Empat Tewas Tertembak, Simpatisan Buka Dompet Bantuan
JAKARTA – Perang saudara di Dammaj, Yaman antara penganut aliran syiah Al Houthi dengan warga yang sebagian beraliran Sunni masih berlangsung. Sekitar 120 santri asal Indonesia yang sedang belajar di pesantren Darul Hadits masih ikut berperang. Mereka menolak dievakuasi dan akan bertahan sampai titik darah penghabisan.
“Kami masih menunggu perkembangan dari lapangan. Yang pasti Deplu dan KBRI memonitor terus,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene kemarin. Pihak KBRI telah menjalin kontak dengan para santri itu untuk mencari solusi terbaik. “Mereka kami himbau untuk keluar dari lokasi, tentu ini sebatas himbauan, kita tidak bisa memaksa,” katanya.
Peperangan para santri ini tidak hanya menggunakan senjata biasa, namun melibatkan persenjataan berat seperti rudal anti tank, peluncur roket, maupun senjata sniper. Para alumni Darul Hadits di Indonesia memantau perkembangan perang itu setiap hari melalui internet. Salah satu ulama salafy yang selalu menyiarkan berita perang di Yaman adalah Ustadz Sufyan Fuad Basweidan, Lc melalui situsnya basweidan.wordpress.com.
Perkembangan terakhir, pertempuran sengit masih berlangsung walaupun sudah ada utusan PBB yang datang.
Ribuan simpatisan santri di Ya man juga membuka dompet bantuan. Diantaranya melalui radio As Sunah dan beberapa kelompok pengajian di seluruh Indonesia. “Insya Allah semua bantuan kami sampaikan langsung dengan jalur kami ke Ya man,” ujar pengurus donasi yang mengaku bernama Abu Zahra kemarin.
Hingga kini sudah ada empat orang santri Indonesia yang meninggal di sana. Dua santri yang meninggal pada 26 November 2011 bernama Muhammad Shalih Al Indunisi (30) dan Jumeiri Abdullah Al Indunis. Lalu pada 12 Desember 2011 lalu diketahui bernama Muhammad Amin bin Haji Nurdin dan Adam Djauhari, keduanya adalah santri dari Ambon.
Mereka adalah salah satu santri pesantren Darul Hadits yang tewas ditembak di bukit Baroqoh. Menurut Abu Zahra, santri santri yang bertahan di Yaman itu tidak berafiliasi dengan kelompok “ kelompok yang dilabeli teroris oleh Amerika Serikat. “Mereka ini murni santri yang belajar di pondok Darul hadits, kita bagaikan bumi dan langit dengan Al Qaeda,” katanya.
Ditanya soal respon pemerintah RI, Abu Zahra mengaku bisa memaklumi. “Kami tidak mengkritik atau protes pada pemerintah. Kami berterimakasih atas dukungan selema ini dan berdoa agar ada solusi dariAllah untuk krisis di Dammaj ini,” katanya Lantas bagaimana dengan sikap keluarga 100-an santri di Yaman yang masih di Indonesia ? “Sebagian besar mereka ikhlas, mereka mendukung sikap para santri,” katanya.
Jawa Pos (Group Sumut Pos) juga diberi kontak langsung salah seorang penghubung santri di Yaman bernama Syaikh Yahya Al hajuri di nomor 00967-777600555 dan 00967- 733900555. Ketika dihubungi dengan sambungan internasional dari Jakarta, ada nada sambung namun kemudian ada suara mesin penjawab berbahasa Arab dan telpon putus.
Ketua Komisi 1 Bidang Hubungan Luar negeri DPR RI Mahfudz Sidiq meminta Kementrian Luar Negeri memikirkan solusi terbaik untuk keselamatan santri-santri di Yaman itu.
(rdl/jpnn)