA yang baru selesai dalam 30 jam. Sampel darah mulai diteliti pukul 04.00 WIB Sabtu (16/4) dan baru selesai sekitar pukul 10.00 WIB, hari ini (17/4).

“Kami akan mengumumkan kepastiannya apakah MS atau bukan besok (hari ini) jam 13.00 WIB,” kata Kadivhumas Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam, kemarin (16/4). Mantan Kapolda Jatim itu membenarkan adanya pemeriksaan sampel darah keluarga MS. “Ya, sudah diambil Sabtu dini hari dan sekarang masih diteliti,” katanya.

Seorang petugas Inafis Mabes Polri yang menolak dikutip namanya menyebutkan bahwa dari data lain, seperti struktur wajah dan sidik jari, identik dengan MS. “Margin error sidik jari itu kecil sekali, hanya 1 persen. Tapi, untuk lebih yakin, kami tetap menunggu hasil tes DNA,” katanya kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos), kemarin (16/4).
Dari mana Polri mempunyai data sidik jari MS? Menurut dia, penyidik sudah berhasil memperoleh SIM (surat izin mengemudi) milik pemuda kelahiran 1979 itu. “Sekali lagi, pencatatan sidik jari kita belum maksimal. Jadi, tetap menunggu DNA,” kata perwira yang juga dokter itu.

Saat membeber ciri-ciri pelaku di RS Polri, Anton Bachrul Alam menjelaskan, tim ahli forensik sudah bekerja keras setelah mayat pelaku itu tiba di Jakarta sekitar pukul 20.30 WIB, Jumat (15/4). Setelah melakukan pemeriksaan, polisi menyimpulkan bahwa pelaku adalah pria dengan ras Mongoloid. Pria yang diduga berusia 25-35 tahun itu memiliki tinggi 181 sentimeter dan berat badannya diperkirakan 70 kilogram.

Mantan Kapolda Jatim itu menambahkan, ada beberapa tanda lahir pada mayat pelaku bom bunuh diri tersebut. Di antara tanda lahir tersebut, ada di paha kanan. Ciri lainnya adalah gigi atas pelaku pecah sedikit. Kuku jempol tangan kirinya terlihat bekas luka dan berjenggot tipis.

Setelah mayat pelaku tersebut diperiksa, Anton menjelaskan bahwa si pelaku telah mengelabui penjagaan petugas. Caranya, mengenakan busana rangkap lima. Cara itu dilakukan untuk membuat badannya semakin terlihat gemuk. Dengan begitu, bom yang digembol di perut bagian kanan tidak terlihat menonjol. Setiap busana yang dikenakan itu diselotip rapat. “Persiapan yang dilakukan benar-benar sudah rapi,” urai jenderal bintang dua itu. Akibat ledakan bom tersebut, perut sisi kanan bolong dan seluruh isinya terburai.

Anton lantas menjelaskan, korban bom bunuh diri yang meledak Jumat lalu pukul 12.17 WIB tersebut adalah 31 orang. “Termasuk pelaku yang meninggal di TKP (tempat kejadia perkara),” kata dia. Sebanyak 30 korban lainnya terdiri atas 24 terluka ringan dan 6 luka berat. “Delapan korban luka ringan menjalani rawat jalan,” papar Anton.
Wakabareskrim Mabes Polri, Irjen Pol Mathius Salempang menjelaskan, pihaknya saat ini berupaya memastikan siapa pelaku tersebut. Selanjutnya adalah menelusuri dia berasal dari kelompok mana. Mathius mengonfirmasi bom yang meledak itu berdaya ledak rendah atau low explosive. Di dalam bom itu terdapat paku, mur, baut dan satu baterai.

Berdasar hasil pemeriksaan terhadap mayat pelaku, Mathius mengatakan bahwa polisi tidak menemukan secarik identitas atau pesan-pesan yang lain. “Kami hanya menemukan sebuah setruk makan nasi di warung,” katanya. Sumber lain Jawa Pos di lapangan menyebutkan, penyidik sekarang memburu partner MS dalam aksinya di Cirebon. “Jejaknya terbaca ke Kuningan. Insya Allah, akan ada penangkapan segera,” katanya tadi malam. Dia tidak memerinci berapa orang yang diburu.

