30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Legawa Lebaran Berbeda Hari

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hari Lebaran atau 1 Syawal 1444 Hijriah berpotensi dirayakan tak bersamaan. PP Muhammadiyah jauh hari sudah menetapkan Idul Fitri sepekan lagi, pada Jumat (21/4). Sementara, pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat menunggu sidang isbat. Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta masyarakat tetap menjaga toleransi dalam menyikapi perbedaan tersebut.

Ma’ruf mengatakan, perbedaan hari Lebaran itu terjadi karena perbedaan kriteria. Pemerintah menggunakan metode gabungan hisab dan rukyat dari pengamatan hilal. “Muhammadiyah memang asal ada wujud saja walaupun (tinggi hilal) setengah derajat,” kata Ma’ruf dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Gorontalo, akhir pekan lalu (14/4).

Ma’ruf menjelaskan, posisi hilal yang berpotensi dirukyat itu minimal memiliki ketinggian dua derajat. Namun, berdasar hisab, pada 20 April atau 29 Ramadan nanti, hilal memang sudah berada di atas ufuk, tapi masih jauh di bawah dua derajat dan sulit dilihat. “Sehingga nanti diistikmalkan (disempurnakan) jadi genap 30 hari,” ujar mantan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

Pemerintah sangat mungkin menetapkan Idul Fitri jatuh pada Sabtu, 22 April. Tetapi, masyarakat tetap diminta menunggu hasil sidang isbat Kementerian Agama pada 20 April. Ma’ruf mengakui, dua metode penetapan kalender Hijriah itu belum bisa dipertemukan sampai sekarang. Belakangan sepengetahuannya, sudah tidak ada lagi pertentangan atau konflik di masyarakat ketika terjadi perbedaan awal puasa, Idul Fitri, maupun Idul Adha. Pemerintah dan pimpinan agama terus memberikan edukasi supaya umat tetap rukun. “Bahasa Jawa-nya legawa. Dulu memang agak konflik sedikit,” kata ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut.

Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi tak menampik adanya potensi perbedaan dalam penetapan Hari Idul Fitri 2023. Kendati demikian, dia mengimbau kepada seluruh umat Islam untuk tetap menjadi persaudaraan.

Zainut mengatakan, potensi perbedaan Idul Fitri tersebut juga telah disampaikan oleh MUI pada saat pelaksanaan Sidang Isbat penentuan awal Ramadhan beberapa waktu lalu. “Oleh MUI itu diberikan satu informasi kemungkinan ada terjadi perbedaan pelaksanaan Idul Fitri,” ujar Zainut usai acara buka bersama di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4).

Kendati demikian, penentuan Idul Fitri tahun ini masih menunggu hasil Sidang Isbat yang akan digelar Kemenag pada 20 April mendatang. “Pimpinan Pusat Muhammadiyah sendiri telah menetapkan Idul Fitri pada 21 April, dan Kementerian Agama insyallah akan menyelenggarakan Sidang Isbat tanggal 20,” ucap Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini.

Zainut menjelaskan, dalam perhitungan posisi hilal memang masih berada di bawah ufuk, sehingga sangat mungkin terjadi terjadi perbedaan dalam merayakan Idul Fitri. Karena itu, dia pun mengimbau kepada seluruh umat Islam untuk tetap menjaga kerukunan dan persaudaraan.

“Untuk itu kami mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan, menjaga persaudaran, saling menghormati, saling memuliakan untuk tidak saling menjadikan perbedaan itu sebagai faktor yang memecah persatuan dan persaudaraan kita umat Islam dan sesama anak bangsa,” kata Zainut.

Dalam merayakan Idul Fitri tahun ini, menurut dia, pemerintah sendiri telah memberikan kelonggaran kepada umat Islam dan PPKM telah ditiadakan. Karena itu, pelaksanaan sholat Idul Fitri bisa dilakukan di tempat-tempat ibadah maupun di lapangan. “Kami juga berharap bahwa pada malam Idul Fitri itu dilaksanakan dengan penuh kekhusyukan, hindari kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kerusuhan atau kemacetan. Tapi, tetap harus dilaksanakan dengan tertib, kusyuk, karena itu adalah malam yang sangat kita muliakan,” pungkas Zainut.

Prediksi perbedaan waktu Lebaran ini, sebelumnya juga pernah disampaikan Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin pada Maret lalu. Thomas menuturkan, posisi Bulan pada 20 April 2023 berpotensi belum memenuhi kriteria baru MABIMS. Namun, berdasarkan kriteria wujudul hilal yang digunakan oleh Muhammadiyah, posisi tersebut sudah memenuhi Bulan baru. Karena belum memenuhi kriteria baru MABIMS, ada kemungkinan Idul Fitri akan jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. Untuk itu, Thomas menyarankan adanya kesepakatan terkait kriteria dalam penetapan awal bulan Hijriah ini. (wan/gih/c7/jun/jpg)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hari Lebaran atau 1 Syawal 1444 Hijriah berpotensi dirayakan tak bersamaan. PP Muhammadiyah jauh hari sudah menetapkan Idul Fitri sepekan lagi, pada Jumat (21/4). Sementara, pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat menunggu sidang isbat. Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta masyarakat tetap menjaga toleransi dalam menyikapi perbedaan tersebut.

