28.9 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Hutan Jambi, Rumah Baru buat ‘Surya dan Citra’ (2)

Syarat Rumah Baru: Banyak Calon Mangsa!

Menuju lokasi baru yang dinilai lebih cocok sebagai ‘rumahnya’, Surya Manggala dan Citra Kartini (±3,5) diboyong melalui perjalanan darat. Dari Barumun di Sumatra Utara hingga Sungai Penuh-Jambi, jarak yang mesti ditempuh ± 636 kilometer. Waktu tempuhnya lebih kurang 24 jam. Kedua Harimau Sumatra ini dibius saat pemindahan ke kandang angkut. Selebihnya, mereka sadar selama perjalanan.

————————-
Dame Ambarita, Jambi
————————-

“Sebelum dibawa ke Jambi, kedua ekor harimau telah menjalani pemeriksaan kesehatan,” kata Gunawan Alza, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Padangsidimpuan, dalam keterangan tertulisnya.

Tanggal 3-4 Juni 2022, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) oleh Balai Besar KSDA Sumut dan Tim medis memeriksa kesehatan kedua ekor harimau. “Secara umum kedua Harimau Sumatra ini dalam kondisi sehat dan layak untuk dilepasliarkan, sesuai rekomendasi dokter hewan,” kata Gunawan Alza, S.Hut. Tim medis antara lain drh Anhar Lubis, drh Julius Zulkifli, dan tim.

Hasil dari pengecekan kesehatan, Surya Manggala memiliki berat badan 122 kg, tinggi 75 cm, dan panjang individu 251 cm. Sedangkan Citra Kartini memiliki berat badan 88 kg, tinggi 72 cm, panjang individu 240 cm.

Selain pemeriksaan kesehatan, tim juga memasang Global Positioning System (GPS) Collar di leher kedua ekor harimau. “GPS collar dipasang untuk memantau pergerakan harimau pasca lepas liar. Data hasil pemantauan ini sangat penting, sebagai bahan evaluasi dan pengelolaan harimau mendatang di habitat alaminya,” kata Gunawan Alza.

Pada Minggu (5/6/2022), Surya dan Citra diangkut melalui jalan darat dari Sanctuary Harimau Barumun Tapanuli Selatan melalui Kota Padangsidimpuan – Penyabungan – Bukit Tinggi – Solok Surian – Sungai Penuh Kerinci menuju Bandara Depati Parbo, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Berangkat jam 6 sore, tiba Senin jam 6 sore. Keduanya menempuh jarak sekitar 636 kilometer, sembari dikawal tim dari PT Agincourt Resources (PTAR).

Selama perjalanan di siang hari, kandang kedua ekor harimau ditutupi dengan dedaunan dan sering disiram dengan air. “Mata harimau Sumatra tidak tahan panas. Badannya juga. Jadi daun-daun itu untuk mengurangi suhu panas di kandang,” kata Manajer Sanctuary Harimau Barumun, Syukur Alfajar yang akrab disapa Sugeng.

“Ada daun jenis tertentu yang mesti dipakai?”

“Tidak. Semua daun bisa. Kebetulan saja, tim memakai daun akasia,” kata Sugeng.

Daun-daun itu juga berfungsi menutupi pandangan harimau ke luar dari celah-celah kandang, untuk mengurangi rasa gelisah dan takutnya. “Sepanjang perjalanan, setiap dua jam tim menyiramkan air ke kandang dan memberi harimau minum. Karena Harimau Sumatra suka air dan suhu yang dingin,” katanya.

JELANG PELEPASLIARAN: Kendaraan yang mengangkut kandang besi berisi harimau jantan Surya Manggala, sesaat jelang memasuki area taxiway Bandara Dipati Parbo, Sungai Penuh, Jambi, jelang pelepasliaran ke TN Kerinci Seblat, Selasa (7/6) pekan lalu.dame ambarita/sumutpos.

Meski kedua ekor harimau dalam kondisi sadar penuh, tidak ada masalah berarti selama perjalanan. “Kandang sudah sangat safety. Ada lubang angin. Paling sesekali mereka mengaum jika merasa gelisah atau takut,” kata Sugenk.

