32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Hari Pertama Mobil Listrik Nasional

Pengalaman Dahlan Iskan, Menteri BUMN

TEST DRIVE: Menteri BUMN Dahlan Iskan mengendarai mobil listrik dari Depok menuju Kantor BPPT  Jalan Thamrin, Jakarta, Senin (16/7).//RAKA DENNY/JAWAPOS/JPNN
TEST DRIVE: Menteri BUMN Dahlan Iskan mengendarai mobil listrik dari Depok menuju Kantor BPPT di Jalan Thamrin, Jakarta, Senin (16/7).//RAKA DENNY/JAWAPOS/JPNN
Sore ini saya akan coba lagi mobil listrik Ahmadi. Saya berbuat salah tadi pagi, terlalu main-main dengan ‘pedal gas’ yang membuat boros pemakaian listriknya sehingga saat tiba di Jalan Thamrin, Jakarta, listriknya habis.

Saya tahu saat berangkat dari Depok kemarin pagi listriknya memang tidak sampai separo. Tapi, saya pikir cukup untuk perjalanan 50 km dari Depok ke BPPT di Jalan Thamrin. Ternyata, kurang 1 km lagi,  mobil kehilangan daya.

Saya tidak mengira listriknya habis karena indikatornya masih menunjukkan belum habis. Ternyata, indikatornya kurang bekerja normal.
Sebetulnya, saya sudah curiga ketika sudah menempuh jarak 30 km. Yakni, ketika tiba di Pancoran. Kok indikatornya menunjukkan listrik tidak berkurang. Ternyata,  indikatornya belum bekerja dengan baik. Karena itu, saya minta Dasep Ahmadi untuk menyempurnakan itu. Ini bukan kekurangan yang berat. Sore ini saya coba lagi. Sekalian menyempurnakan sistem rem dan AC-nya.

Saya memang bersalah karena waktu mencoba kemarin pagi sering mengentak-entakkan gas. Maksud saya untuk menguji daya tariknya secara maksimal.  Tapi, cara seperti itu ternyata membuat pemakaian listrik sangat boros. Sore nanti kesalahan itu tidak akan saya ulangi. Tiap hari saya akan terus mencobanya untuk jarak yang sejauh-jauhnya. Sampai mobil ini benar-benar sempurna. Tidak boleh mundur dan tidak boleh gagal. Harus bisa.

Sewaktu berangkat dari Depok, sebenarnya semua lancar. Daya power-nya cukup. Setirnya juga nyaman. Waktu melewati Lenteng Agung, saya memacunya sampai kecepatan 70 km/jam lebih. Saya tidak punya kesempatan memacunya lebih dari itu karena jalan raya menuju Jakarta pada jam-jam 9 pagi ruwetnya bukan main. Bahkan, ketika memasuki Pasar Minggu, mulailah kemacetan. Lebih macet lagi ketika berada di sepanjang Jalan Pasar Minggu Raya sampai Pancoran. Tapi, semua itu bukan masalah. Memasuki Jembatan Semanggi juga sangat lancar.

Teman-teman wartawan yang berada di dua mobil yang mengikuti mobnas listrik juga terus menyorot dengan kamera mereka. Kecurigaan muncul saat menjelang Bundaran Hotel Indonesia (HI). Tinggal satu kilometer lagi menjelang BPPT. Di Bundaran HI mobil melambat. Ahmadi yang berada di sebelah saya juga tidak tahu penyebabnya. Mestinya, itu tidak akan terjadi. Tapi, sama sekali tidak ada kecurigaan akan habisnya listrik. Indikator masih hijau, bahkan relatif masih tidak berkurang. Kami terlalu percaya pada indikator itu.

Setelah Bundaran HI, mobil saya minggirkan. Bukan mogok. Saya ingin ada pemeriksaan. Hasilnya: tidak ada yang salah. Mobil saya jalankan lagi, tapi amat pelan. Akhirnya tepat di pintu masuk BPPT, mobil tidak bisa jalan lagi. Listriknya benar-benar habis! Rencananya, saya berhenti di BPPT untuk mengikuti pertemuan dengan Dewan Riset Nasional. Tapi, apa boleh buat. Dari pintu depan, saya jalan kaki ke ruang pertemuan.