Ma’ruf mengatakan, perbedaan hari Lebaran itu terjadi karena perbedaan kriteria. Pemerintah menggunakan metode gabungan hisab dan rukyat dari pengamatan hilal. “Muhammadiyah memang asal ada wujud saja walaupun (tinggi hilal) setengah derajat,” kata Ma’ruf dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Gorontalo, akhir pekan lalu (14/4).

Ma’ruf menjelaskan, posisi hilal yang berpotensi dirukyat itu minimal memiliki ketinggian dua derajat. Namun, berdasar hisab, pada 20 April atau 29 Ramadan nanti, hilal memang sudah berada di atas ufuk, tapi masih jauh di bawah dua derajat dan sulit dilihat. “Sehingga nanti diistikmalkan (disempurnakan) jadi genap 30 hari,” ujar mantan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

Pemerintah sangat mungkin menetapkan Idul Fitri jatuh pada Sabtu, 22 April. Tetapi, masyarakat tetap diminta menunggu hasil sidang isbat Kementerian Agama pada 20 April. Ma’ruf mengakui, dua metode penetapan kalender Hijriah itu belum bisa dipertemukan sampai sekarang. Belakangan sepengetahuannya, sudah tidak ada lagi pertentangan atau konflik di masyarakat ketika terjadi perbedaan awal puasa, Idul Fitri, maupun Idul Adha. Pemerintah dan pimpinan agama terus memberikan edukasi supaya umat tetap rukun. “Bahasa Jawa-nya legawa. Dulu memang agak konflik sedikit,” kata ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut.

Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi tak menampik adanya potensi perbedaan dalam penetapan Hari Idul Fitri 2023. Kendati demikian, dia mengimbau kepada seluruh umat Islam untuk tetap menjadi persaudaraan.

Zainut mengatakan, potensi perbedaan Idul Fitri tersebut juga telah disampaikan oleh MUI pada saat pelaksanaan Sidang Isbat penentuan awal Ramadhan beberapa waktu lalu. “Oleh MUI itu diberikan satu informasi kemungkinan ada terjadi perbedaan pelaksanaan Idul Fitri,” ujar Zainut usai acara buka bersama di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4).

Kendati demikian, penentuan Idul Fitri tahun ini masih menunggu hasil Sidang Isbat yang akan digelar Kemenag pada 20 April mendatang. “Pimpinan Pusat Muhammadiyah sendiri telah menetapkan Idul Fitri pada 21 April, dan Kementerian Agama insyallah akan menyelenggarakan Sidang Isbat tanggal 20,” ucap Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini.

Zainut menjelaskan, dalam perhitungan posisi hilal memang masih berada di bawah ufuk, sehingga sangat mungkin terjadi terjadi perbedaan dalam merayakan Idul Fitri. Karena itu, dia pun mengimbau kepada seluruh umat Islam untuk tetap menjaga kerukunan dan persaudaraan.

“Untuk itu kami mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan, menjaga persaudaran, saling menghormati, saling memuliakan untuk tidak saling menjadikan perbedaan itu sebagai faktor yang memecah persatuan dan persaudaraan kita umat Islam dan sesama anak bangsa,” kata Zainut.

Dalam merayakan Idul Fitri tahun ini, menurut dia, pemerintah sendiri telah memberikan kelonggaran kepada umat Islam dan PPKM telah ditiadakan. Karena itu, pelaksanaan sholat Idul Fitri bisa dilakukan di tempat-tempat ibadah maupun di lapangan. “Kami juga berharap bahwa pada malam Idul Fitri itu dilaksanakan dengan penuh kekhusyukan, hindari kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kerusuhan atau kemacetan. Tapi, tetap harus dilaksanakan dengan tertib, kusyuk, karena itu adalah malam yang sangat kita muliakan,” pungkas Zainut.

Prediksi perbedaan waktu Lebaran ini, sebelumnya juga pernah disampaikan Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin pada Maret lalu. Thomas menuturkan, posisi Bulan pada 20 April 2023 berpotensi belum memenuhi kriteria baru MABIMS. Namun, berdasarkan kriteria wujudul hilal yang digunakan oleh Muhammadiyah, posisi tersebut sudah memenuhi Bulan baru. Karena belum memenuhi kriteria baru MABIMS, ada kemungkinan Idul Fitri akan jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. Untuk itu, Thomas menyarankan adanya kesepakatan terkait kriteria dalam penetapan awal bulan Hijriah ini. (wan/gih/c7/jun/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/