30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Anggota DPR RI Kritik Effendi

JAKARTA-Anggota DPR RI asal Sumatera Utara, Saidi Butar-Butar, tidak habis pikir dengan Effendi Simbolon yang mengkritik pemberian ulos kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN), Dahlan Iskan.

Ilustrasi Effendi Simbolon//sumutpos
Ilustrasi Effendi Simbolon//sumutpos

Kritikan tersebut menurutnya sama saja mencederai nilai kasih yang tulus di balik makna pemberian ulos Saidi mengaku ia mangulosi Dahlan medio akhir Desember 2012 lalu, benar-benar berlandaskan nilai kasih tanpa ada niatan-niatan politis. Ia menyadari hal tersebut, karena makna dibalik selembar kain tenunan khas orang Batak sarat mengandung filosofi dan kaidah-kaidah yang sangat dalam. Makanya pemberian ulos tidak mungkin dilakukan sembarangan orang dan diberikan kepada orang secara sembarangan pula. Namun harus melalui serangkaian pengkajian yang mendalam.

Dan, hal inilah yang ia lakukan sebelum acara pemberian ulos terhadap Dahlan dilakukan. Saidi terlebih dahulu bertanya terhadap sejumlah tokoh-tokoh, ketua adat serta pembina keluarga besar Butar-Butar dan Hasibuan se-Indonesia. Setelah para tokoh adat melakukan pengkajian, barulah pemberian ulos akhirnya dilakukan.

“Makanya saya heran, kenapa kita mengkritisi hal-hal yang bagus? Kenapa kita merusak nilai kasih tulus justru menjadi sindiran? Ulos itu kan simbol jalinan persaudaraan, persahabatan dan jalinan kasih yang tulus orang Batak yang terpelihara selama ratusan tahun. Ulos itu juga kan merupakan simbol keramahan. Ia juga merupakan tenunan terbaik para orangtua sejak dahulu kala, jadi di dalamnya sarat penuh doa,” ujar politisi Partai Demokrat itu kepada koran ini di Jakarta, Minggu (20/1).

Menurutnya, dalam acara adat tersebut, ulos juga tidak langsung diberikan begitu saja kepada Dahlan. Namun pihak keluarga besar juga terlebih dahulu menjelaskan makna yang tersirat di dalamnya. Sehingga dengan demikian, si penerima juga mengetahui persis, bahwa acara mengulosi (pemberian ulos dengan cara mengalungkannya,red) tidak dilakukan hanya sekedar sebagai simbol, namun murni lahir dari ikatan kekerabatan yang tulus.

“Jadi kita jelaskan terlebih dahulu maknanya. Kita beritahu bahwa pemberian tersebut merupakan keputusan Ketua Butar-Butar dan Hasibuan se-Indonesia. Dimana artinya dengan berbesar hati menerima kehadirannya. Kita terbuka dan saling memaafkan. Jadi ulos itu sekali lagi merupakan jalinan kasih, persahabatan dan persaudaraan yang tulus. Masa’ orang yang dengan berbesar hati datang ke kediaman kita, tidak kita hargai?” ujarnya.

Karena itu anggota DPR asal Tapanuli ini, menyayangkan kritikan-kritikan tajam bernada menghina yang dikemukakan Effendi Simbolon terhadap pemberian ulos oleh sejumlah elemen masyarakat Batak kepada Menneg BUMN, Dahlan Iskan.

“Harusnya kita itu positif thinking. Jangan justru mengkritisi hal-hal yang bagus,” ujarnya yang memastikan hakekat orang Batak sejatinya tulus, ramah, pemaaf, menghargai orang lain dan berbesar hati.

Sebelum Saidi, anggota DPR RI lainnya, Anton Sihombing juga sempat mempertanyakan sikap Effendi tersebut. Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar itu menilai pemberian ulos ke Dahlan sebagai sesuatu yang wajar.

Di Jakarta, beberapa tokoh asal Sumut yang lain juga berang dengan sikap Effendi. Sebagian besar di antaranya tak mau nama dan komentarnya dimuat sebagai berita. “Kacau itu Effendi Simbolon,” ujar seorang tokoh beken asal Sumut kepada koran ini di Jakarta, kemarin (20/1).

Kalimat itu langsung keluar dari mulutnya, padahal koran ini sama sekali tidak menyinggung soal kasus pernyataan pedas cagub Sumut dari PDIP itu. Deretan kalimat kecaman yang lain meluncur, namun dinyatakan sebagai off the record.

