26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Penerbangan Berantakan

suasana malam saat listrik padama
suasana malam saat listrik padama

MEDAN – Krisis listrik di Suut yang melumpuhkan rumah tangga dan sektor industri akhirnya merembet ke sektor penerbangan. Sistem pelayanan dan penerbangan Bandara Internasional Kualanamu berantakan menyusul byar-pet listrik hingga tiga kali dalam sehari pada Rabu (18/9). Pemadaman paling lama dan sulit teratasi pihak PT Angkasa Pura (AP) II berlangsung sejak pukul 09.39 hingga 11.45 WIB.
Insiden byar-pet di bandara termegah di Asia Tenggara ini gagal di-backup dengan genset karena alat ini didapati belum terinstalasi secara sempurna dengan sistem kelistrikan bandara.
GM AP II Said Ridwan menyebutkan, seluruh jadwal penerbangan terlambat satu sampai dua jam akibat pemadaman listrik tersebut. Sebenarnya, lanjut Ridwan, di Bandara Kualanamu tersedia genset. ‘’Hanya saja saat itu genset yang tersedia tidak masuk ke sistem. Sehingga tidak bisa mengatasi dampak pemadaman listrik,’’ katanyan
Dengan insiden byar-pet kemarin, menurut Said, pihak AP II berencana membangun gardu khusus untuk kebutuhan listrik Bandara Kualanamu. Dia mengakui erputusnya suplai listrik sudah beberapa kali terjadi di bandara itu sebelumnya. “Tapi tak separah hari ini,” ujarnya.
Dalam pantauan Sumut Pos di areal bandara, berbagai pelayanan yang dilakukan secara komputerisasi terpaksa dikerjakan secara manual, seperti check-in dan sebagainya. Akibatnya sejumlah gangguan tak terelakkan, mulai dari molornya jadwal penerbangan hingga tertinggalnya koper bawaan penumpang.
Seperti yang dialami seluruh penumpang Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-185 tujuan Jakarta. Begitu tiba di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, ratusan penumpang ini kebingungan gara-gara tak mendapatkan barang bawaan mereka dimasukkan ke bagasi.
“Jadwal keberangkatan ditunda hampir dua jam tanpa pemberitahuan. Dijadwal pukul 10.15 WIB, tapi kita dibuat harus menunggu hampir dua jam dan baru diberangkatkan pukul 12.10 WIB. Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, pukul 15.45 WIB, seluruh penumpang menyatakan komplain,’’ujar Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila (PP) Sumut, Anuar Shah, yang saat itu menumpang Garuda GA 185 tersebut.
Dikatakannya, penumpang awalnya tidak mengetahui kejadian ini sehingga ikut mengantre menunggu di ruang pengambilan barang bawaan. “Kita ikut mengantre, tapi koper kita gak juga nongol-nongol. Ya otomatis banyak yang ribut. Setelah itu barulah pihak maskapai memberitahukan bahwa barang kita masih tertinggal di Medan. Jadi, kita masih harus menunggu pesawat Garuda berikutnya,’’tambah Aweng lagi.
GM Garuda Indonesia Medan Syamsuddin yang dikonfirmasi mengatakan, kejadian ini dikarenakan adanya pemadaman listrik. Sehingga, barang yang tadinya sudah dimasukkan ke konveyer tiba-tiba terhenti begitu listrik padam.  Karenanya, sebagiann barang diangkut secara manual pakai troli. Tetapi tidak bisa terangkut semua. Sehingga banyak yang tertinggal.  Sore harinya, pihak Garuda mengirimkan barang yang tertinggal ke alamat masing- masing penumpang di Jakarta. ‘’Kita mengharapkan  pengertian penumpang. Ini bukan kesalahan Garuda tetapi kesalahan sistem yang mengandalkan listrik,’’ jelasnya.
Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) menyatakan pasokan listrik untuk Banadara Kualanamu sempat terhenti pada rabu (18/9) pagi.
“Sempat mati tiga kali, sekitar pukul 09.00 WIB,” kata Direktur Keselamatan dan Standar LPPNPI, Wisnu Darjono, saat dihubungi wartawan, kemarin.
