30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Senandung Iwan Fals di Gedung DPR BBM Naik Tinggi…

BBM naik tinggi, susu tak terbeli
Orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi….

Sidang paripurna DPR membahas kenaikan harga BBM beberapa kali diskors. Sekitar pukul 20.00, tiba-tiba lagu Iwan Fals terdengar nyaring di ruang rapat paripurna. Lagu Galang Rambu Anarki yang berisi kritik atas kebijakan pemerintah Orde Baru ketika menaikkan harga BBM pun diputar berulang-ulang. Salah satu bait lagu itu berbunyi BBM naik tinggi, susu tak terbeli. Orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi.
Lagu Wakil Rakyat milik Iwan Fals juga mengalun beberapa kali di ruang rapat paripurna. Lagu ini berisi kritik pedas pada anggota DPR. Salah satu liriknya berbunyi Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Beberapa anggota federasi serikat pekerja pun tampak ikut bernyanyi. Beberapa anggota DPR yang berada di ruang rapat pun tampak tersenyum-senyum.
Sidang paripurna kemarin memang berlangsung alot dan panas dengan hujan interupsi. Bahkan, Ketua DPR Marzuki Alie dan anggota DPR dari Fraksi PDIP Maruarar Sirait beradu mulut ketika  menuntut kesempatan bicara. Marzuki pun sampai terlihat emosional. “Anda diam dulu,” ujar Marzuki dengan nada tinggi.
Untung, suasana sidang bisa kembali dingin setelah beberapa anggota meminta agar sidang kembali ke agenda pandangan atas RAPBN Perubahan 2013.
Suasana sidang ramai lagi ketika 15 perwakilan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) ikut duduk di balkon ruang rapat paripurna. Tepuk tangan mereka meriah ketika ada anggota dewan yang menolak kenaikan harga BBM. Sebaliknya, jika ada anggota dewan yang mendukung kenaikan BBM, mereka menyoraki “huuuuuu…”. Sekitar 13 anggota Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR yang berdiri di balkon pun harus berkali-kali menenangkan delegasi serikat pekerja.
Sidang paripurna dimulai pukul 10.30 WIB. Kemudian, sidang diskors untuk istirahat pukul 12.15 hingga sekitar 14.00 WIB. Sorenya, sidang kembali diskors sekitar pukul 16.30 untuk lobi pimpinan fraksi dan baru dimulai kembali sekitar pukul 19.30.
Awalnya, sidang membacakan hasil pembahasan RAPBN Perubahan 2013 antara Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah oleh Ketua Banggar Ahmadi Noor Supit.
Saat pembacaan pandangan fraksi, tidak begitu banyak kejutan. Tiga fraksi yang sejak awal menolak kenaikan harga BBM, yakni PDIP, PKS, dan Gerindra, tetap bersikeras menolak. PDIP dan PKS juga mengajukan postur APBN alternatif kepada pemerintah.
Satu-satunya fraksi yang berbalik arah adalah Hanura. Dalam rapat badan anggaran, partai pimpinan Wiranto ini setuju dengan RAPBN Perubahan 2013 dengan catatan. Namun, dalam sidang paripurna kemarin, Hanura menyatakan menolak rencana kenaikan harga BBM. Golkar menyatakan konsisten menerima RAPBN Perubahan 2013.
Mengapa Hanura berubah sikap? Juru Bicara Fraksi Partai Hanura Erik Satria Wardhana mengatakan, konsekuensi kenaikan harga BBM akan memicu lonjakan inflasi hingga 7,8 persen. Hal itu diyakini bakal memberatkan masyarakat. “Karena itu, pemerintah tidak seharusnya menaikkan harga BBM,” ujarnya.
Dengan berbaliknya sikap Hanura, peta kekuatan di DPR masih didominasi oleh fraksi pendukung kenaikan harga BBM, yakni Demokrat, Golkar, PAN, PPP, dan PKB. Kubu penolak adalah PDIP, PKS, Gerindra, dan Hanura. (jpnn)

BBM naik tinggi, susu tak terbeli
Orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi….