Coba saja saya tidak buru-buru ke Halim (untuk mengikuti Bapak Presiden SBY ke Solo),  saya akan coba lagi (Senin malam) setelah listrik diisi lagi penuh. Tapi, karena tadi malam saya di Solo, baru sore ini saya punya waktu mencoba lagi.
Kesimpulan saya: mobil ini menjadi masa depan kita! (*)

Pengalaman Dahlan Iskan, Menteri BUMN

TEST DRIVE: Menteri BUMN Dahlan Iskan mengendarai mobil listrik dari Depok menuju Kantor BPPT  Jalan Thamrin, Jakarta, Senin (16/7).//RAKA DENNY/JAWAPOS/JPNN
TEST DRIVE: Menteri BUMN Dahlan Iskan mengendarai mobil listrik dari Depok menuju Kantor BPPT di Jalan Thamrin, Jakarta, Senin (16/7).//RAKA DENNY/JAWAPOS/JPNN
Sore ini saya akan coba lagi mobil listrik Ahmadi. Saya berbuat salah tadi pagi, terlalu main-main dengan ‘pedal gas’ yang membuat boros pemakaian listriknya sehingga saat tiba di Jalan Thamrin, Jakarta, listriknya habis.

Saya tahu saat berangkat dari Depok kemarin pagi listriknya memang tidak sampai separo. Tapi, saya pikir cukup untuk perjalanan 50 km dari Depok ke BPPT di Jalan Thamrin. Ternyata, kurang 1 km lagi,  mobil kehilangan daya.

Saya tidak mengira listriknya habis karena indikatornya masih menunjukkan belum habis. Ternyata, indikatornya kurang bekerja normal.
Sebetulnya, saya sudah curiga ketika sudah menempuh jarak 30 km. Yakni, ketika tiba di Pancoran. Kok indikatornya menunjukkan listrik tidak berkurang. Ternyata,  indikatornya belum bekerja dengan baik. Karena itu, saya minta Dasep Ahmadi untuk menyempurnakan itu. Ini bukan kekurangan yang berat. Sore ini saya coba lagi. Sekalian menyempurnakan sistem rem dan AC-nya.

Saya memang bersalah karena waktu mencoba kemarin pagi sering mengentak-entakkan gas. Maksud saya untuk menguji daya tariknya secara maksimal.  Tapi, cara seperti itu ternyata membuat pemakaian listrik sangat boros. Sore nanti kesalahan itu tidak akan saya ulangi. Tiap hari saya akan terus mencobanya untuk jarak yang sejauh-jauhnya. Sampai mobil ini benar-benar sempurna. Tidak boleh mundur dan tidak boleh gagal. Harus bisa.

Sewaktu berangkat dari Depok, sebenarnya semua lancar. Daya power-nya cukup. Setirnya juga nyaman. Waktu melewati Lenteng Agung, saya memacunya sampai kecepatan 70 km/jam lebih. Saya tidak punya kesempatan memacunya lebih dari itu karena jalan raya menuju Jakarta pada jam-jam 9 pagi ruwetnya bukan main. Bahkan, ketika memasuki Pasar Minggu, mulailah kemacetan. Lebih macet lagi ketika berada di sepanjang Jalan Pasar Minggu Raya sampai Pancoran. Tapi, semua itu bukan masalah. Memasuki Jembatan Semanggi juga sangat lancar.

Teman-teman wartawan yang berada di dua mobil yang mengikuti mobnas listrik juga terus menyorot dengan kamera mereka. Kecurigaan muncul saat menjelang Bundaran Hotel Indonesia (HI). Tinggal satu kilometer lagi menjelang BPPT. Di Bundaran HI mobil melambat. Ahmadi yang berada di sebelah saya juga tidak tahu penyebabnya. Mestinya, itu tidak akan terjadi. Tapi, sama sekali tidak ada kecurigaan akan habisnya listrik. Indikator masih hijau, bahkan relatif masih tidak berkurang. Kami terlalu percaya pada indikator itu.

Setelah Bundaran HI, mobil saya minggirkan. Bukan mogok. Saya ingin ada pemeriksaan. Hasilnya: tidak ada yang salah. Mobil saya jalankan lagi, tapi amat pelan. Akhirnya tepat di pintu masuk BPPT, mobil tidak bisa jalan lagi. Listriknya benar-benar habis! Rencananya, saya berhenti di BPPT untuk mengikuti pertemuan dengan Dewan Riset Nasional. Tapi, apa boleh buat. Dari pintu depan, saya jalan kaki ke ruang pertemuan.

Coba saja saya tidak buru-buru ke Halim (untuk mengikuti Bapak Presiden SBY ke Solo),  saya akan coba lagi (Senin malam) setelah listrik diisi lagi penuh. Tapi, karena tadi malam saya di Solo, baru sore ini saya punya waktu mencoba lagi.
Kesimpulan saya: mobil ini menjadi masa depan kita! (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/