29 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Nasib Demokrat di Tangan SBY

JAKARTA-Nasib Partai Demokrat berada di tangan Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketegasan SBY membuat program pemberantasan korupsi di internal dianggap menjadi kunci kebangkitan partai berlogo mercy tersebut dari keterpurukan.

“Ke depan, kalau Demokrat ingin rebound, SBY juga harus kuat di dalam,” ujar analis politik dari Indobarometer M Qodari kemarin (16/12). Menurut dia, SBY yang juga presiden itu selama ini masih terkesan lemah untuk urusan kebijakan seputar pemberantasan korupsi ke dalam partainya.

Kasus-kasus besar yang muncul belakangan ini, lanjut dia, justru berasal dari partainya sendiri. Besar baik dari segi nilai yang dikorupsi maupun dampaknya. “Ini yang menjadi misteri,” lanjutnya.

Di sisi lain, dia menilai, kebijakan SBY di isu pemberantasan korupsi untuk pihak luar, baik partai maupun kabinetnya, sudah cukup baik. Di antaranya, pemberian lebih dari 100 izin pemeriksaan terhadap kepala daerah seluruh Indonesia.

Qodari juga mengingatkan, kasus hukum seperti korupsi dalam proyek Hambalang dan wisma atlet tetap bisa menjadi bom waktu pada 2013. “Ini harus dipersiapkan karena semua tahu bahwa kasus-kasus itu belum benar-benar tuntas,” tuturnya.

Sebelumnya, dalam pidato politik yang disampaikan pada peringatan ulang tahun ke-11 partainya di SICC Sentul Sabtu lalu (15/12), SBY mengingatkan kadernya untuk siap jika Demokrat tidak menang lagi pada pemilu mendatang. Dia juga menyampaikan permohonan maaf kepada rakyat jika ada kadernya yang dipandang kurang baik.

“Kami mohon doa restu agar Partai Demokrat bisa berbuat lebih baik di masa depan,” kata SBY di depan kadernya saat itu.

Suara Demokrat Diprediksi Melorot

Sementara itu, pengamat Politik Ray Rangkuti memperkirakan perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mendatang akan melorot. Menurutnya, meskipun berstatus sebagai partai penguasa, partai binaan SBY itu tetap sulit mengulangi kesuksesannnya pada Pemilu 2009.
“Kalau persentasinya bisa fluktuatif.  Tapi, intinya akan menurun,” kata Ray Rangkuti.

Jangan jadi jawara, kata Ray masuk dalam tiga besar pun sangat sulit bagi Demokrat. “Memang akan sulit untuk mencapai posisi satu, dua bahkan tiga. Posisi ketiga ini bahkan mungkin akan diisi oleh partai politik lain,” katanya.

Menurut Direktur Eksekutif Lingkar Madani itu, setidaknya ada empat faktor penyebab turunnya suara Demokrat.  Pertama, kasus yang menimpa kader-kader PD dalam waktu dua tahun terakhir ini. Kedua, beberapa kasus yang masih menggantung dan potensial akan menganggu PD ke depan. Ketiga, konsolidasi internal mungkin tidak dapat optimal  dilakukan.

“Bukan saja karena  ancaman kasus yang menimpa ketum, tapi juga kemungkinan membesarnya friksi SBY-Anas atau Anas-Marzuki Alie, misalnya,” kata Ray.

Yang keempat, kata dia adalah PD saat ini seperti kehilangan tokoh yang layak ‘dijual’ pada pemilu 2014 yang akan datang. Sejauh ini,  hanya nama Ani Yudhoyono  yang cukup menonjol dari PD. “Tapi tentu saja agak riskan mendorong Ibu Ani untuk maju. Jika Demokrat tak menemukan nama yang pas untuk calon presiden mereka, tentu dapat berimplikasi pada menurunnya dukungan publik terhadap parpol ini,” pungkasnya. (dyn/c7/agm/boy/jpnn)

JAKARTA-Nasib Partai Demokrat berada di tangan Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketegasan SBY membuat program pemberantasan korupsi di internal dianggap menjadi kunci kebangkitan partai berlogo mercy tersebut dari keterpurukan.