Kendati terjadi gangguan, menurut dia, pelayanan navigasi tetap berjalan karena bandara setempat menggunakan mesin pembangkit listrik (genset) untuk mengoperasikan alat radar saat pasokan listrik terhenti. Daya yang dihasilkan genset, Wisnu melanjutkan, dimanfaatkan untuk alat UPS.
“Genset dan UPS bisa berfungsi. Pukul 10.30 WIB, listrik sudah normal kembali,” ucap Wisnu. Hingga kini LPPNPI belum menerima laporan adanya keterlambatan penerbangan akibat gangguan itu. Ia pun belum mengetahui penyebab terhentinya pasokan listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pagi tadi.
Sementara itu, pemadaman listrik yang terjadi di Bandara Kualanamu Internasional Airport (KNIA) sempat membuat berbagai pihak mengecam PT PLN (Persero) Wilayah Sumbagut. Padahal, listrik di Bandara Kualanamu bukan dipasok oleh PT PLN.
GM PT PLN  Pembangkitan Sumatera Bagian Utara (KITSBU), Bernadus Sudarmanta menyatakan, listrik untuk kebutuhan operasional bandara baru tersebut bukan dipasok dari pihaknya.
“Listrik di Bandara KNIA itu bukan dari PLN, tapi pihak PT Angkasa Pura mengoperasikan mesin pembangkit sendiri. Jadi tidak ada kaitanjnya dengan kita. Sejak dua tahun lalu kita hanya fokus melayani konsumen rumah tangga saja,” terang Bernadus.
Dalam catatan Sumut Pos, kekhawatiran terjadinya kekacauan penerbangan di Bandara Kualanamu akibat krisis energi di Sumut yang mencapai 150 Mega Watt (MW) sempat dipertanyakan Tim Komisi VII DPR saat bertemu PT Angkasa Pura (AP) II selaku pengelola Bandara Internasional Kualanamu, beberapa waktu lalu.
“Bandara Kualanamu ini kebanggaan masyarakat Sumut. Kami ragu sekali soal teknis perpindahan dari PLN ke genset bila tiba-tiba mati listrik. Kalau ada pesawat landing tiba-tiba mati listrik, lho kan sangat berbahaya,” ujar anggota Komisi VII asal PAN, Jamaluddin Jafar di sela-sela pertemuan.
Dalam kesempatan serupa, Ketua Tim yang juga Ketua Komisi VII, Sutan Bhatoegana, mengingatkan Kualanamu ini tak akan bisa berjalan sempurna tanpa manajemen listrik yang matang.
“Komisi VII tak ingin Kualanamu seperti yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Ketika listrik mati pesawat takut landing kemudian balik ke bandara asalnya,” tukas Sutan.
Sutan menjelaskan defisit listrik hingga 150 Mega Watt (MW) di Sumut menjadi pangkal kecemasan terkait operasional Kualanamu ke depan. “Kami ingin operasional Kualanamu benar-benar didukung manajemen listrik yang baik. Jangan sampai bandara paling modern di Asia Tenggara ini memalukan,” tandas Sutan.
Menjawab pertanyaan Tim Komisi VII, GM PT AP II, Tengku Said Ridwan menyatakan, Kualanamu sudah dilengkapi dengan alat Underdevelop Power Supply (UPS). ‘’Artinya ketika PLN mati otomatis Genset langsung bisa hidup dalam waktu 25 detik, termasuk juga diback-up UPS, jadi tidak ada yang putus,” jelas Ridwan kala itu.