Perwira muda alumnus kursus antiteror di Manila itu menyebutkan, aksi MS bukan aksi individual. “Dipersiapkan dengan baik. Hanya memang aksesnya terhadap bahan peledak lemah. Jadi hanya low explosive,” katanya. Dia menduga, skenario MS seharusnya merangkul Kapolresta untuk membunuh. “Untungnya, dia terlalu bersemangat dan terburu-buru sehingga justru berbalik badan (membelakangi kiblat) dan meledak,” katanya.

Di bagian lain, aparat kepolisian di Polres Kota Cirebon hingga kemarin masih mengumpulkan sejumlah data dan fakta terkait sosok MS. Dari hasil penelusuran itu diperoleh data, MS diduga sebagai pelaku pembunuhan anggota Kodim Cirebon Kopral Kepala Sutejo di Jalan Raya Desa Cempaka, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, pada 3 April lalu. Saat itu Sutejo ditemukan tewas mengenaskan dalam keadaan leher digorok dan banyak luka tikaman senjata tajam. Nama MS disebut terlibat karena di TKP (tempat kejadian perkara) polisi menemukan SIM milik MS. “Kami masih harus mengumpulkan bukti-bukti lain keterlibatan dia (MS),” kata seorang petugas.

Soal keterlibatan MS dalam pembunuhan anggota TNI itu kemarin juga dikonfirmasi Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Suparni Parto dalam jumpa pers dengan wartawan kemarin. “Boleh-boleh saja menduga. Tapi, jika benar ada kaitannya dengan kasus pembunuhan terhadap anggota TNI di wilayah hukum Polres Cirebon, itu masih perlu waktu untuk analisis identifikasi dan pengumpulan data,” jelasnya. Informasi yang juga dihimpun polisi menyebutkan, MS pernah mondok di Solo. Tetapi, belum diketahui secara persis nama pondoknya. “Sepulang dari Solo, kata warga, dia (MS) menjadi orang yang radikal. Dia pernah merusak sebuah minimarket karena menjual minuman beralkohol,” ujar seorang sumber di Polres Cirebon. “Dia juga sering ikut demonstrasi di Cirebon,”  tambahnya.

Kecoh Polisi

Pelaku bom bunuh diri sengaja menyerang masjid diduga untuk mengecoh polisi siapa target sebenarnya dari serangan ini. “Ini sebuah operasi cipta kondisi. Di intelijen dikenal adanya gerakan pengecoh,” ujar pengamat kepolisian, Alfons Loemau, Sabtu (16/4). Alfons yakin serangan itu bukan menyerang polisi. Dengan meledakkan bom di kantor polisi, akan banyak dugaan motif serangan ini. Ini keinginan teroris, untuk mengaburkan motif sesungguhnya.

“Dengan melakukan bom bunuh diri di masjid tapi di kantor polisi, orang bingung. Banyak dugaan itu kayaknya menyasar kantor polisi. Tapi yang diserang masjid, nah ini kan orang jadi bertanya-tanya,” kata mantan Kombes ini.
Alfons berharap polisi tidak terlalu reaktif dengan kasus ini. Tidak perlu membuat kantor polisi menjadi tempat yang menyeramkan bagi warga yang ingin melaporkan sesuatu. Penggeledahan pada orang yang memasuki kantor polisi juga selayaknya dilakukan dengan wajar.

“Kerjaan polisi itu melayani orang. Jangan sampai menolak orang datang. Atau membuat orang malas untuk datang,” pesan Alfons.

Ke Masjid Jangan Bawa Peralatan

Kapolda Sumut, Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro meminta kepada masyarakat Sumut untuk mewaspadai orang-orang atau kelompok yang mencurigakan. “Saya prihatin atas peristiwa ledakan bom yang terjadi di masjid komplek Mapolresta Kota Cirebon. Aapalagi saat akan dilaksanakannya salat Jumat,” tegas Wisjnu di lapangan Benteng Medan, Sabtu (16/4).

