25 C
Medan
Saturday, September 21, 2024

Kapal MV Pacific Explorer Umbar Tembakan

Usir Nelayan yang Tebar Pukat

Awak MV Pacific Explorer mengumbar tembakan, guna mengancam para nelayan yang mendekati kapal mereka. Akibat peristiwa pada Jumat (16/12) malam tersebut, kaum nelayan Kuala Bugak, Peurelak-Aceh Timur pun trauma melaut karena takut jadi sasaran peluru nyasar.

KEPADA Metro Aceh (Group Sumut Pos) yang menemui di Sabtu (17/12) siang, insiden penembakan terjadi lepas pantai Aceh Timur. Puluhan nelayan merasa kegiatan surveyor, dari kapal Pacific Explorer itu sudah sewenang-wenang. Sehingga membuat perekonomian masyarakat jadi terganggu.

Sebelum penembakan terjadi, awalnya kapal nelayan KM Rahmat, pada Kamis (15/12) sore, pergi melaut di lepas pantai Aceh Timur di kawasanperairanPeureulak.

Tiba- tibadidekatioleh kapal yang mengaku sedang melakukan sesmik.

Pihak asing tersebut meminta ABK KM rahmat, untuk tidak mendekati lokasi. Lalu mereka pergi lagi. Sedangkan pada malam hari kami melempar jangkar dan melabuh pukat,” ujarnya.

Setelah melabuhkan pukat, ternyata kapal Pacifik kembali mendekat dan meminta menarik jaring.

Karena itu, ABK KM Rahmat akhirnya pulang ke darat. Baru pada keesokan harinya, Jumat (16/ 12) sore, 4 unit boat dari Kuala Bugak kembali melaut. Yakni KM Rahmat, KM Ulee Keude, KM Hikmat, dan KM Tunas Baru, dan sejumlah boat jaring nelon lainnya.

Seperti biasanya para nelayan mengaku melepaskan jangkar untuk mencari ikan. Saat nelayan pukat sudah diturunkan ke dalam air, tiba- tiba datang pihak kapal yang melakukan sesmik migas di lepas pantai Peureulak mengusir.

Akibat lamban menarik pukat ke dalam kapal, pihak keamanan kapal sesmik melepaskan tembakan ke atas sebanyak tiga kali. Kondisi itu benar- benarmembuat kamitakutdantrauma,”• ujar pawang Ibrahim Harun yang dibenarkan sejumlah pawang lainnya.

Dikatakan, setelah tembakan dilepaskan, pihak kapal sesmik meminta nelayan untuk mendekat dan sempat memberikan selebaran yang bergambar kapal sesmik. Di mana dalam selebaran itu bertulis : “Kapal survey MV Pacific Eksplorer sedang melakukan survey di perairan Aceh. Kegiatan ini menarik kabel streamer yang bertegangan tinggi dengan panjang kabel 4 mil. Dimohon agar menjauhi kapal survey dengan jarak 4 mil di belakang, 3 mil di sebelah kanan dan kiri serta 3 mil di depan. Bila himbauan ini diabaikan maka bisa berbahaya bagi keselamatan anda.” Dalam surat tersebut pihak sesmik juga mencantumkan, gambar peta jarak yang harus dihindari oleh masyarakat nelayan.

Menurut Panglima Laot Kuala Bugak, Abdurrahman Yusuf (73) membenarkan adanya laporan tembakan senjata api saat nelayannya sedang mencari ikan. Kejadian tersebut, kata dia, telah membuat nelayan di sana trauma dan takut melaut.

“Kami trauma, takut dengan letusan senjata seperti masa konflik dulu. Memang benar ada sosialisasi di Langsa beberapa waktu lalu, tapi belum ada realisasi yang berarti karena rapatnya dipending,” ujar pria berkulit hitam ini.

