JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Persidangan kasus korupsi proyek Hambalang dengan terdakwa Anas Urbaningrum kembali menghadirkan saksi baru. Kemarin (17/7) giliran Direktur PT Sarana Bangun Cipta, Ilham Idli yang memenuhi panggilan untuk bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Ilham merupakan pimpinan perusahaan penyedia jasa alias konsultan yang di-hire untuk mensukseskan kongres Partai Demokrat tahun 2010 silam di Bandung. Dalam keterangannya, Ilham mengakui dirinya mendapat pesanan dari Nazarudin, yang merupakan anggota tim sukses Anas untuk menyediakan 400 telepon genggam jenis BlackBerry.
Permintaan itu rupanya ditanggapi dengan serius dan antusias oleh Ilham yang kemudian menghubungi temannya untuk proses pengadaan. “Saya tanya teman saya, dia bisa menyediakan 400 BB (BlackBerry). Sorenya saya bilang ke Pak Nazaruddin, “Pak ada (BB), harganya Rp 2,2 juta”,” kata Ilham di persidangan kemarin.
Mendapat informasi tersebut, saat itu juga ujar Ilham, Nazaruddin menyuruhnya untuk datang ke kantor Permai Group yang beralamat di Buncit Raya, Jakarta, pada keesokan harinya. Tujuannya, tentu untuk mengambil uang pembayaran BlackBerry.
“Saya ambil uangnya sekalian sama uang pembayaran pertama acara yang kontrak dengan saya. Totalnya Rp 1 miliar, ada kelebihan sekitar Rp 10 juta,” jelas Ilham yang pada saat kongres berlangsung juga diminta menyiapkan segala akomodasi tim pemenangan Anas.
Setelah menerima pembayaran, ponsel cerdas itu pun diserahkan secara bertahap pada Nazaruddin ke Hotel Permata Garden yang disebut-sebut sebagai salah satu markas panitia pemenangan Anas.
“Pemberian dilakukan tiga tahap. Yang pertama 100 unit, kedua 150 unit, dan terakhir 150 unit,” jelasnya.
Namun, pemberian BB itu cukup ricuh. Hal tersebut diutarakan oleh Manajer Pemasaran PT Sarana Bangun Cipta, Rio Abdulrahman yang juga menjadi saksi di sidang yang sama.
Jika awalnya BB akan diserahkan person to person kepada para pendukung, Â Â Â Â Â Â Â Â Â saat hari H, orang-orang tersebut tanpa beraturan langsung mengambil dari panitia dengan tidak tertib.
“Saat pendistribusian kita ragu juga, waktu itu kondisinya crowded sekali. Distribusinya jadi nggak terstruktur. Mestinya dikasih ke orangnya langsung. Namun, realitas di lapangan nggak bisa. Orang banyak pada ambil sendiri-sendiri,” katanya.
Lantas apakah Nazar kecewa? Hingga acara itu berakhir, Rio mengatakan tidak ada komplain dari si empunya acara. (nji)