27.8 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Kapasitas Gereja Bisa 100 Persen

SUMUTPOS.CO – Pemerintah juga telah memperbolehkan gereja untuk diisi 100 persen kapasitas saat perayaan Natal tahun ini. “Untuk kegiatan keagamaan tidak dibatasi jumlahnya, jadi 100 persen boleh digunakan, tidak ada pengurangan,” kata Muhadjir Effendy.

Berdasarkan catatan pemberitaan detikcom pada Hari Raya Natal 2021 lalu, kapasitas gereja yang menggelar misa Natal belum 100 persen karena adanya pandemi Covid-19. Misalnya, Gereja Katedral Jakarta menggelar misa Natal 2020 dengan kapasitas 20 persen dan menjadi 40 persen pada misa Natal 2021. Namun kini, kata Muhadjir, kurva pandemi Covid-19 sudah melandai.

“Tapi dianjurkan untuk tidak perlu menambah kapasitas, misalnya menambah tenda. Jadi diupayakan ya gedung yang ada itu digunakan semaksimal mungkin,” kata Muhadjir.

Sementara itu Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom menyampaikan sejumlah imbauan untuk umat Kristen di Indonesia. Khususnya dalam pelaksanaan peribadatan Natal 2022 nanti. “Terkait dibebaskannya umat merayakan dengan kapasitas gereja 100 persen, saya tetap mengimbau agar gereja-gereja tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat,” jelasnya, kemarin.

Gomar mengatakan, gereja harus menjadi pemulih dan penawar kehidupan. Untuk itu gereja harus tetap menaati pola hidup bersih dan sehat. Serta menjadi teladan dalam mengatasi pandemi Covid-19, yang sejatinya sampai saat ini belum hilang dari bumi pertiwi.

Pada kesempatan tersebut, Gultom mengkritik pernyataan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang melarang pendirian tenda tambahan di gereja. Dia menjelaskan, meskipun daya tampung gereja sudah boleh 100 persen, nantinya tetap menerapkan jaga jarak di bangku gereja. Sehingga tambahan tenda di luar gereja masih diperlukan untuk menampung jemaah. “Penambahan tenda tentu untuk mempu menampung umat karena belum ada keberanian memadati isi gedung gereja,” katanya.

Pelarangan mendirikan tenda tambahan, menurut dia, hanya akan memaksa umat berdesak-desakan untuk masuk dalam gereja. Kondisi yang berdesakan itu justru lebih berbahaya, di tengah pandemi yang belum hilang. Gomar lantas menyampaikan tema Natal Nasional 2022 adalah “Maka Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jakan Lain”. Gomar mengatakan, para Majus yang datang membawa persembahan kepada Kristus, mengambil jalan lain untuk kembali ke negerinya.

Mereka memilih jalan lain ketimbang ikut ambil bagian dalam rencana keji Raja Herodes. “Ini tentu butuh keberanian. Keberanian untuk menempuh jalan yang penuh resiko, dan keberanian tidak menuruti perintah penguasa,” jelasnya.

Dia mengatakan, keberanian seperti itulah yang kini dibutuhkan. Keberanian untuk menempuh jalan lain, sebagai buah dari perjumpaan dengan Kristus. Menempuh jalan lain, yang mungkin berupa jalan sunyi, penuh tantangan dan berisiko. Jalan lain yang lebih berpihak kepada yang lemah daripada kepada penguasa.

Menurut Gomar, jalan lain itu juga sebuah keberanian untuk merayakan natal sesederhana mungkin. Berbeda dengan kecendrungan selama ini yang diwarnai gemerlapnya pesta dan warna-warni kegemerlapan.