“Ke depan, kalau Demokrat ingin rebound, SBY juga harus kuat di dalam,” ujar analis politik dari Indobarometer M Qodari kemarin (16/12). Menurut dia, SBY yang juga presiden itu selama ini masih terkesan lemah untuk urusan kebijakan seputar pemberantasan korupsi ke dalam partainya.

Kasus-kasus besar yang muncul belakangan ini, lanjut dia, justru berasal dari partainya sendiri. Besar baik dari segi nilai yang dikorupsi maupun dampaknya. “Ini yang menjadi misteri,” lanjutnya.

Di sisi lain, dia menilai, kebijakan SBY di isu pemberantasan korupsi untuk pihak luar, baik partai maupun kabinetnya, sudah cukup baik. Di antaranya, pemberian lebih dari 100 izin pemeriksaan terhadap kepala daerah seluruh Indonesia.

Qodari juga mengingatkan, kasus hukum seperti korupsi dalam proyek Hambalang dan wisma atlet tetap bisa menjadi bom waktu pada 2013. “Ini harus dipersiapkan karena semua tahu bahwa kasus-kasus itu belum benar-benar tuntas,” tuturnya.

Sebelumnya, dalam pidato politik yang disampaikan pada peringatan ulang tahun ke-11 partainya di SICC Sentul Sabtu lalu (15/12), SBY mengingatkan kadernya untuk siap jika Demokrat tidak menang lagi pada pemilu mendatang. Dia juga menyampaikan permohonan maaf kepada rakyat jika ada kadernya yang dipandang kurang baik.

“Kami mohon doa restu agar Partai Demokrat bisa berbuat lebih baik di masa depan,” kata SBY di depan kadernya saat itu.

Suara Demokrat Diprediksi Melorot

Sementara itu, pengamat Politik Ray Rangkuti memperkirakan perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mendatang akan melorot. Menurutnya, meskipun berstatus sebagai partai penguasa, partai binaan SBY itu tetap sulit mengulangi kesuksesannnya pada Pemilu 2009.
“Kalau persentasinya bisa fluktuatif.  Tapi, intinya akan menurun,” kata Ray Rangkuti.

Jangan jadi jawara, kata Ray masuk dalam tiga besar pun sangat sulit bagi Demokrat. “Memang akan sulit untuk mencapai posisi satu, dua bahkan tiga. Posisi ketiga ini bahkan mungkin akan diisi oleh partai politik lain,” katanya.

Menurut Direktur Eksekutif Lingkar Madani itu, setidaknya ada empat faktor penyebab turunnya suara Demokrat.  Pertama, kasus yang menimpa kader-kader PD dalam waktu dua tahun terakhir ini. Kedua, beberapa kasus yang masih menggantung dan potensial akan menganggu PD ke depan. Ketiga, konsolidasi internal mungkin tidak dapat optimal  dilakukan.

“Bukan saja karena  ancaman kasus yang menimpa ketum, tapi juga kemungkinan membesarnya friksi SBY-Anas atau Anas-Marzuki Alie, misalnya,” kata Ray.

Yang keempat, kata dia adalah PD saat ini seperti kehilangan tokoh yang layak ‘dijual’ pada pemilu 2014 yang akan datang. Sejauh ini,  hanya nama Ani Yudhoyono  yang cukup menonjol dari PD. “Tapi tentu saja agak riskan mendorong Ibu Ani untuk maju. Jika Demokrat tak menemukan nama yang pas untuk calon presiden mereka, tentu dapat berimplikasi pada menurunnya dukungan publik terhadap parpol ini,” pungkasnya. (dyn/c7/agm/boy/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/