29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Cuma 15 Tahun di Choa Chu Kang

Hari Ini, Liem Sioe Liong Dimakamkan di Singapura

Sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), Sudono Salim atau Liem Sioe Liong hanya diperkenankan ‘menginap’ 15 tahun di pemakaman milik negara tetangga itu.

Laporan: JPNN dari Singapura

Jenazah taipan industri dan perbankan Liem Sioe Liong positif akan dimakamkan di Singapura Senin besok (18/6). “Pelaksanaan pemakaman di Choa Chu Kang Cemetery, Singapura ini terpaksa mundur sehari lantaran terkait penghitungan prosesi keagamaan. Waktu pelaksanaan pemakaman yang sebelumnya dijadwalkan pada pukul 14.00, juga dimajukan menjadi pukul 10.30 waktu Singapura.

Koordinator Pelaksanaan Pemakaman Jamin Hidayat mengatakan hari ini (17/6) merupakan hari terakhir persemahyaman Sudono Salim di Mount Vernon Funeral Parlours, sebuah tempat persemahyaman elit di kawasan Upper Serangoon Singapura. Namun demikian, bukan berarti jenazah Sudono Salim yang kerap disapa Om Liem ini bakal dikremasi seperti halnya jenazah lain yang berada di kompleksn
yang sama.

“Permintaan beliau (Om Liem) kalau suatu saat meninggal memang lebih menginginkan untuk dikebumikan. Keluarga besar juga menyetujui hal itu,” ungkap Jamin kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos) kemarin (16/6).

Lantaran hal itu, saat ini pihak keluarga tengah mempersiapkan pemakaman di komplek Choa Chu Kang. Pilihan ini, tutur Jamin, juga mendasari sebab kenapa Om Liem yang masih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) menginginkan untuk dikebumikan di Singapura. “Selain itu, istri Om Liem (Lie Las Nio atau Lilani) juga tinggal di Singapura. Sehingga biar dekat,” ujarnya.

Akan tetapi, jenazah Om Liem tak akan selamanya berada di Choa Chu Kang. Hal ini lantaran adanya kebijakan ketat terkait pemakaman di Singapura. Jika di Indonesia, jenazah akan selamanya menempati pekuburan yang sama. “Kalau di Singapura hanya diberi waktu 15 tahun. Setelah itu dikembalikan ke keluarga,” ujar Jamin. “Tergantung keluarga nantinya mau kremasi atau bagaimana. Namun. Batas waktu ketentuan tersebut masih cukup lama. Jadi masih ada waktu untuk keluarga memikirkan. Saat ini masih belum diputuskan,” sambungnya.

Seperti yang telah diwartakan sebelumnya, Om Liem meninggal di Rumah Sakit Raffles Hospital Singapura, setelah sepuluh hari dalam perawatan. Kematian Liem pada 10 Juni 2012 lalu, dikatakan akibat penyakit degeneratif lantaran usia Liem yang nyaris menyentuh satu abad, tepatnya pada 96 tahun. Dari informasi yang dihimpun Jawa Pos, beberapa gejala degeneratif sebenarnya telah diketahui sejak beberapa tahun belakangan ini. Contohnya adalah berkurangnya penglihatan Liem selama beberapa tahun terakhir. “Tapi Pak Liem masih hapal orang-orang,” ungkap wanita yang merupakan teman dekat Mira, anak terakhir Liem.

Sementara itu, Om Liem Sioe Liong meninggalkan empat orang anak serta 14 cucu. Empat orang cucunya telah menikah, serta memberikan Om Liem enam orang generasi keempat (cicit). Sebagian dari mereka berada di luar Indonesia sedangkan sebagian lagi masih menetap di Indonesia, yaitu Mira Salim yang menikah dengan Franciscus Welirang.

Sejak 1997 Om Liem yang merupakan pengusaha besar di era kepemimpinan Soeharto ini meninggalkan Indonesia. Kerajaan bisnisnya pun diserahkan kepada puteranya Anthoni Salim. Di Singapura, Liem juga tetap membangun gurita industrinya di sektor makanan minuman. (gal/jpnn)

Hari Ini, Liem Sioe Liong Dimakamkan di Singapura

Sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), Sudono Salim atau Liem Sioe Liong hanya diperkenankan ‘menginap’ 15 tahun di pemakaman milik negara tetangga itu.