Sebagai informasi, Bandara Kualanamu dibangun di atas area seluas 1.365 hektare. Bandara dengan dua landasan masing-masing sepanjang 60 meter itu mempunyai terminal dengan luas 224.298 meter persegi. PT Angkasa Pura II mengalokasikan dana Rp 44 miliar untuk penyambungan penambahan daya listrik 23 MVA. Biaya tersebut termasuk biaya pemakaian listrik selama Agustus-Desember tahun lalu. (mag-1/rul/sih)

suasana malam saat listrik padama
suasana malam saat listrik padama

MEDAN – Krisis listrik di Suut yang melumpuhkan rumah tangga dan sektor industri akhirnya merembet ke sektor penerbangan. Sistem pelayanan dan penerbangan Bandara Internasional Kualanamu berantakan menyusul byar-pet listrik hingga tiga kali dalam sehari pada Rabu (18/9). Pemadaman paling lama dan sulit teratasi pihak PT Angkasa Pura (AP) II berlangsung sejak pukul 09.39 hingga 11.45 WIB.
Insiden byar-pet di bandara termegah di Asia Tenggara ini gagal di-backup dengan genset karena alat ini didapati belum terinstalasi secara sempurna dengan sistem kelistrikan bandara.
GM AP II Said Ridwan menyebutkan, seluruh jadwal penerbangan terlambat satu sampai dua jam akibat pemadaman listrik tersebut. Sebenarnya, lanjut Ridwan, di Bandara Kualanamu tersedia genset. ‘’Hanya saja saat itu genset yang tersedia tidak masuk ke sistem. Sehingga tidak bisa mengatasi dampak pemadaman listrik,’’ katanyan
Dengan insiden byar-pet kemarin, menurut Said, pihak AP II berencana membangun gardu khusus untuk kebutuhan listrik Bandara Kualanamu. Dia mengakui erputusnya suplai listrik sudah beberapa kali terjadi di bandara itu sebelumnya. “Tapi tak separah hari ini,” ujarnya.
Dalam pantauan Sumut Pos di areal bandara, berbagai pelayanan yang dilakukan secara komputerisasi terpaksa dikerjakan secara manual, seperti check-in dan sebagainya. Akibatnya sejumlah gangguan tak terelakkan, mulai dari molornya jadwal penerbangan hingga tertinggalnya koper bawaan penumpang.
Seperti yang dialami seluruh penumpang Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-185 tujuan Jakarta. Begitu tiba di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, ratusan penumpang ini kebingungan gara-gara tak mendapatkan barang bawaan mereka dimasukkan ke bagasi.
“Jadwal keberangkatan ditunda hampir dua jam tanpa pemberitahuan. Dijadwal pukul 10.15 WIB, tapi kita dibuat harus menunggu hampir dua jam dan baru diberangkatkan pukul 12.10 WIB. Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, pukul 15.45 WIB, seluruh penumpang menyatakan komplain,’’ujar Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila (PP) Sumut, Anuar Shah, yang saat itu menumpang Garuda GA 185 tersebut.
Dikatakannya, penumpang awalnya tidak mengetahui kejadian ini sehingga ikut mengantre menunggu di ruang pengambilan barang bawaan. “Kita ikut mengantre, tapi koper kita gak juga nongol-nongol. Ya otomatis banyak yang ribut. Setelah itu barulah pihak maskapai memberitahukan bahwa barang kita masih tertinggal di Medan. Jadi, kita masih harus menunggu pesawat Garuda berikutnya,’’tambah Aweng lagi.
GM Garuda Indonesia Medan Syamsuddin yang dikonfirmasi mengatakan, kejadian ini dikarenakan adanya pemadaman listrik. Sehingga, barang yang tadinya sudah dimasukkan ke konveyer tiba-tiba terhenti begitu listrik padam.  Karenanya, sebagiann barang diangkut secara manual pakai troli. Tetapi tidak bisa terangkut semua. Sehingga banyak yang tertinggal.  Sore harinya, pihak Garuda mengirimkan barang yang tertinggal ke alamat masing- masing penumpang di Jakarta. ‘’Kita mengharapkan  pengertian penumpang. Ini bukan kesalahan Garuda tetapi kesalahan sistem yang mengandalkan listrik,’’ jelasnya.
Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) menyatakan pasokan listrik untuk Banadara Kualanamu sempat terhenti pada rabu (18/9) pagi.
“Sempat mati tiga kali, sekitar pukul 09.00 WIB,” kata Direktur Keselamatan dan Standar LPPNPI, Wisnu Darjono, saat dihubungi wartawan, kemarin.
