30 C
Medan
Monday, June 24, 2024

PDI Perjuangan Minta Menteri Perdagangan tak Paksakan Impor Beras dan Garam

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- PDI Perjuangan sangat menyesalkan sikap Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang sepertinya ngotot impor beras dan garam, serta mengabaikan koordinasi dengan jajaran kementrian terkait, termasuk para kepala daerah  yang menjadi sentra produksi pangan.

“Basis kekuatan utama Pemerintah adalah rakyat. Rakyat sebagai sumber legitimasi kekuasaan pemerintahan negara. Karena itulah menteri sebagai pembantu presiden, di dalam mengambil keputusan politik, harus senafas dengan kebijakan politik pangan presiden dan berupaya mewujudkan kedaulatan pangan nasional serta berpihak pada kepentingan petani,” kata  Hasto Kristiyanto, Sekjen DPP PDI Perjuangan dalam siaran persnya yang diterima Sumut Pos, Sabtu (20/3/2021).

Hasto pun sangat menyesalkan sikap ngotot yang ditunjukkan menteri perdagangan tersebut. “Menteri harus belajar dari kepemimpinan Presiden Jokowi yang selalu membangun dialog, menyerap aspirasi, mengemukakan data-data yang obyektif, baru mengambil keputusan. Menteri tidak hidup di menara gading sebab ia adalah pengemban tugas sebagai pembantu presiden,” ujar Hasto.

Atas dasar hal tersebut, lanjut Hasto, PDI Perjuangan meminta menteri perdagangan untuk secepatnya melakukan koordinasi dengan pihak terkait baik kementrian pertanian, Bulog, asosiasi petani, para pakar di bidang pertanian dan para kepala daerah. “Politik pangan nasional adalah politik pangan berdikari. Indonesia memiliki keanekaragaman pangan yang luar biasa. Konsolidasi peningkatan produksi pangan atas keunggulan kenaekaragaman pangan nusantara. Sebab persoalan pangan adalah persoalan mati hidupnya negeri,” ungkapnya.

Terkait pangan, lanjut Hasto, sikap PDI Perjuangan sangat jelas, jangan korbankan petani oleh kepentingan impor sesaat yang di dalamnya sarat dengan kepentingan pemburu rente. “Sejak Maret 2020 PDI Perjuangan telah memelopori gerakan menanam tanaman yang bisa dimakan. Seluruh kepala daerah dari PDI Perjuangan bergerak. Langkah ini yang seharusnya dipilih para pembantu Presiden,” pungkasnya. (adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- PDI Perjuangan sangat menyesalkan sikap Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang sepertinya ngotot impor beras dan garam, serta mengabaikan koordinasi dengan jajaran kementrian terkait, termasuk para kepala daerah  yang menjadi sentra produksi pangan.

“Basis kekuatan utama Pemerintah adalah rakyat. Rakyat sebagai sumber legitimasi kekuasaan pemerintahan negara. Karena itulah menteri sebagai pembantu presiden, di dalam mengambil keputusan politik, harus senafas dengan kebijakan politik pangan presiden dan berupaya mewujudkan kedaulatan pangan nasional serta berpihak pada kepentingan petani,” kata  Hasto Kristiyanto, Sekjen DPP PDI Perjuangan dalam siaran persnya yang diterima Sumut Pos, Sabtu (20/3/2021).

Hasto pun sangat menyesalkan sikap ngotot yang ditunjukkan menteri perdagangan tersebut. “Menteri harus belajar dari kepemimpinan Presiden Jokowi yang selalu membangun dialog, menyerap aspirasi, mengemukakan data-data yang obyektif, baru mengambil keputusan. Menteri tidak hidup di menara gading sebab ia adalah pengemban tugas sebagai pembantu presiden,” ujar Hasto.

Atas dasar hal tersebut, lanjut Hasto, PDI Perjuangan meminta menteri perdagangan untuk secepatnya melakukan koordinasi dengan pihak terkait baik kementrian pertanian, Bulog, asosiasi petani, para pakar di bidang pertanian dan para kepala daerah. “Politik pangan nasional adalah politik pangan berdikari. Indonesia memiliki keanekaragaman pangan yang luar biasa. Konsolidasi peningkatan produksi pangan atas keunggulan kenaekaragaman pangan nusantara. Sebab persoalan pangan adalah persoalan mati hidupnya negeri,” ungkapnya.

Terkait pangan, lanjut Hasto, sikap PDI Perjuangan sangat jelas, jangan korbankan petani oleh kepentingan impor sesaat yang di dalamnya sarat dengan kepentingan pemburu rente. “Sejak Maret 2020 PDI Perjuangan telah memelopori gerakan menanam tanaman yang bisa dimakan. Seluruh kepala daerah dari PDI Perjuangan bergerak. Langkah ini yang seharusnya dipilih para pembantu Presiden,” pungkasnya. (adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/