Laporan: JPNN dari Singapura

Jenazah taipan industri dan perbankan Liem Sioe Liong positif akan dimakamkan di Singapura Senin besok (18/6). “Pelaksanaan pemakaman di Choa Chu Kang Cemetery, Singapura ini terpaksa mundur sehari lantaran terkait penghitungan prosesi keagamaan. Waktu pelaksanaan pemakaman yang sebelumnya dijadwalkan pada pukul 14.00, juga dimajukan menjadi pukul 10.30 waktu Singapura.

Koordinator Pelaksanaan Pemakaman Jamin Hidayat mengatakan hari ini (17/6) merupakan hari terakhir persemahyaman Sudono Salim di Mount Vernon Funeral Parlours, sebuah tempat persemahyaman elit di kawasan Upper Serangoon Singapura. Namun demikian, bukan berarti jenazah Sudono Salim yang kerap disapa Om Liem ini bakal dikremasi seperti halnya jenazah lain yang berada di kompleksn
yang sama.

“Permintaan beliau (Om Liem) kalau suatu saat meninggal memang lebih menginginkan untuk dikebumikan. Keluarga besar juga menyetujui hal itu,” ungkap Jamin kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos) kemarin (16/6).

Lantaran hal itu, saat ini pihak keluarga tengah mempersiapkan pemakaman di komplek Choa Chu Kang. Pilihan ini, tutur Jamin, juga mendasari sebab kenapa Om Liem yang masih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) menginginkan untuk dikebumikan di Singapura. “Selain itu, istri Om Liem (Lie Las Nio atau Lilani) juga tinggal di Singapura. Sehingga biar dekat,” ujarnya.

Akan tetapi, jenazah Om Liem tak akan selamanya berada di Choa Chu Kang. Hal ini lantaran adanya kebijakan ketat terkait pemakaman di Singapura. Jika di Indonesia, jenazah akan selamanya menempati pekuburan yang sama. “Kalau di Singapura hanya diberi waktu 15 tahun. Setelah itu dikembalikan ke keluarga,” ujar Jamin. “Tergantung keluarga nantinya mau kremasi atau bagaimana. Namun. Batas waktu ketentuan tersebut masih cukup lama. Jadi masih ada waktu untuk keluarga memikirkan. Saat ini masih belum diputuskan,” sambungnya.

Seperti yang telah diwartakan sebelumnya, Om Liem meninggal di Rumah Sakit Raffles Hospital Singapura, setelah sepuluh hari dalam perawatan. Kematian Liem pada 10 Juni 2012 lalu, dikatakan akibat penyakit degeneratif lantaran usia Liem yang nyaris menyentuh satu abad, tepatnya pada 96 tahun. Dari informasi yang dihimpun Jawa Pos, beberapa gejala degeneratif sebenarnya telah diketahui sejak beberapa tahun belakangan ini. Contohnya adalah berkurangnya penglihatan Liem selama beberapa tahun terakhir. “Tapi Pak Liem masih hapal orang-orang,” ungkap wanita yang merupakan teman dekat Mira, anak terakhir Liem.

Sementara itu, Om Liem Sioe Liong meninggalkan empat orang anak serta 14 cucu. Empat orang cucunya telah menikah, serta memberikan Om Liem enam orang generasi keempat (cicit). Sebagian dari mereka berada di luar Indonesia sedangkan sebagian lagi masih menetap di Indonesia, yaitu Mira Salim yang menikah dengan Franciscus Welirang.

Sejak 1997 Om Liem yang merupakan pengusaha besar di era kepemimpinan Soeharto ini meninggalkan Indonesia. Kerajaan bisnisnya pun diserahkan kepada puteranya Anthoni Salim. Di Singapura, Liem juga tetap membangun gurita industrinya di sektor makanan minuman. (gal/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/