Beberapa tokoh yang lain juga memberikan komentar senada. “ Pak Dahlan harus diapresiasi. Beliau banyak melakukan terobosan untuk kemajuan bangsa ini, termasuk terobosannya mengambil alih pengelolaan Bandara Silangit, dari Kemenhub ke BUMN, dalam hal ini Angkasa Pura II,” ujar Sekretaris Jenderal Partai Damai Sejahtera (Sekjen PDS) Sahat Sinaga, kepada koran ini di Jakarta, kemarin (20/1).

Meski mengaku tak mau terbuka mengomentari statemen Effendi Simbolon, namun Sahat nyrempet-nyrempet juga mengenai sikap Effendi, anggota DPR dari PDIP itu. Dikatakan, jika para anggota DPR berdarah Batak kompak mau memperjuangkan Bandara Silangit untuk dikembangkan, maka sebenarnya tak perlu sampai Dahlan Iskan yang turun tangan.
“Nah, ketika Pak Dahlan mau memperjuangkan, kok malah dikomentari miring. Mestinya berterima kasih dong,” ujar Sahat.

Mendadak Undang Dahlan
Sementara itu, Komisi VII DPR RI mendadak undang Dahlan Iskan hari ini. Dahlan diminta menjelaskan lagi mengenai infesiensi senilai Rp37,6 triliun saat memimpin PLN.
Hal tersebut diungkapkan oleh ketua Komisi VII DPR, Sutan Bhatoegana, Sabtu lalu. “Iya, lanjut yang dulu itu, kan kelum selesai tuh,” tutur anggota DPR dari Fraksi Demokrat ini.

Sebelumnya, ketua Panja listrik komisi VII, Effendy Simbolon telah memanggil Dahlan selama beberapa kali untuk meminta penjelasan mengenai temuan infesiensi oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Namun laporan atas audit keuangan PLN, tahun 2009/2010 ini tidak ditemukan adanya unsur kerugian negara.

Pihak Kementerian BUMN membenarkan Dahlan akan dipanggil oleh Komisi 7 pukul 10.00 WIB hari ini. Namun, Dahlan kemungkinan tidak bisa hadir karena harus menghadiri acara tentang sapi yang dikelola oleh BUMN di Sidrat Sulawesi Selatan.

“Ada kerjaan dengan PT Berdikari, kalau enggak salah tentang sapi tapi surat sudah dikirimkan (surat izin ke Komisi 7),” kata sumber di Kementerian BUMN. (gir/sam)

JAKARTA-Anggota DPR RI asal Sumatera Utara, Saidi Butar-Butar, tidak habis pikir dengan Effendi Simbolon yang mengkritik pemberian ulos kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN), Dahlan Iskan.

Ilustrasi Effendi Simbolon//sumutpos
Ilustrasi Effendi Simbolon//sumutpos

Kritikan tersebut menurutnya sama saja mencederai nilai kasih yang tulus di balik makna pemberian ulos Saidi mengaku ia mangulosi Dahlan medio akhir Desember 2012 lalu, benar-benar berlandaskan nilai kasih tanpa ada niatan-niatan politis. Ia menyadari hal tersebut, karena makna dibalik selembar kain tenunan khas orang Batak sarat mengandung filosofi dan kaidah-kaidah yang sangat dalam. Makanya pemberian ulos tidak mungkin dilakukan sembarangan orang dan diberikan kepada orang secara sembarangan pula. Namun harus melalui serangkaian pengkajian yang mendalam.

Dan, hal inilah yang ia lakukan sebelum acara pemberian ulos terhadap Dahlan dilakukan. Saidi terlebih dahulu bertanya terhadap sejumlah tokoh-tokoh, ketua adat serta pembina keluarga besar Butar-Butar dan Hasibuan se-Indonesia. Setelah para tokoh adat melakukan pengkajian, barulah pemberian ulos akhirnya dilakukan.

“Makanya saya heran, kenapa kita mengkritisi hal-hal yang bagus? Kenapa kita merusak nilai kasih tulus justru menjadi sindiran? Ulos itu kan simbol jalinan persaudaraan, persahabatan dan jalinan kasih yang tulus orang Batak yang terpelihara selama ratusan tahun. Ulos itu juga kan merupakan simbol keramahan. Ia juga merupakan tenunan terbaik para orangtua sejak dahulu kala, jadi di dalamnya sarat penuh doa,” ujar politisi Partai Demokrat itu kepada koran ini di Jakarta, Minggu (20/1).

Menurutnya, dalam acara adat tersebut, ulos juga tidak langsung diberikan begitu saja kepada Dahlan. Namun pihak keluarga besar juga terlebih dahulu menjelaskan makna yang tersirat di dalamnya. Sehingga dengan demikian, si penerima juga mengetahui persis, bahwa acara mengulosi (pemberian ulos dengan cara mengalungkannya,red) tidak dilakukan hanya sekedar sebagai simbol, namun murni lahir dari ikatan kekerabatan yang tulus.