Sidang paripurna DPR membahas kenaikan harga BBM beberapa kali diskors. Sekitar pukul 20.00, tiba-tiba lagu Iwan Fals terdengar nyaring di ruang rapat paripurna. Lagu Galang Rambu Anarki yang berisi kritik atas kebijakan pemerintah Orde Baru ketika menaikkan harga BBM pun diputar berulang-ulang. Salah satu bait lagu itu berbunyi BBM naik tinggi, susu tak terbeli. Orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi.
Lagu Wakil Rakyat milik Iwan Fals juga mengalun beberapa kali di ruang rapat paripurna. Lagu ini berisi kritik pedas pada anggota DPR. Salah satu liriknya berbunyi Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Beberapa anggota federasi serikat pekerja pun tampak ikut bernyanyi. Beberapa anggota DPR yang berada di ruang rapat pun tampak tersenyum-senyum.
Sidang paripurna kemarin memang berlangsung alot dan panas dengan hujan interupsi. Bahkan, Ketua DPR Marzuki Alie dan anggota DPR dari Fraksi PDIP Maruarar Sirait beradu mulut ketika  menuntut kesempatan bicara. Marzuki pun sampai terlihat emosional. “Anda diam dulu,” ujar Marzuki dengan nada tinggi.
Untung, suasana sidang bisa kembali dingin setelah beberapa anggota meminta agar sidang kembali ke agenda pandangan atas RAPBN Perubahan 2013.
Suasana sidang ramai lagi ketika 15 perwakilan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) ikut duduk di balkon ruang rapat paripurna. Tepuk tangan mereka meriah ketika ada anggota dewan yang menolak kenaikan harga BBM. Sebaliknya, jika ada anggota dewan yang mendukung kenaikan BBM, mereka menyoraki “huuuuuu…”. Sekitar 13 anggota Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR yang berdiri di balkon pun harus berkali-kali menenangkan delegasi serikat pekerja.
Sidang paripurna dimulai pukul 10.30 WIB. Kemudian, sidang diskors untuk istirahat pukul 12.15 hingga sekitar 14.00 WIB. Sorenya, sidang kembali diskors sekitar pukul 16.30 untuk lobi pimpinan fraksi dan baru dimulai kembali sekitar pukul 19.30.
Awalnya, sidang membacakan hasil pembahasan RAPBN Perubahan 2013 antara Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah oleh Ketua Banggar Ahmadi Noor Supit.
Saat pembacaan pandangan fraksi, tidak begitu banyak kejutan. Tiga fraksi yang sejak awal menolak kenaikan harga BBM, yakni PDIP, PKS, dan Gerindra, tetap bersikeras menolak. PDIP dan PKS juga mengajukan postur APBN alternatif kepada pemerintah.
Satu-satunya fraksi yang berbalik arah adalah Hanura. Dalam rapat badan anggaran, partai pimpinan Wiranto ini setuju dengan RAPBN Perubahan 2013 dengan catatan. Namun, dalam sidang paripurna kemarin, Hanura menyatakan menolak rencana kenaikan harga BBM. Golkar menyatakan konsisten menerima RAPBN Perubahan 2013.
Mengapa Hanura berubah sikap? Juru Bicara Fraksi Partai Hanura Erik Satria Wardhana mengatakan, konsekuensi kenaikan harga BBM akan memicu lonjakan inflasi hingga 7,8 persen. Hal itu diyakini bakal memberatkan masyarakat. “Karena itu, pemerintah tidak seharusnya menaikkan harga BBM,” ujarnya.
Dengan berbaliknya sikap Hanura, peta kekuatan di DPR masih didominasi oleh fraksi pendukung kenaikan harga BBM, yakni Demokrat, Golkar, PAN, PPP, dan PKB. Kubu penolak adalah PDIP, PKS, Gerindra, dan Hanura. (jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/