29 C
Medan
Friday, December 5, 2025

M Nuh: Fenomena Father Less Harus Disikapi dengan Arif dan Bijaksana

BANGIL, SumutPos.co- Fenomena kekosongan peran ayah atau yang lagi trend dengan istilah father less, semakin memprihatinkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional per Maret 2024, sebanyak 15,9 juta anak di Indonesia mengalami father less.

Kondisi ini mengundang rasa prihatin Anggota DPD RI KH Muhammad Nuh MSP. Karenanya, Muhammad Nuh mengajak semua pihak menyikapi father less secara arif dan bijaksana karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

“Fenomena kekosongan pengasuhan anak ini menjadi perhatian kita semua,” kata Nuh ketika menjadi pembicara pada seminar parenting yang digelar di Aula A Hassan Pesantren Persatuan Islam Bangil, Jawa Timur, Minggu (16/11/2025). Selain Nuh, seminar parenting ini juga menghadirkan Hj Dariantini MA, yang juga alumni Pesantren Persis, Bangil.

Anggota DPD RI asal Sumatera Utara ini mejabarkan kepada peserta seminar, bahwa fenomena father less bisa dieliminir lewat aktualisasi mendidik dengan cinta. “Pertama, hadirnya orangtua (ayah dan ibu) dalam pendidikan anak. Kedua, menerima keberadaan anak tanpa syarat. Lalu yang ketiga, empati dan komunikasi yang hangat, keteladanan dari orangtua. Tetapkan batasan dengan kasih sayang dan yang terakhir berdoa tiada henti untuk kebaikan anak,” beber Nuh.

Pada seminar yang berlangsung secara interaktif tersebut, ada seorang peserta yang bertanya, bagaimana jika dalam kenyataannya terjadi father less. Seorang ayah tidak terlibat dalam pendidikan anaknya. Ia hanya sibuk dengan urusan mencari nafkah. Semua urusan anak diserahkan pada ibu.

Ketua Persis Sumatera Utara ini mengatakan, tetap harus diupayakan adanya komunikasi antara ayah dan ibu terkait pendidikan anak mereka. Jangan sampai hanya diserahkan pada pihak sekolah atau pesantren. “Bila dalam kenyataannya, ayah waktunya sangat terbatas, ibu dapat mengambil peran, tanpa harus menegatifkan sang ayah. Di samping upaya manusiawi dilakukan, juga tidak melupakan doa,” ujar Nuh.

Pada kesempatan itu, Nuh juga menyampaikan kisah Nabi Ibrahim as. Istrinya Siti Hajar dan putranya Ismail tinggal di Makkah, sementara Ibrahim sibuk dengan tugas dakwahnya di Palestina. Ibrahim hanya sesekali datang dan berinteraksi dengan anaknya, Ismail.

“Tapi ternyata yang diperlukan, hubungan anak dengan ayah bukan hanya diukur dengan kuantitas (banyaknya waktu), tapi yang tidak kalah pentingnya adalah kualitas interaksi itu dalam menanamkan nilai-nilai yang mendasar,” bebernya.

Hal itu tergambar dalam dialog Ibrahim dan Ismail as dalam Al Qur’an; Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka bagaimanakah pendapatmu?”. Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insyaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”. (rel/adz)

BANGIL, SumutPos.co- Fenomena kekosongan peran ayah atau yang lagi trend dengan istilah father less, semakin memprihatinkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional per Maret 2024, sebanyak 15,9 juta anak di Indonesia mengalami father less.

Kondisi ini mengundang rasa prihatin Anggota DPD RI KH Muhammad Nuh MSP. Karenanya, Muhammad Nuh mengajak semua pihak menyikapi father less secara arif dan bijaksana karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

“Fenomena kekosongan pengasuhan anak ini menjadi perhatian kita semua,” kata Nuh ketika menjadi pembicara pada seminar parenting yang digelar di Aula A Hassan Pesantren Persatuan Islam Bangil, Jawa Timur, Minggu (16/11/2025). Selain Nuh, seminar parenting ini juga menghadirkan Hj Dariantini MA, yang juga alumni Pesantren Persis, Bangil.

Anggota DPD RI asal Sumatera Utara ini mejabarkan kepada peserta seminar, bahwa fenomena father less bisa dieliminir lewat aktualisasi mendidik dengan cinta. “Pertama, hadirnya orangtua (ayah dan ibu) dalam pendidikan anak. Kedua, menerima keberadaan anak tanpa syarat. Lalu yang ketiga, empati dan komunikasi yang hangat, keteladanan dari orangtua. Tetapkan batasan dengan kasih sayang dan yang terakhir berdoa tiada henti untuk kebaikan anak,” beber Nuh.

Pada seminar yang berlangsung secara interaktif tersebut, ada seorang peserta yang bertanya, bagaimana jika dalam kenyataannya terjadi father less. Seorang ayah tidak terlibat dalam pendidikan anaknya. Ia hanya sibuk dengan urusan mencari nafkah. Semua urusan anak diserahkan pada ibu.

Ketua Persis Sumatera Utara ini mengatakan, tetap harus diupayakan adanya komunikasi antara ayah dan ibu terkait pendidikan anak mereka. Jangan sampai hanya diserahkan pada pihak sekolah atau pesantren. “Bila dalam kenyataannya, ayah waktunya sangat terbatas, ibu dapat mengambil peran, tanpa harus menegatifkan sang ayah. Di samping upaya manusiawi dilakukan, juga tidak melupakan doa,” ujar Nuh.

Pada kesempatan itu, Nuh juga menyampaikan kisah Nabi Ibrahim as. Istrinya Siti Hajar dan putranya Ismail tinggal di Makkah, sementara Ibrahim sibuk dengan tugas dakwahnya di Palestina. Ibrahim hanya sesekali datang dan berinteraksi dengan anaknya, Ismail.

“Tapi ternyata yang diperlukan, hubungan anak dengan ayah bukan hanya diukur dengan kuantitas (banyaknya waktu), tapi yang tidak kalah pentingnya adalah kualitas interaksi itu dalam menanamkan nilai-nilai yang mendasar,” bebernya.

Hal itu tergambar dalam dialog Ibrahim dan Ismail as dalam Al Qur’an; Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka bagaimanakah pendapatmu?”. Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insyaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”. (rel/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru