23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

PT DI Bakal Produksi Jet Tempur

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepastian dilanjutkannya proyek pengembangan jet tempur generasi 4,5 antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) membawa harapan bagi industri pertahanan nasional. Selain penambahan jumlah pesawat tempur secara signifikan, Indonesia nantinya akan mampu membuat dan mengembangkan pesawat tempur sendiri.

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengungkapkan, kontribusi Indonesia dalam hal pendanaan proyek tersebut berkisar 20 persen. “Indonesia menyiapkan USD 5 juta, sedangkan Korsel USD 20 juta,” ujar Sjafrie dalam keterangan pers.

Informasinya, setelah prototipe selesai, pesawat itu akan diproduksi sebanyak 250 unit. Indonesia akan memproduksi 50 buah, sedangkan Korsel akan membuat 200 unit. Harga yang mahal menjadi salah satu faktor mengapa Indonesia hanya membuat 50 buah. Diperkirakan, harga pesawat itu ada di kisaran USD 70-80 juta per unit.

Proyek itu nantinya akan menghasilkan pesawat yang kelasnya ada di antara F-16 Fighting Falcon milik Indonesia dan F-35 Lightning II milik AS. KFX/IFX dirancang sebagai pesawat tempur siluman yang bisa melaksanakan berbagai macam misi (multirole stealth fighter).

Rencananya, pesawat tersebut akan dilengkapi radar AESA buatan Korsel, IRST, datalink, dan memiliki kemampuan jelajah yang tinggi (supercruise). Ada dua desain pesawat sedang dianalisis, yakni KFX/IFX-101 (konvensional) dan KFX/IFX-201 (dengan canards). “Tenaga ahli kita sudah siap dikirim ke sana untuk proses alih teknologi,” lanjutnya. Diperkirakan, pesawat itu baru bisa diproduksi massal pada 2020.

Keberhasilan proyek tersebut nantinya akan berdampak besar bagi Indonesia, khususnya PT Dirgantara Indonesia (DI). Sebab, untuk kali pertama PT DI akan memproduksi jet tempur. Selama ini, PT DI memang lebih sering membuat pesawat komersial baling-baling karena lebih efisien untuk kondisi geografis Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan jika kerjasama pengembangan KFX/IFX antara Indonesia dan Korsel kembali dilanjutkan. Proyek itu sempat terhenti pada 2013 karena Korsel mengalami pergantian pemerintahan. Parlemen baru Korsel meminta waktu untuk mereview kerjasama tersebut.

Awal Januari lalu, Pemerintahan baru Korsel meneken kesepakatan kelanjutan proyek itu. “Tidak ada perubahan kerjasama, karena kita memang hanya menunggu pemerintahan baru Korea,” tambah mantan Menteri ESDM itu. Jika sukses, pesawat itu akan menjadi jet tempur tercanggih Indonesia. (byu/agm)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepastian dilanjutkannya proyek pengembangan jet tempur generasi 4,5 antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) membawa harapan bagi industri pertahanan nasional. Selain penambahan jumlah pesawat tempur secara signifikan, Indonesia nantinya akan mampu membuat dan mengembangkan pesawat tempur sendiri.

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengungkapkan, kontribusi Indonesia dalam hal pendanaan proyek tersebut berkisar 20 persen. “Indonesia menyiapkan USD 5 juta, sedangkan Korsel USD 20 juta,” ujar Sjafrie dalam keterangan pers.

Informasinya, setelah prototipe selesai, pesawat itu akan diproduksi sebanyak 250 unit. Indonesia akan memproduksi 50 buah, sedangkan Korsel akan membuat 200 unit. Harga yang mahal menjadi salah satu faktor mengapa Indonesia hanya membuat 50 buah. Diperkirakan, harga pesawat itu ada di kisaran USD 70-80 juta per unit.

Proyek itu nantinya akan menghasilkan pesawat yang kelasnya ada di antara F-16 Fighting Falcon milik Indonesia dan F-35 Lightning II milik AS. KFX/IFX dirancang sebagai pesawat tempur siluman yang bisa melaksanakan berbagai macam misi (multirole stealth fighter).

Rencananya, pesawat tersebut akan dilengkapi radar AESA buatan Korsel, IRST, datalink, dan memiliki kemampuan jelajah yang tinggi (supercruise). Ada dua desain pesawat sedang dianalisis, yakni KFX/IFX-101 (konvensional) dan KFX/IFX-201 (dengan canards). “Tenaga ahli kita sudah siap dikirim ke sana untuk proses alih teknologi,” lanjutnya. Diperkirakan, pesawat itu baru bisa diproduksi massal pada 2020.

Keberhasilan proyek tersebut nantinya akan berdampak besar bagi Indonesia, khususnya PT Dirgantara Indonesia (DI). Sebab, untuk kali pertama PT DI akan memproduksi jet tempur. Selama ini, PT DI memang lebih sering membuat pesawat komersial baling-baling karena lebih efisien untuk kondisi geografis Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan jika kerjasama pengembangan KFX/IFX antara Indonesia dan Korsel kembali dilanjutkan. Proyek itu sempat terhenti pada 2013 karena Korsel mengalami pergantian pemerintahan. Parlemen baru Korsel meminta waktu untuk mereview kerjasama tersebut.

Awal Januari lalu, Pemerintahan baru Korsel meneken kesepakatan kelanjutan proyek itu. “Tidak ada perubahan kerjasama, karena kita memang hanya menunggu pemerintahan baru Korea,” tambah mantan Menteri ESDM itu. Jika sukses, pesawat itu akan menjadi jet tempur tercanggih Indonesia. (byu/agm)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/