Site icon SumutPos

Wajah Setnov Dibungkus Selimut saat Dipindah ke RSCM

FOTO: MUHAMAD ALI/JAWAPOS
Ketua DPR RI Setya Novanto dibawa keluar dari Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta, Jumat (17/11/2017). Setya Novanto dilarikan ke RSCM guna mendapatkan tindakan medis yang lebih maksimal.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tidak sampai 24 jam menjalani perawatan di Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Setnov diputuskan dipindahkan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jumat (17/11/2017). Keputusan pemindahan Setnov ke RSCM dilakukan berselang sekitar tiga jam setelah Dokter Bhimanesh Sutardjo, dokter yang merawat Setnov menyampaikan kondisi terakhir Ketua DPR RI itu.

Sekitar pukul 12.30 WIB, Setnov yang berbaring di brankar, dengan balutan kain di seluruh kepala dikawal dengan ketat melewati jepretan dan sorotan kamera media. Sejumlah orang yang mengelilingi Setnov berusaha keras menutup wajah Setnov dengan selimut saat akan dibawa masuk ke ambulans.

Hanya terlihat bagian muka Setnov dengan mata terpejam. Tidak terlihat benjolan sebesar bakpau yang disebut pengacara Fredrich Yunadi, karena tertutup oleh kain berwarna pink. Sementara luka bagian pipi yang juga sempat disebut Yunadi juga tidak terlihat. Pipi Setnov masih terlihat mulus saat diarak ke ambulans.

Yunadi menjelaskan, kliennya diputuskan dipindah ke RSCM atas rekomendasi dari dokter RS Medika. Yunadi menyebut, Ketua Umum Partai Golkar itu harus segera harus menjalani pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Namun, mesin MRI yang dimiliki RS Medika dalam kondisi rusak.

”MRI disini rusak, sedangkan cedera kepalanya tidak bisa ditunda lagi. Tadi beliau kakinya kram, matanya tidak bisa dibuka. Kalau dibuka matanya berputar,” kata Yunadi.

Setelah berkoordinasi dengan tim dokter RSCM, telah diputuskan untuk dirujuk ke RSCM. Namun, sempat ada ide agar Setnov dirujuk ke RS Medika di Bintaro yang juga memiliki peralatan yang sama. ”Daripada mencari swasta, diputuskan mencari RS pemerintah tipe A, nah tipe A ini RSCM, di Kencana,” ujarnya.

Yunadi menyebut, pemindahan kliennya tidak terkait dengan dokter maupun penyidik dari KPK. Namun, penyidik KPK dalam hal ini tetap mengikuti keberadaan Setnov, termasuk saat dibawa ke RSCM. ”KPK tetap ngikutin,” ujarnya.

Meski begitu, Yunadi menyebut ada satu peristiwa yang menurut dia tidak mengenakkan terjadi. Setelah ada kesepakatan untuk memindah Setnov ke RSCM, datang penyidik KPK dengan inisial D menyerahkan surat. Dalam surat itu dinyatakan bahwa kliennya telah ditahan. ”Saya katakan, pak SBN diperiksa belum pernah, ditanya juga belum pernah, wewenang  mana yang memberi peluang KPK langsung menahan, dijawa itu wewenang KPK,” kata Yunadi.

Meski begitu, Yunadi menyebut bahwa rekomendasi dokter juga harus dipatuhi. Menurut dia, Dr Bimanesh menegaskan bahwa sesuai UU Kedokteran, wewenang terkait kondisi pasien sepenuhnya ada dokter. ”Artinya itu tidak benar, periksa juga belum, masak sudah ditahan,” ujarnya.

Terpisah, Bimanesh yang menyampaikan kondisi Setnov sebelum adanya proses pemindahan, menjelaskan bahwa Setnov mengalami gejala hipertensi. Setnov tiba di RS MPG sekitar pukul 18.30 WIB bersama dengan ajudannya. ”Setengah 7 datang dengan keadaan hipertensi berat ada kecelakaan yang terjadi,” ujar Bimanesh didampingi sejumlah staf RS Medika.

Dari hasil observasi, Bimanesh menyebut ditemukan ada cedera di kepala sebelah kiri. Namun, Bimanesh menepis jika ada kabar bahwa Setnov mengalami patah tulang. ”Secara fisik saya enggak melihat itu. Dari laka lantas cedera di kepala. Ada lecet di leher dan sebelah kanan,” ujar dokter spesialis penyakit dalam itu. Bamanesh menolak ketika Jawa Pos menanyakan lebih lanjut mengenai detail luka. Menurutnya keterangan mengenai detail luka sudah dia serahkan ke laporan visum pihak berwajib.

Yang menjadi janggal adalah tidak ada memar maupun bengkak di sekitar luka. Model bebat atau perban di jidat kiri Novanto pun terkesan dipaksakan. Dia menggunakan bebat hypafix yang biasanya dialami oleh penyandang luka yang cukup berat. Hal tersebut diutarakan oleh spesialis bedah kepala leher RSUD dr Soetomo, Surabaya, dr Urip Mirtedjo SpBKL.  “Lihat foto yang beredar, yang baru datang. Itu di jidatnya tidak ada luka pendarahan. Pasti hanya memar,” ucap Urip memastikan.

Jika betul luka dibalik perban itu bukan luka jahitan atau luka besar, maka pemakaian bebat hypafix menurut Urip tidak tepat. “Memar itu tidak perlu hypafix. Itu ndeso,” ungkap Urip. (jpg)

Exit mobile version