“Jadi kita jelaskan terlebih dahulu maknanya. Kita beritahu bahwa pemberian tersebut merupakan keputusan Ketua Butar-Butar dan Hasibuan se-Indonesia. Dimana artinya dengan berbesar hati menerima kehadirannya. Kita terbuka dan saling memaafkan. Jadi ulos itu sekali lagi merupakan jalinan kasih, persahabatan dan persaudaraan yang tulus. Masa’ orang yang dengan berbesar hati datang ke kediaman kita, tidak kita hargai?” ujarnya.

Karena itu anggota DPR asal Tapanuli ini, menyayangkan kritikan-kritikan tajam bernada menghina yang dikemukakan Effendi Simbolon terhadap pemberian ulos oleh sejumlah elemen masyarakat Batak kepada Menneg BUMN, Dahlan Iskan.

“Harusnya kita itu positif thinking. Jangan justru mengkritisi hal-hal yang bagus,” ujarnya yang memastikan hakekat orang Batak sejatinya tulus, ramah, pemaaf, menghargai orang lain dan berbesar hati.

Sebelum Saidi, anggota DPR RI lainnya, Anton Sihombing juga sempat mempertanyakan sikap Effendi tersebut. Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar itu menilai pemberian ulos ke Dahlan sebagai sesuatu yang wajar.

Di Jakarta, beberapa tokoh asal Sumut yang lain juga berang dengan sikap Effendi. Sebagian besar di antaranya tak mau nama dan komentarnya dimuat sebagai berita. “Kacau itu Effendi Simbolon,” ujar seorang tokoh beken asal Sumut kepada koran ini di Jakarta, kemarin (20/1).

Kalimat itu langsung keluar dari mulutnya, padahal koran ini sama sekali tidak menyinggung soal kasus pernyataan pedas cagub Sumut dari PDIP itu. Deretan kalimat kecaman yang lain meluncur, namun dinyatakan sebagai off the record.

Beberapa tokoh yang lain juga memberikan komentar senada. “ Pak Dahlan harus diapresiasi. Beliau banyak melakukan terobosan untuk kemajuan bangsa ini, termasuk terobosannya mengambil alih pengelolaan Bandara Silangit, dari Kemenhub ke BUMN, dalam hal ini Angkasa Pura II,” ujar Sekretaris Jenderal Partai Damai Sejahtera (Sekjen PDS) Sahat Sinaga, kepada koran ini di Jakarta, kemarin (20/1).

Meski mengaku tak mau terbuka mengomentari statemen Effendi Simbolon, namun Sahat nyrempet-nyrempet juga mengenai sikap Effendi, anggota DPR dari PDIP itu. Dikatakan, jika para anggota DPR berdarah Batak kompak mau memperjuangkan Bandara Silangit untuk dikembangkan, maka sebenarnya tak perlu sampai Dahlan Iskan yang turun tangan.
“Nah, ketika Pak Dahlan mau memperjuangkan, kok malah dikomentari miring. Mestinya berterima kasih dong,” ujar Sahat.

Mendadak Undang Dahlan
Sementara itu, Komisi VII DPR RI mendadak undang Dahlan Iskan hari ini. Dahlan diminta menjelaskan lagi mengenai infesiensi senilai Rp37,6 triliun saat memimpin PLN.
Hal tersebut diungkapkan oleh ketua Komisi VII DPR, Sutan Bhatoegana, Sabtu lalu. “Iya, lanjut yang dulu itu, kan kelum selesai tuh,” tutur anggota DPR dari Fraksi Demokrat ini.

Sebelumnya, ketua Panja listrik komisi VII, Effendy Simbolon telah memanggil Dahlan selama beberapa kali untuk meminta penjelasan mengenai temuan infesiensi oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Namun laporan atas audit keuangan PLN, tahun 2009/2010 ini tidak ditemukan adanya unsur kerugian negara.

Pihak Kementerian BUMN membenarkan Dahlan akan dipanggil oleh Komisi 7 pukul 10.00 WIB hari ini. Namun, Dahlan kemungkinan tidak bisa hadir karena harus menghadiri acara tentang sapi yang dikelola oleh BUMN di Sidrat Sulawesi Selatan.

“Ada kerjaan dengan PT Berdikari, kalau enggak salah tentang sapi tapi surat sudah dikirimkan (surat izin ke Komisi 7),” kata sumber di Kementerian BUMN. (gir/sam)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/