Selama dalam perjalanan, kedua ekor Harimau Sumatra ini selalu dimonitor oleh Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara yang dipimpin Kepala Bidang KSDA Wilayah III BBKSDA Sumatra Utara, Gunawan Alza S Hut dan Tim Medis oleh drh Anhar Lubis.

Setiba di Sungai Penuh, Jambi, tim transit dan istirahat sekaligus mengecek kondisi Surya dan Citra di Kantor Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat di Sungai Penuh, Jambi.

Rencana awal, kedua ekor harimau dilepasliarkan di hari yang sama pada Selasa (7/6/2022), di dua titik berbeda di TN Kerinci Seblat. Namun karena kondisi cuaca, pada hari itu, hanya Surya yang sempat dilepasliarkan di Hutan Kerinci.

Meski sudah tiba di Bandara Dipati Parbo pukul 08.30 WIB, namun Surya baru diangkut helicopter pukul 11.30 WIB. Helikopter disediakan oleh PT Agincourt Resources, dan diterbangkan oleh pilot Steven Piner.

Sementara, pelepasliaran Citra diundur hingga Rabu (8/6/2022).

Mengapa Surya duluan diangkut? “Memang begitu hierarkinya. Surya sebagai pemimpin biasanya di depan saat berburu, baru kemudian Citra. Demikian juga saat iring-iringan sejak dari Barumun, Surya selalu di depan, Citra di belakang,” kata Sugenk.

Secara karakter, Surya dikenal lebih tenang dan bisa dibujuk. Kalau merajuk, ia menolak masuk kandang. Tapi bisa dibujuk dengan memanggil namanya.

Sementara Citra lebih penakut dan agresif. Tapi ia mau tenang, jika disuruh diam.

“Setelah berhasil melepasliarkan Surya Manggala pada Selasa (7/6/2022), kami sempat terkendala cuaca. Sehingga Citra Kartini menyusul dilepasliarkan keesokan harinya, Rabu (8/6/2022). Harapannya setelah lepas liar, kedua harimau ini mampu beradaptasi, bertahan hidup dan berkembang biak secara di habitat alaminya,” tutur Plt Kepala Balai Besar BKSDA Sumut, Irzal Azhar.

Titik lokasi pelepasan kedua harimau di TN Kerinci Seblat berjarak sekitar 20 kilometer. Tujuannya, untuk menghindari perkawinan sedarah. “Perkawinan sedarah itu tidak baik, akan merusak genetiknya,” katanya.

Adapun home range harimau diperkirakan rata-rata 50 kilometer. Maksimal bisa 500 km. Kemungkinan home range harimau beririsan dalam jarak 50 km itu cukup besar. Tetapi diperkirakan tidak akan menjadi persoalan besar.

Mengapa tim survei menilai Hutan Jambi, persisnya Zona Inti Taman Nasional Kerinci Seblat, lebih layak sebagai lokasi pelepasliaran Surya dan Citra? Padahal kedua induknya berasal dari hutan Sumatera Utara?

Menurut Fauzia Maulidiastuti Kusmarani dari Forum HarimauKita, ada beberapa syarat dalam memilih sebuah lokasi sebagai titik pelepasliaran harimau. Adapun pola aktivitas harimau yang diobservasi sebelum dilepas ada 6 kategori. Yakni pola istirahat, survival, eksplorasi, interaksi dengan benda-benda sekitarnya, perilaku lain-lain, dan perilaku stereotype. Jika keenam kategori itu dinilai tidak jauh berbeda dengan perilaku harimau liar umumnya, maka pelepasliaran tidak ada masalah.

Tim juga mengkaji habitat di hutan yang dipilih, seperti pola home range harimau di sana, pakan di alam (populasi calon mangsa), rantai makanan di alam, luas daerah, tingkat ancaman, dan sebagainya. “Populasi calon mangsa mesti cukup. Misalnya, babi hutan, rusa, dan sebagainya,” kata drh Rosa Rika, salah satu tim medis di bawah pimpinan dr Anhar.