“Saya berharap agar di Kota Medan dan Sumatera Utara umumnya peristiwa seperti ini tidak akan pernah terjadi.Untuk itu diharapkan agar seluruh lapisan masyarakat, untuk bekerjasama dengan aparat kepolisian, memantau setiap gerak orang yang mencurigakan,” tegasnya.

Dikatakannya, polisi bersama unsur muspida dan muspika komit saling bahu membahu, guna menciptakan rasa aman di Kota Medan dan Sumatera Utara.

“Sebelum terjadi peristiwa bom bunuh diri itu, Polda Sumatera Utara bersama muspida tingkat I dan II bersama-sama memerangi aksi teror,” tegasnya.

Dia juga telah mengimbau kepada pemilik tempat-tempat hiburan malam, pusat perbelanjaan, hotel dan tempat ibadah untuk meningkatkan kewaspadaan. “Pengamanan itu kita minta mulai dari tingkat RT, RW, lurah dan camat juga diimbau kalau ada melihat orang-orang yang mencurigakan dilaporkan kepada polisi. Kepada pengurus masjid ke depan juga diminta saat digelarnya salat berjamaah, diharapkan jamaah tidak membawa barang-barangnya masuk ke dalam masjid,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi dan mempersempit ruang gerak pelaku bom bunuh diri Polda Sumut langsung meningkatkan kinerja intelijen. “Utamanya operasi intelijen harus ditingkatkan serta upaya-upaya lainya seperti pendekatan kepada masyarakat,”ujar Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hery Subiansauri.

Dikatakanya, pihaknya juga akan memperketat pengawasan di tiap-tiap pos penjagaan kepolisian. “Kita akan meningkatkan penjagaan di tiap-tiap pos khususnya yang bersifat vital,” katanya. “Semua tempat kita awasi dan dianggap istimewa, kejadian di Cirebon peringatakan untuk meningkatkan kewaspadaan,” jelasnya.

Tapi, lanjutnya, semua itu tidak terlepas dari peran masyarakat. “Kesiapan kita ini juga tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam membantu kinerja kepolisian,” katanya.

Pantauan wartawan koran ini, peningkatan pengamanan khususnya di pos-pos jaga polisi juga ditingkatkan seperti di sentral pelayanan kepolisian. Dua dan tiga petugas terus mengamati masyarakat yang ingin membesuk tahanan. Bagi tamu yang tak dikenal masuk ke kantor polisi langsung ditanyai. ((rdl/wan/rdh/c4/kum/rud/mag-8/jpnn)

Jejak Terakhir Bomber

  1. Pelaku bom bunuh diri datang sendirian ke Mapolresta Cirebon, Jawa Barat menumpang becak dan turun di salah satu warung sebelah Mapolresta.
  2. Pelaku bom bunuh diri  singgah sebentar di sebuah warung yang berada di sebelah Mapolresta sekitar pukul 11.30 WIB, Jumat (15/4).
  3. Pelaku sempat membeli minuman. Pelaku juga sempat menawarkan parfum ke pemilik warung yang berada di sebelah Mapolresta Cirebon, Jawa Barat. Namun tawaran pelaku itu ditolak pemilik warung, Rahmat Sunyoto, yang juga menjadi korban ledakan bom.
  4. Setengah jam berada di warung, pelaku pun kemudian berjalan menuju masjid pukul 12.00 WIB.

Sumber:  Pemilik Warung.

Polisi Yakin Bernama Muhammad Syarif

JAKARTA- Polisi tidak ingin dianggap lamban dalam menyelidiki kasus bom bunuh diri di Masjid Adz-Dzikra, kompleks Mapolres Kota Cirebon, Jumat siang lalu (15/4). Kemarin siapa bomber atau pelaku bom bunuh diri itu sudah diungkap. Dari pencocokan data post mortem (setelah kematian) dan data ante mortem (sebelum kematian) muncul nama Muhammad Syarif (MS). Dia adalah warga Astanagarib Utara, Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Meski polisi yakin, tetap saja untuk memastikan itu harus menunggu tes DNA. Untuk keperluan itu, Polri sudah memeriksa sampel darah ibu dan saudara MS.