Panglima menyebutkan, silakan saja pihak perusahaan melakukan survey migas di lepas pantai Aceh Timur asalkan kegiatan nelayan tidak menganggu atau kita mengharapkan adanya ganti rugi waktu kepada nelayan karena tidak bisa melaut seperti saat ini. (yas/jpnn)

Usir Nelayan yang Tebar Pukat

Awak MV Pacific Explorer mengumbar tembakan, guna mengancam para nelayan yang mendekati kapal mereka. Akibat peristiwa pada Jumat (16/12) malam tersebut, kaum nelayan Kuala Bugak, Peurelak-Aceh Timur pun trauma melaut karena takut jadi sasaran peluru nyasar.

KEPADA Metro Aceh (Group Sumut Pos) yang menemui di Sabtu (17/12) siang, insiden penembakan terjadi lepas pantai Aceh Timur. Puluhan nelayan merasa kegiatan surveyor, dari kapal Pacific Explorer itu sudah sewenang-wenang. Sehingga membuat perekonomian masyarakat jadi terganggu.

Sebelum penembakan terjadi, awalnya kapal nelayan KM Rahmat, pada Kamis (15/12) sore, pergi melaut di lepas pantai Aceh Timur di kawasanperairanPeureulak.

Tiba- tibadidekatioleh kapal yang mengaku sedang melakukan sesmik.

Pihak asing tersebut meminta ABK KM rahmat, untuk tidak mendekati lokasi. Lalu mereka pergi lagi. Sedangkan pada malam hari kami melempar jangkar dan melabuh pukat,” ujarnya.

Setelah melabuhkan pukat, ternyata kapal Pacifik kembali mendekat dan meminta menarik jaring.

Karena itu, ABK KM Rahmat akhirnya pulang ke darat. Baru pada keesokan harinya, Jumat (16/ 12) sore, 4 unit boat dari Kuala Bugak kembali melaut. Yakni KM Rahmat, KM Ulee Keude, KM Hikmat, dan KM Tunas Baru, dan sejumlah boat jaring nelon lainnya.

Seperti biasanya para nelayan mengaku melepaskan jangkar untuk mencari ikan. Saat nelayan pukat sudah diturunkan ke dalam air, tiba- tiba datang pihak kapal yang melakukan sesmik migas di lepas pantai Peureulak mengusir.

Akibat lamban menarik pukat ke dalam kapal, pihak keamanan kapal sesmik melepaskan tembakan ke atas sebanyak tiga kali. Kondisi itu benar- benarmembuat kamitakutdantrauma,”• ujar pawang Ibrahim Harun yang dibenarkan sejumlah pawang lainnya.

Dikatakan, setelah tembakan dilepaskan, pihak kapal sesmik meminta nelayan untuk mendekat dan sempat memberikan selebaran yang bergambar kapal sesmik. Di mana dalam selebaran itu bertulis : “Kapal survey MV Pacific Eksplorer sedang melakukan survey di perairan Aceh. Kegiatan ini menarik kabel streamer yang bertegangan tinggi dengan panjang kabel 4 mil. Dimohon agar menjauhi kapal survey dengan jarak 4 mil di belakang, 3 mil di sebelah kanan dan kiri serta 3 mil di depan. Bila himbauan ini diabaikan maka bisa berbahaya bagi keselamatan anda.” Dalam surat tersebut pihak sesmik juga mencantumkan, gambar peta jarak yang harus dihindari oleh masyarakat nelayan.

Menurut Panglima Laot Kuala Bugak, Abdurrahman Yusuf (73) membenarkan adanya laporan tembakan senjata api saat nelayannya sedang mencari ikan. Kejadian tersebut, kata dia, telah membuat nelayan di sana trauma dan takut melaut.

“Kami trauma, takut dengan letusan senjata seperti masa konflik dulu. Memang benar ada sosialisasi di Langsa beberapa waktu lalu, tapi belum ada realisasi yang berarti karena rapatnya dipending,” ujar pria berkulit hitam ini.

Panglima menyebutkan, silakan saja pihak perusahaan melakukan survey migas di lepas pantai Aceh Timur asalkan kegiatan nelayan tidak menganggu atau kita mengharapkan adanya ganti rugi waktu kepada nelayan karena tidak bisa melaut seperti saat ini. (yas/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/