TNKS dipilih sebagai lokasi pelepasliaran Surya dan Citra karena memiliki pakan cukup bagi harimau Sumatra. Ekosistemnya juga dinilai sebagai habitat ideal. Lokasi zona inti kawasan TNKS pun jauh dari pemukiman masyarakat.

Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan yang terbesar di Pulau Sumatra. Ia memiliki tipe ekosistem hutan dataran rendah, pegunungan, hutan pinus tropis alami, hutan rawa gambut, rawa air tawar, dan juga danau. Di TNKS terdapat lebih dari 371 jenis burung, 85 jenis mamalia, 7 jenis primata, 6 jenis amfibi, dan 10 jenis reptilia.

Saat ini diperkirakan di seluruh Sumatra terdapat 500-600 ekor harimau yang hidup di alam liar. Harimau Sumatra adalah satu-satunya harimau di Indonesia yang masih ada. Dua lainnya, Harimau Jawa dan Harimau Bali telah lama punah.

Harimau Sumatra memiliki ukuran badan paling kecil dibanding spesies harimau lain di dunia. Namun, Harimau Sumatra memiliki sifat paling agresif, warna bulunya paling pekat dan surai di leher yang paling panjang. Harimau Sumatra juga pandai berenang, memanjat, dan suka memakan durian dan rerumputan.

Hasil dari survei yang dilakukan Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) dan Fauna & Flora Internasional (FFI) dari tahun 2005 hingga 2021 menggunakan camera trap telah berhasil mengidentifikasi sebanyak 93 individu harimau sumatra di kawasan TNKS. Pada tahun 2021 dan 2022 sebanyak 2 individu Harimau Sumatra juga sebelumnya telah dilepasliarkan ke dalam kawasan TNKS. Ditambah dengan pelepasliaran Surya Manggala dan Citra Kartini, artinya akan menambah jumlah harimau sumatra yang berhasil teridentifikasi menjadi 97 individu pada kawasan TNKS.

Harimau Sumatra termasuk satwa liar dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Sementara, menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) harimau Sumatra termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (Critically endangered).

“Kami sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua pihak, yang telah mendukung dan membantu sehingga kegiatan ini dapat terealisasi dan berjalan dengan baik,” pungkas Irzal. (mea)

Menuju lokasi baru yang dinilai lebih cocok sebagai ‘rumahnya’, Surya Manggala dan Citra Kartini (±3,5) diboyong melalui perjalanan darat. Dari Barumun di Sumatra Utara hingga Sungai Penuh-Jambi, jarak yang mesti ditempuh ± 636 kilometer. Waktu tempuhnya lebih kurang 24 jam. Kedua Harimau Sumatra ini dibius saat pemindahan ke kandang angkut. Selebihnya, mereka sadar selama perjalanan.

————————-
Dame Ambarita, Jambi
————————-

“Sebelum dibawa ke Jambi, kedua ekor harimau telah menjalani pemeriksaan kesehatan,” kata Gunawan Alza, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Padangsidimpuan, dalam keterangan tertulisnya.

Tanggal 3-4 Juni 2022, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) oleh Balai Besar KSDA Sumut dan Tim medis memeriksa kesehatan kedua ekor harimau. “Secara umum kedua Harimau Sumatra ini dalam kondisi sehat dan layak untuk dilepasliarkan, sesuai rekomendasi dokter hewan,” kata Gunawan Alza, S.Hut. Tim medis antara lain drh Anhar Lubis, drh Julius Zulkifli, dan tim.

Hasil dari pengecekan kesehatan, Surya Manggala memiliki berat badan 122 kg, tinggi 75 cm, dan panjang individu 251 cm. Sedangkan Citra Kartini memiliki berat badan 88 kg, tinggi 72 cm, panjang individu 240 cm.

Selain pemeriksaan kesehatan, tim juga memasang Global Positioning System (GPS) Collar di leher kedua ekor harimau. “GPS collar dipasang untuk memantau pergerakan harimau pasca lepas liar. Data hasil pemantauan ini sangat penting, sebagai bahan evaluasi dan pengelolaan harimau mendatang di habitat alaminya,” kata Gunawan Alza.