Polri sudah 97 persen yakin bahwa pengebom itu adalah Syarif. Hanya, untuk memastikan itu, tim identifikasi menunggu hasil pencocokan DNA yang baru selesai dalam 30 jam. Sampel darah mulai diteliti pukul 04.00 WIB Sabtu (16/4) dan baru selesai sekitar pukul 10.00 WIB, hari ini (17/4).

“Kami akan mengumumkan kepastiannya apakah MS atau bukan besok (hari ini) jam 13.00 WIB,” kata Kadivhumas Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam, kemarin (16/4). Mantan Kapolda Jatim itu membenarkan adanya pemeriksaan sampel darah keluarga MS. “Ya, sudah diambil Sabtu dini hari dan sekarang masih diteliti,” katanya.

Seorang petugas Inafis Mabes Polri yang menolak dikutip namanya menyebutkan bahwa dari data lain, seperti struktur wajah dan sidik jari, identik dengan MS. “Margin error sidik jari itu kecil sekali, hanya 1 persen. Tapi, untuk lebih yakin, kami tetap menunggu hasil tes DNA,” katanya kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos), kemarin (16/4).
Dari mana Polri mempunyai data sidik jari MS? Menurut dia, penyidik sudah berhasil memperoleh SIM (surat izin mengemudi) milik pemuda kelahiran 1979 itu. “Sekali lagi, pencatatan sidik jari kita belum maksimal. Jadi, tetap menunggu DNA,” kata perwira yang juga dokter itu.

Saat membeber ciri-ciri pelaku di RS Polri, Anton Bachrul Alam menjelaskan, tim ahli forensik sudah bekerja keras setelah mayat pelaku itu tiba di Jakarta sekitar pukul 20.30 WIB, Jumat (15/4). Setelah melakukan pemeriksaan, polisi menyimpulkan bahwa pelaku adalah pria dengan ras Mongoloid. Pria yang diduga berusia 25-35 tahun itu memiliki tinggi 181 sentimeter dan berat badannya diperkirakan 70 kilogram.

Mantan Kapolda Jatim itu menambahkan, ada beberapa tanda lahir pada mayat pelaku bom bunuh diri tersebut. Di antara tanda lahir tersebut, ada di paha kanan. Ciri lainnya adalah gigi atas pelaku pecah sedikit. Kuku jempol tangan kirinya terlihat bekas luka dan berjenggot tipis.

Setelah mayat pelaku tersebut diperiksa, Anton menjelaskan bahwa si pelaku telah mengelabui penjagaan petugas. Caranya, mengenakan busana rangkap lima. Cara itu dilakukan untuk membuat badannya semakin terlihat gemuk. Dengan begitu, bom yang digembol di perut bagian kanan tidak terlihat menonjol. Setiap busana yang dikenakan itu diselotip rapat. “Persiapan yang dilakukan benar-benar sudah rapi,” urai jenderal bintang dua itu. Akibat ledakan bom tersebut, perut sisi kanan bolong dan seluruh isinya terburai.

Anton lantas menjelaskan, korban bom bunuh diri yang meledak Jumat lalu pukul 12.17 WIB tersebut adalah 31 orang. “Termasuk pelaku yang meninggal di TKP (tempat kejadia perkara),” kata dia. Sebanyak 30 korban lainnya terdiri atas 24 terluka ringan dan 6 luka berat. “Delapan korban luka ringan menjalani rawat jalan,” papar Anton.
Wakabareskrim Mabes Polri, Irjen Pol Mathius Salempang menjelaskan, pihaknya saat ini berupaya memastikan siapa pelaku tersebut. Selanjutnya adalah menelusuri dia berasal dari kelompok mana. Mathius mengonfirmasi bom yang meledak itu berdaya ledak rendah atau low explosive. Di dalam bom itu terdapat paku, mur, baut dan satu baterai.

