MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kapal tongkang yang membawa 97 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menuju Tanjung Balai Asahan tenggelam ditelan ombak di perairan Pulau Cary, Air Hitam, Selangor, Malaysia, Selasa (17/6) malam menjelang dini hari. Lima TKI ditemukan tewas dan 31 orang lainnya masih hilang.
Berdasarkan laporan yang disampaikan KBRI Kuala Lumpur, dua wanita yang sedang hamil tua dan seorang balita berusia enam tahun berhasil diselamatkan dari kapal kayu yang tenggelam. Dilaporkan, kapal yang tenggelam tersebut membawa 97 warga negara Indonesia yang berencana pulang ke Indonesia menuju Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara.
Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia Hermono menjelaskan ada lima WNI penumpang kapal kayu itu ditemukan tewas, empat laki-laki dan satu perempuan, 61 orang lainnya selamat, sedangkan sisa penumpang sebanyak 31 orang masih dalam pencarian.
“Korban selamat tersebut, sebanyak 31 orang ditolong oleh nelayan dan APMM (Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia) dan 30 orang lagi menyelamatkan diri dengan berenang,” ungkapnya.
Sampai saat ini, lanjut dia, pihak KBRI Kuala Lumpur masih terus meminta klarifikasi dari pihak otoritas Malaysia terhadap kejadian tersebut terutama mengenai penyebab kapal tenggelam, nakhoda kapal, serta pencarian korban yang masih belum ditemukan.
Dari keterangan yang diperoleh, kapal kayu tersebut berangkat dari Pulau Carey, pada Selasa (17/6) sekitar pukul 11 malam, namun setelah satu jam perjalanan kapal tersebut diinformasikan tenggelam.
Pihak KBRI Kuala Lumpur mendapatkan laporan tenggelamnya kapal tersebut pada Rabu sekitar pukul 10 pagi dari pihak kepolisian Malaysia.
Setelah mendapatkan laporan tersebut, tim satgas KBRI Kuala Lumpur langsung berangkat menuju lokasi kejadian. Bahkan Duta Besar RI untuk Malaysia, Herman Prayitno turut serta bertolak ke lokasi.
Setiba di lokasi, tim KBRI KL langsung berkoordinasi dengan pihak kepolisian sekaligus melihat kondisi para korban selamat.
Hermono menjelaskan pihak KBRI KL meminta kepada pihak Malaysia agar korban selamat bisa dipulangkan secepatnya ke Tanah Air dan korban yang kurang sehat agar segera ditangani dokter dan diobati.
Bahkan untuk sejumlah korban yang kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk ditahan, ia meminta agar dibawa ke KBRI Kuala Lumpur. Saat ini, para korban selamat tersebut masih ditempatkan di Sepang dan kantor Polisi Telok Panglima Garang, Selangor.
Sementara itu Dubes RI, Herman Prayetno menegaskan WNI yang jadi korban tenggelamnya perahu di Selangor, Malaysia, belum tentu imigran gelap. “Soal apakah mereka pendatang legal atau ilegal, sedang kami verikasi. Pak Dubes bersama tim satgas sedang di lokasi penampungan,” kata Herman.
Berdasar laporan Commander Hambali dari Malaysia Martime Enforcement Agency, disebutkan lokasi kejadian tepatnya berada di daerah muara Sungai Air Hitam, Kuala Langat, Selangor, Malaysia.
Pada saat kejadian, perahu belum memasuki laut lepas Selat Malaka. “Para penumpang adalah WNI dari Aceh, perahunya menuju ke Aceh. Mungkin mereka mau pulang kampung (mudik) untuk menyambut Ramadan,” tutur Herman. Saat ini upaya pencarian menemukan para penumpang kapal yang hilang masih berlangsung. Otoritas Malaysia telah mengerahkan satu helikopter dan lima kapal untuk mencari para korban.
Badan Maritim Malaysia melansir para penumpang ada perempuan dan anak-anak. Badan ini telah mengirimkan satu kapal penyelamat ke daerah itu untuk mencari korban.
Kepala Malaysian Maritime Enforcement Agency, Mohamad Hambali Yaakup, seperti dikutip Timeslive, Rabu (18/6) mengatakan, kapal tersebut tenggelam tidak jauh dari pantai. Hal itu memberikan harapan bahwa pada saat kejadian penumpang masih bisa menyelamatkan diri. Sebanyak 97 penumpang kapal perahu itu diperkirakan termasuk anak-anak.
Para petugas di perbatasan Malaysia meyakini para penumpang tersebut berusaha memasuki wilayah Malaysia. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan para penumpang yang selamat mereka mengatakan akan kembali ke Aceh. Mereka tidak memiliki dokumen perjalanan.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak imigran Indonesia akan meninggalkan Malaysia menjelang Ramadan,” tutup Hambali.
AIR SUNGAI SURUT, TIM SAR KESULITAN
Pencarian mengalami hambatan. Tim SAR kesulitan karena kondisi air di sungai tersebut sedang surut. Berdasarkan laporan Direktur PWNI-BHI, Tatang B Razak, tim yang menggunakan kapal KM32 dan KM15 itu sulit mencapai lokasi kecelakaan karena air sungai saat ini sedang surut. Akibatnya, tim SAR tidak dapat masuk ke alur sungai dan menjangkau kapal yang karam itu.
Pencarian bisa kembali dilakukan setelah keadaan air di Sungai Air Hitam memungkinkan bagi tim untuk menyisir wilayah tersebut. (net/bbs/deo)