Diduga Teroris Bom Cirebon
JAKARTA – Sorotan tajam soal tewasnya warga sipil Nur Iman dalam penangkapan dua terduga teroris di Sukoharjo, Jawa Tengah, tak membuat Densus 88 Mabes Polri berhenti beroperasi.
Korps Burung Hantu itu tetap gencar memburu orang-orang yang diduga terkait dengan jaringan M Syarif yang meledakkan diri di Cirebon pada 15 April 2011.
Sejak Senin (16/05) malam, Densus 88 mencari dua orang terduga teroris di Denpasar, Bali. Tiga lokasi di jalan Nusakambangan, Panjer dan jalan Pulau Batanta, Bali disisir. Satu orang terduga teroris diamankan. “Masih dikembangkan. Identitas belum bisa disampaikan,” ujar sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) kemarin.
Dari orang ini, diperoleh keterangan ada jaringan yang masih bersembunyi di wilayah Jawa Tengah. Karena itu, tim penindak Densus 88 di Bali segera mengontak tim operasi yang bermarkas di sebuah hotel di Solo, Jawa Tengah. “Langsung bergerak ke Colomadu, Muntilan, dan perbatasan Sragen,” jelasnya.
Di daerah Karanganyar dan Solo, tiga orang diamankan. Sedangkan di Muntilan, dekat Magelang, Jawa Tengah ada dua orang yang ‘diambil’. Menurut perwira ini, semua orang itu belum berstatus tersangka.
“Kita hati-hati merilis nama, semua masih terduga. Waktunya 7 x 24 jam,” tambahnya. Total jumlah yang tangkapan densus di Jawa Tengah kemarin adalah lima orang.
Dia mengakui, setelah ada peristiwa tertembaknya Nur Iman dalam penggerebegan di Sukoharjo, ada evaluasi dalam prosedur tetap di lapangan.
“Hasil evaluasi internal sudah dilaporkanke Kapolri melalui Irwasum (Inspektur Pengawan Umum),” jelasnya tanpa bersedia menjelaskan apa hasil rapat internal satuandi tubuh Korps Bhayangkara itu.
Di Mabes Polri, Kepala Bagian Penerangan Umum Kombes Boy Rafli Amar mengaku belum mengetahui adanya serangkaian penindakan di tiga kota (Denpasar, Karanganyar, Magelang) itu. “Humas belum diberitahu,” jelas mantan anggota Satgas Bom Polri ini.
Yang jelas, kata Boy, operasi oleh Densus 88 belum selesai walaupun Sigit Qurdowi yang disebut-sebut sebagai instruktur pembuatan bom M Syarif sudah tewas. “Karena ini rangkaian penyidikan. Ifatnya kan jaringan, ada perannya masing-masing. Nanti akan jelas di persidangan,” kata mantan Kapolres Pasuruan ini.
Soal pengakuan keluarga bahwa Densus 88 salah menyita uang dan perhiasan, menurut Boy, akan dievaluasi oleh internal penyidik.
“Sekarang masih diverifikasi. Tentu, kalau ada keterangan dari pihak lain silahkan saja. Tapi, yang jelas masih kita anggap sebagai barang bukti,” katanya.
Keluarga Sigit menyebut uang Rp 53 juta yang disita Densus adalah uang hasil penjualan tanah dan tidak terkait dengan aksi terorisme. Beberapa barang lain seperti senapan angina dan bubuk hitam juga hanya peralatan rutin keluarga. Senapan angina milik ayah Sigit yang hobi berburu burung, sedangkan bubuk hitam adalah alat rias /make up (Jawa Pos 17/5).
Di tempat terpisah, keluarga korban salah tembak dalam penyergapan dua terduga teroris terus meminta pertanggungjawaban Densus 88. Pihak keluarga meminta, pertanggungjawaban ini tak berhenti pada pemberian santunan kepada istri Nur Iman, bakul “hik” angkringan yang tewas dalam peristiwa tersebut.
Yang kini menjadi perhatian keluarga adalah masa depan dua anak Nur Iman yakni Ririn dan Rizki yang kini masih belum jelas keberadaannya. Kedua anak ini dikhawatirkan akan telantar. Pasalnya, Nur yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga tak lagi bisa memberikan suntikan biaya kepada keduanya.
Paman istri Nur Iman, Tarso saat ditemui Radar Solo (Group Sumut Pos) kemarin (17/5) mengatakan, sampai saat ini tidak ada kabar atau informasi dari Waliyem.
Namun dirinya merasa yakin Waliyem bersama keluarga lainnya dalam keadaan aman. Karena mereka semua dalam lindungan kepolisian. (udi/nan/jpnn)