Pada Minggu (5/6/2022), Surya dan Citra diangkut melalui jalan darat dari Sanctuary Harimau Barumun Tapanuli Selatan melalui Kota Padangsidimpuan – Penyabungan – Bukit Tinggi – Solok Surian – Sungai Penuh Kerinci menuju Bandara Depati Parbo, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Berangkat jam 6 sore, tiba Senin jam 6 sore. Keduanya menempuh jarak sekitar 636 kilometer, sembari dikawal tim dari PT Agincourt Resources (PTAR).

Selama perjalanan di siang hari, kandang kedua ekor harimau ditutupi dengan dedaunan dan sering disiram dengan air. “Mata harimau Sumatra tidak tahan panas. Badannya juga. Jadi daun-daun itu untuk mengurangi suhu panas di kandang,” kata Manajer Sanctuary Harimau Barumun, Syukur Alfajar yang akrab disapa Sugeng.

“Ada daun jenis tertentu yang mesti dipakai?”

“Tidak. Semua daun bisa. Kebetulan saja, tim memakai daun akasia,” kata Sugeng.

Daun-daun itu juga berfungsi menutupi pandangan harimau ke luar dari celah-celah kandang, untuk mengurangi rasa gelisah dan takutnya. “Sepanjang perjalanan, setiap dua jam tim menyiramkan air ke kandang dan memberi harimau minum. Karena Harimau Sumatra suka air dan suhu yang dingin,” katanya.

JELANG PELEPASLIARAN: Kendaraan yang mengangkut kandang besi berisi harimau jantan Surya Manggala, sesaat jelang memasuki area taxiway Bandara Dipati Parbo, Sungai Penuh, Jambi, jelang pelepasliaran ke TN Kerinci Seblat, Selasa (7/6) pekan lalu.dame ambarita/sumutpos.

Meski kedua ekor harimau dalam kondisi sadar penuh, tidak ada masalah berarti selama perjalanan. “Kandang sudah sangat safety. Ada lubang angin. Paling sesekali mereka mengaum jika merasa gelisah atau takut,” kata Sugenk.

Selama dalam perjalanan, kedua ekor Harimau Sumatra ini selalu dimonitor oleh Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara yang dipimpin Kepala Bidang KSDA Wilayah III BBKSDA Sumatra Utara, Gunawan Alza S Hut dan Tim Medis oleh drh Anhar Lubis.

Setiba di Sungai Penuh, Jambi, tim transit dan istirahat sekaligus mengecek kondisi Surya dan Citra di Kantor Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat di Sungai Penuh, Jambi.

Rencana awal, kedua ekor harimau dilepasliarkan di hari yang sama pada Selasa (7/6/2022), di dua titik berbeda di TN Kerinci Seblat. Namun karena kondisi cuaca, pada hari itu, hanya Surya yang sempat dilepasliarkan di Hutan Kerinci.

Meski sudah tiba di Bandara Dipati Parbo pukul 08.30 WIB, namun Surya baru diangkut helicopter pukul 11.30 WIB. Helikopter disediakan oleh PT Agincourt Resources, dan diterbangkan oleh pilot Steven Piner.

Sementara, pelepasliaran Citra diundur hingga Rabu (8/6/2022).

Mengapa Surya duluan diangkut? “Memang begitu hierarkinya. Surya sebagai pemimpin biasanya di depan saat berburu, baru kemudian Citra. Demikian juga saat iring-iringan sejak dari Barumun, Surya selalu di depan, Citra di belakang,” kata Sugenk.

Secara karakter, Surya dikenal lebih tenang dan bisa dibujuk. Kalau merajuk, ia menolak masuk kandang. Tapi bisa dibujuk dengan memanggil namanya.

Sementara Citra lebih penakut dan agresif. Tapi ia mau tenang, jika disuruh diam.

“Setelah berhasil melepasliarkan Surya Manggala pada Selasa (7/6/2022), kami sempat terkendala cuaca. Sehingga Citra Kartini menyusul dilepasliarkan keesokan harinya, Rabu (8/6/2022). Harapannya setelah lepas liar, kedua harimau ini mampu beradaptasi, bertahan hidup dan berkembang biak secara di habitat alaminya,” tutur Plt Kepala Balai Besar BKSDA Sumut, Irzal Azhar.