Dia menegaskan semangat natal identik dengan berbagi. Khususnya berbagi kepada mereka yang kurang beruntung dalam hidup ini. “Dengan merayakan natal kita sedang bersyukur atas prakarsa Allah berbagi hidup dengan umat manusia,” jelasnya. (bbs/jpg/adz)

SUMUTPOS.CO – Pemerintah juga telah memperbolehkan gereja untuk diisi 100 persen kapasitas saat perayaan Natal tahun ini. “Untuk kegiatan keagamaan tidak dibatasi jumlahnya, jadi 100 persen boleh digunakan, tidak ada pengurangan,” kata Muhadjir Effendy.

Berdasarkan catatan pemberitaan detikcom pada Hari Raya Natal 2021 lalu, kapasitas gereja yang menggelar misa Natal belum 100 persen karena adanya pandemi Covid-19. Misalnya, Gereja Katedral Jakarta menggelar misa Natal 2020 dengan kapasitas 20 persen dan menjadi 40 persen pada misa Natal 2021. Namun kini, kata Muhadjir, kurva pandemi Covid-19 sudah melandai.

“Tapi dianjurkan untuk tidak perlu menambah kapasitas, misalnya menambah tenda. Jadi diupayakan ya gedung yang ada itu digunakan semaksimal mungkin,” kata Muhadjir.

Sementara itu Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom menyampaikan sejumlah imbauan untuk umat Kristen di Indonesia. Khususnya dalam pelaksanaan peribadatan Natal 2022 nanti. “Terkait dibebaskannya umat merayakan dengan kapasitas gereja 100 persen, saya tetap mengimbau agar gereja-gereja tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat,” jelasnya, kemarin.

Gomar mengatakan, gereja harus menjadi pemulih dan penawar kehidupan. Untuk itu gereja harus tetap menaati pola hidup bersih dan sehat. Serta menjadi teladan dalam mengatasi pandemi Covid-19, yang sejatinya sampai saat ini belum hilang dari bumi pertiwi.

Pada kesempatan tersebut, Gultom mengkritik pernyataan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang melarang pendirian tenda tambahan di gereja. Dia menjelaskan, meskipun daya tampung gereja sudah boleh 100 persen, nantinya tetap menerapkan jaga jarak di bangku gereja. Sehingga tambahan tenda di luar gereja masih diperlukan untuk menampung jemaah. “Penambahan tenda tentu untuk mempu menampung umat karena belum ada keberanian memadati isi gedung gereja,” katanya.

Pelarangan mendirikan tenda tambahan, menurut dia, hanya akan memaksa umat berdesak-desakan untuk masuk dalam gereja. Kondisi yang berdesakan itu justru lebih berbahaya, di tengah pandemi yang belum hilang. Gomar lantas menyampaikan tema Natal Nasional 2022 adalah “Maka Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jakan Lain”. Gomar mengatakan, para Majus yang datang membawa persembahan kepada Kristus, mengambil jalan lain untuk kembali ke negerinya.

Mereka memilih jalan lain ketimbang ikut ambil bagian dalam rencana keji Raja Herodes. “Ini tentu butuh keberanian. Keberanian untuk menempuh jalan yang penuh resiko, dan keberanian tidak menuruti perintah penguasa,” jelasnya.

Dia mengatakan, keberanian seperti itulah yang kini dibutuhkan. Keberanian untuk menempuh jalan lain, sebagai buah dari perjumpaan dengan Kristus. Menempuh jalan lain, yang mungkin berupa jalan sunyi, penuh tantangan dan berisiko. Jalan lain yang lebih berpihak kepada yang lemah daripada kepada penguasa.

Menurut Gomar, jalan lain itu juga sebuah keberanian untuk merayakan natal sesederhana mungkin. Berbeda dengan kecendrungan selama ini yang diwarnai gemerlapnya pesta dan warna-warni kegemerlapan.

Dia menegaskan semangat natal identik dengan berbagi. Khususnya berbagi kepada mereka yang kurang beruntung dalam hidup ini. “Dengan merayakan natal kita sedang bersyukur atas prakarsa Allah berbagi hidup dengan umat manusia,” jelasnya. (bbs/jpg/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/