Berdasar hasil pemeriksaan terhadap mayat pelaku, Mathius mengatakan bahwa polisi tidak menemukan secarik identitas atau pesan-pesan yang lain. “Kami hanya menemukan sebuah setruk makan nasi di warung,” katanya. Sumber lain Jawa Pos di lapangan menyebutkan, penyidik sekarang memburu partner MS dalam aksinya di Cirebon. “Jejaknya terbaca ke Kuningan. Insya Allah, akan ada penangkapan segera,” katanya tadi malam. Dia tidak memerinci berapa orang yang diburu.

Perwira muda alumnus kursus antiteror di Manila itu menyebutkan, aksi MS bukan aksi individual. “Dipersiapkan dengan baik. Hanya memang aksesnya terhadap bahan peledak lemah. Jadi hanya low explosive,” katanya. Dia menduga, skenario MS seharusnya merangkul Kapolresta untuk membunuh. “Untungnya, dia terlalu bersemangat dan terburu-buru sehingga justru berbalik badan (membelakangi kiblat) dan meledak,” katanya.

Di bagian lain, aparat kepolisian di Polres Kota Cirebon hingga kemarin masih mengumpulkan sejumlah data dan fakta terkait sosok MS. Dari hasil penelusuran itu diperoleh data, MS diduga sebagai pelaku pembunuhan anggota Kodim Cirebon Kopral Kepala Sutejo di Jalan Raya Desa Cempaka, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, pada 3 April lalu. Saat itu Sutejo ditemukan tewas mengenaskan dalam keadaan leher digorok dan banyak luka tikaman senjata tajam. Nama MS disebut terlibat karena di TKP (tempat kejadian perkara) polisi menemukan SIM milik MS. “Kami masih harus mengumpulkan bukti-bukti lain keterlibatan dia (MS),” kata seorang petugas.

Soal keterlibatan MS dalam pembunuhan anggota TNI itu kemarin juga dikonfirmasi Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Suparni Parto dalam jumpa pers dengan wartawan kemarin. “Boleh-boleh saja menduga. Tapi, jika benar ada kaitannya dengan kasus pembunuhan terhadap anggota TNI di wilayah hukum Polres Cirebon, itu masih perlu waktu untuk analisis identifikasi dan pengumpulan data,” jelasnya. Informasi yang juga dihimpun polisi menyebutkan, MS pernah mondok di Solo. Tetapi, belum diketahui secara persis nama pondoknya. “Sepulang dari Solo, kata warga, dia (MS) menjadi orang yang radikal. Dia pernah merusak sebuah minimarket karena menjual minuman beralkohol,” ujar seorang sumber di Polres Cirebon. “Dia juga sering ikut demonstrasi di Cirebon,”  tambahnya.

Kecoh Polisi

Pelaku bom bunuh diri sengaja menyerang masjid diduga untuk mengecoh polisi siapa target sebenarnya dari serangan ini. “Ini sebuah operasi cipta kondisi. Di intelijen dikenal adanya gerakan pengecoh,” ujar pengamat kepolisian, Alfons Loemau, Sabtu (16/4). Alfons yakin serangan itu bukan menyerang polisi. Dengan meledakkan bom di kantor polisi, akan banyak dugaan motif serangan ini. Ini keinginan teroris, untuk mengaburkan motif sesungguhnya.

“Dengan melakukan bom bunuh diri di masjid tapi di kantor polisi, orang bingung. Banyak dugaan itu kayaknya menyasar kantor polisi. Tapi yang diserang masjid, nah ini kan orang jadi bertanya-tanya,” kata mantan Kombes ini.
Alfons berharap polisi tidak terlalu reaktif dengan kasus ini. Tidak perlu membuat kantor polisi menjadi tempat yang menyeramkan bagi warga yang ingin melaporkan sesuatu. Penggeledahan pada orang yang memasuki kantor polisi juga selayaknya dilakukan dengan wajar.