Kendati terjadi gangguan, menurut dia, pelayanan navigasi tetap berjalan karena bandara setempat menggunakan mesin pembangkit listrik (genset) untuk mengoperasikan alat radar saat pasokan listrik terhenti. Daya yang dihasilkan genset, Wisnu melanjutkan, dimanfaatkan untuk alat UPS.
“Genset dan UPS bisa berfungsi. Pukul 10.30 WIB, listrik sudah normal kembali,” ucap Wisnu. Hingga kini LPPNPI belum menerima laporan adanya keterlambatan penerbangan akibat gangguan itu. Ia pun belum mengetahui penyebab terhentinya pasokan listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pagi tadi.
Sementara itu, pemadaman listrik yang terjadi di Bandara Kualanamu Internasional Airport (KNIA) sempat membuat berbagai pihak mengecam PT PLN (Persero) Wilayah Sumbagut. Padahal, listrik di Bandara Kualanamu bukan dipasok oleh PT PLN.
GM PT PLN  Pembangkitan Sumatera Bagian Utara (KITSBU), Bernadus Sudarmanta menyatakan, listrik untuk kebutuhan operasional bandara baru tersebut bukan dipasok dari pihaknya.
“Listrik di Bandara KNIA itu bukan dari PLN, tapi pihak PT Angkasa Pura mengoperasikan mesin pembangkit sendiri. Jadi tidak ada kaitanjnya dengan kita. Sejak dua tahun lalu kita hanya fokus melayani konsumen rumah tangga saja,” terang Bernadus.
Dalam catatan Sumut Pos, kekhawatiran terjadinya kekacauan penerbangan di Bandara Kualanamu akibat krisis energi di Sumut yang mencapai 150 Mega Watt (MW) sempat dipertanyakan Tim Komisi VII DPR saat bertemu PT Angkasa Pura (AP) II selaku pengelola Bandara Internasional Kualanamu, beberapa waktu lalu.
“Bandara Kualanamu ini kebanggaan masyarakat Sumut. Kami ragu sekali soal teknis perpindahan dari PLN ke genset bila tiba-tiba mati listrik. Kalau ada pesawat landing tiba-tiba mati listrik, lho kan sangat berbahaya,” ujar anggota Komisi VII asal PAN, Jamaluddin Jafar di sela-sela pertemuan.
Dalam kesempatan serupa, Ketua Tim yang juga Ketua Komisi VII, Sutan Bhatoegana, mengingatkan Kualanamu ini tak akan bisa berjalan sempurna tanpa manajemen listrik yang matang.
“Komisi VII tak ingin Kualanamu seperti yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Ketika listrik mati pesawat takut landing kemudian balik ke bandara asalnya,” tukas Sutan.
Sutan menjelaskan defisit listrik hingga 150 Mega Watt (MW) di Sumut menjadi pangkal kecemasan terkait operasional Kualanamu ke depan. “Kami ingin operasional Kualanamu benar-benar didukung manajemen listrik yang baik. Jangan sampai bandara paling modern di Asia Tenggara ini memalukan,” tandas Sutan.
Menjawab pertanyaan Tim Komisi VII, GM PT AP II, Tengku Said Ridwan menyatakan, Kualanamu sudah dilengkapi dengan alat Underdevelop Power Supply (UPS). ‘’Artinya ketika PLN mati otomatis Genset langsung bisa hidup dalam waktu 25 detik, termasuk juga diback-up UPS, jadi tidak ada yang putus,” jelas Ridwan kala itu.
Sebagai informasi, Bandara Kualanamu dibangun di atas area seluas 1.365 hektare. Bandara dengan dua landasan masing-masing sepanjang 60 meter itu mempunyai terminal dengan luas 224.298 meter persegi. PT Angkasa Pura II mengalokasikan dana Rp 44 miliar untuk penyambungan penambahan daya listrik 23 MVA. Biaya tersebut termasuk biaya pemakaian listrik selama Agustus-Desember tahun lalu. (mag-1/rul/sih)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/