Titik lokasi pelepasan kedua harimau di TN Kerinci Seblat berjarak sekitar 20 kilometer. Tujuannya, untuk menghindari perkawinan sedarah. “Perkawinan sedarah itu tidak baik, akan merusak genetiknya,” katanya.

Adapun home range harimau diperkirakan rata-rata 50 kilometer. Maksimal bisa 500 km. Kemungkinan home range harimau beririsan dalam jarak 50 km itu cukup besar. Tetapi diperkirakan tidak akan menjadi persoalan besar.

Mengapa tim survei menilai Hutan Jambi, persisnya Zona Inti Taman Nasional Kerinci Seblat, lebih layak sebagai lokasi pelepasliaran Surya dan Citra? Padahal kedua induknya berasal dari hutan Sumatera Utara?

Menurut Fauzia Maulidiastuti Kusmarani dari Forum HarimauKita, ada beberapa syarat dalam memilih sebuah lokasi sebagai titik pelepasliaran harimau. Adapun pola aktivitas harimau yang diobservasi sebelum dilepas ada 6 kategori. Yakni pola istirahat, survival, eksplorasi, interaksi dengan benda-benda sekitarnya, perilaku lain-lain, dan perilaku stereotype. Jika keenam kategori itu dinilai tidak jauh berbeda dengan perilaku harimau liar umumnya, maka pelepasliaran tidak ada masalah.

Tim juga mengkaji habitat di hutan yang dipilih, seperti pola home range harimau di sana, pakan di alam (populasi calon mangsa), rantai makanan di alam, luas daerah, tingkat ancaman, dan sebagainya. “Populasi calon mangsa mesti cukup. Misalnya, babi hutan, rusa, dan sebagainya,” kata drh Rosa Rika, salah satu tim medis di bawah pimpinan dr Anhar.

TNKS dipilih sebagai lokasi pelepasliaran Surya dan Citra karena memiliki pakan cukup bagi harimau Sumatra. Ekosistemnya juga dinilai sebagai habitat ideal. Lokasi zona inti kawasan TNKS pun jauh dari pemukiman masyarakat.

Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan yang terbesar di Pulau Sumatra. Ia memiliki tipe ekosistem hutan dataran rendah, pegunungan, hutan pinus tropis alami, hutan rawa gambut, rawa air tawar, dan juga danau. Di TNKS terdapat lebih dari 371 jenis burung, 85 jenis mamalia, 7 jenis primata, 6 jenis amfibi, dan 10 jenis reptilia.

Saat ini diperkirakan di seluruh Sumatra terdapat 500-600 ekor harimau yang hidup di alam liar. Harimau Sumatra adalah satu-satunya harimau di Indonesia yang masih ada. Dua lainnya, Harimau Jawa dan Harimau Bali telah lama punah.

Harimau Sumatra memiliki ukuran badan paling kecil dibanding spesies harimau lain di dunia. Namun, Harimau Sumatra memiliki sifat paling agresif, warna bulunya paling pekat dan surai di leher yang paling panjang. Harimau Sumatra juga pandai berenang, memanjat, dan suka memakan durian dan rerumputan.

Hasil dari survei yang dilakukan Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) dan Fauna & Flora Internasional (FFI) dari tahun 2005 hingga 2021 menggunakan camera trap telah berhasil mengidentifikasi sebanyak 93 individu harimau sumatra di kawasan TNKS. Pada tahun 2021 dan 2022 sebanyak 2 individu Harimau Sumatra juga sebelumnya telah dilepasliarkan ke dalam kawasan TNKS. Ditambah dengan pelepasliaran Surya Manggala dan Citra Kartini, artinya akan menambah jumlah harimau sumatra yang berhasil teridentifikasi menjadi 97 individu pada kawasan TNKS.

Harimau Sumatra termasuk satwa liar dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Sementara, menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) harimau Sumatra termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (Critically endangered).

“Kami sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua pihak, yang telah mendukung dan membantu sehingga kegiatan ini dapat terealisasi dan berjalan dengan baik,” pungkas Irzal. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/