“Kerjaan polisi itu melayani orang. Jangan sampai menolak orang datang. Atau membuat orang malas untuk datang,” pesan Alfons.

Ke Masjid Jangan Bawa Peralatan

Kapolda Sumut, Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro meminta kepada masyarakat Sumut untuk mewaspadai orang-orang atau kelompok yang mencurigakan. “Saya prihatin atas peristiwa ledakan bom yang terjadi di masjid komplek Mapolresta Kota Cirebon. Aapalagi saat akan dilaksanakannya salat Jumat,” tegas Wisjnu di lapangan Benteng Medan, Sabtu (16/4).

“Saya berharap agar di Kota Medan dan Sumatera Utara umumnya peristiwa seperti ini tidak akan pernah terjadi.Untuk itu diharapkan agar seluruh lapisan masyarakat, untuk bekerjasama dengan aparat kepolisian, memantau setiap gerak orang yang mencurigakan,” tegasnya.

Dikatakannya, polisi bersama unsur muspida dan muspika komit saling bahu membahu, guna menciptakan rasa aman di Kota Medan dan Sumatera Utara.

“Sebelum terjadi peristiwa bom bunuh diri itu, Polda Sumatera Utara bersama muspida tingkat I dan II bersama-sama memerangi aksi teror,” tegasnya.

Dia juga telah mengimbau kepada pemilik tempat-tempat hiburan malam, pusat perbelanjaan, hotel dan tempat ibadah untuk meningkatkan kewaspadaan. “Pengamanan itu kita minta mulai dari tingkat RT, RW, lurah dan camat juga diimbau kalau ada melihat orang-orang yang mencurigakan dilaporkan kepada polisi. Kepada pengurus masjid ke depan juga diminta saat digelarnya salat berjamaah, diharapkan jamaah tidak membawa barang-barangnya masuk ke dalam masjid,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi dan mempersempit ruang gerak pelaku bom bunuh diri Polda Sumut langsung meningkatkan kinerja intelijen. “Utamanya operasi intelijen harus ditingkatkan serta upaya-upaya lainya seperti pendekatan kepada masyarakat,”ujar Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hery Subiansauri.

Dikatakanya, pihaknya juga akan memperketat pengawasan di tiap-tiap pos penjagaan kepolisian. “Kita akan meningkatkan penjagaan di tiap-tiap pos khususnya yang bersifat vital,” katanya. “Semua tempat kita awasi dan dianggap istimewa, kejadian di Cirebon peringatakan untuk meningkatkan kewaspadaan,” jelasnya.

Tapi, lanjutnya, semua itu tidak terlepas dari peran masyarakat. “Kesiapan kita ini juga tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam membantu kinerja kepolisian,” katanya.

Pantauan wartawan koran ini, peningkatan pengamanan khususnya di pos-pos jaga polisi juga ditingkatkan seperti di sentral pelayanan kepolisian. Dua dan tiga petugas terus mengamati masyarakat yang ingin membesuk tahanan. Bagi tamu yang tak dikenal masuk ke kantor polisi langsung ditanyai. ((rdl/wan/rdh/c4/kum/rud/mag-8/jpnn)

Jejak Terakhir Bomber

  1. Pelaku bom bunuh diri datang sendirian ke Mapolresta Cirebon, Jawa Barat menumpang becak dan turun di salah satu warung sebelah Mapolresta.
  2. Pelaku bom bunuh diri  singgah sebentar di sebuah warung yang berada di sebelah Mapolresta sekitar pukul 11.30 WIB, Jumat (15/4).
  3. Pelaku sempat membeli minuman. Pelaku juga sempat menawarkan parfum ke pemilik warung yang berada di sebelah Mapolresta Cirebon, Jawa Barat. Namun tawaran pelaku itu ditolak pemilik warung, Rahmat Sunyoto, yang juga menjadi korban ledakan bom.
  4. Setengah jam berada di warung, pelaku pun kemudian berjalan menuju masjid pukul 12.00 WIB.

Sumber:  Pemilik Warung.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/