27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Ada Ruang Meditasi dan Tempat Rapat Wong Samar

Made Sudana, Politikus Nyentrik yang Membangun Gua untuk Rumah

Yang dilakukan Made Sudana ini termasuk langka. Dia membangun gua untuk rumah dan vila di lahan miliknya seluas 3,5 hektare. Mengapa dia begitu terobsesi dengan gua?

I KETUT ARI TEJA, Tabanan

Sehari-harinya Made Sudana dikenal sebagai politikus dari PDIP. Hingga kini, pria 53 tahun itu tercatat sebagai anggota DPRD Bali. Di kalangan wartawan yang meliput di gedung dewan itu, sosok Sudana kerap dinilai berpenampilan nyentrik. Meski di dalam gedung, dia sering mengenakan topi koboi.

Ketika bersidang dan saat berbicara, suaranya lantang dan meledak-ledak. Kenyentrikan Sudana ternyata tidak hanya dari sisi penampilan. Santer disebut-sebut oleh teman-temannya, dia saat ini sedang membangun gua untuk dijadikan rumah. Karena penasaran, Kamis pekan lalu (14/7) Radar Bali (grup Sumut Pos) mendatangi rumahnya di Banjar Langlang Linggah, Desa Pakraman Langlang Linggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan.

“Cang di goa ne (Saya ada di gua),” kata Sudana ketika dikontak Radar Bali melalui ponselnya. Saat itu pula Radar Bali diminta Sudana menyusul ke gua.

Dari rumah Sudana, gua yang dibangun itu berada sekitar satu kilometer ke barat. Hanya sekali bertanya kepada warga, gua itu berhasil ditemukan.

Gua tersebut berada di lahan 3,5 hektare milik Sudana. Di lahan itu ada beberapa pohon mangga yang mulai berbuah. Ada juga pohon kelapa dan pohon durian. Lokasi gua melewati Pura Dhang Kahyangan Gading Wani, Langlang Linggah. Ada jalan menurun cukup curam yang sudah dibeton sehingga bisa dilewati kendaraan.

Terlihat dari kejauhan Sudana dengan beberapa temannya sedang duduk di pinggir sungai. Gua itu memang bersisian dengan sungai. “Ini namanya (sungai) Tukad Balian,” ujar Sudana yang hari itu tampak santai dengan mengenakan kaus hitam dan sarung.

Sudana lantas mengajak Radar Bali berjalan ke selatan yang merupakan bagian paling tinggi dari bangunan gua itu. Di sana ada satu lubang gua. “Saat ini sedang digarap. Kedalamannya baru sekitar 10 meter. Saat ini masih ada orang bekerja,” kata bapak tiga anak itu.

Sudana menerangkan, gua tersebut akan dibuat secara melingkar. Mulai sisi depan hingga sisi belakang gua akan dibuat jalan seperti terowongan yang panjangnya sekitar 75 meter. “Lumayan panjang nanti. Tapi, dikerjakan pelan-pelan, tidak harus cepat,” ujar pria bertato api di jidatnya itu.

Di antara beberapa bagian gua yang sedang digarap itu, ada satu ruangan berukuran sekitar 4 x 6 meter persegi yang sudah jadi. Di sana ada tempat tidur dan foto Bung Karno. “Ini adalah idola dan tokoh panutan saya,” katanya bangga.
Ada juga ruangan yang didesan seperti tempat rapat. Bahkan, di dalam gua itu terdapat kolam. “Kolam ini tidak sengaja dibikin. Waktu digali, ternyata ada mata airnya. Karena itu, langsung saya bikin kolam,” tuturnya.

Bagaimana ceritanya hingga Sudana berniat membangun gua? Sudana menuturkan, ide membuat gua itu muncul begitu saja dalam benaknya. “Saya ingin dekat dengan alam. Kebetulan, saya punya lahan,” ungkapnya.

Karena ide itu muncul begitu saja, dia tak punya desain yang pasti dalam membangun gua tersebut. “Yang jelas, desainnya bisa berubah setiap saat,” tutur lulusan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali, itu lantas tertawa lepas.
Untuk membangun gua tersebut, Sudana menggunakan peralatan secara manual. Di antaranya, linggis dan patuk (sejenis pancal untuk batu padas). Sehari-harinya, pengerjaan gua tersebut diawasi sendiri oleh Sudana.
“Alat memang semua manual. Sempat ada mesin untuk memotong cadas, ternyata tidak cocok,” kata pria yang mendesain sendiri guanya itu.

Berapa pekerja yang dilibatkan” Politikus yang sempat menjabat ketua DPC PDIP Tabanan itu mengatakan, dirinya mempekerjakan sepuluh orang dalam pembuatan gua tersebut. “Enam orang dari Jawa dan empat orang lokal,” imbuhnya.

Urusan desain murni arahan Sudana. Bahkan, ketika muncul ide desain, dia langsung menggambar di kardus air mineral. Kemudian, desain itu ditempel di tebing yang akan dibuat gua untuk direalisasikan para pekerjanya.
Sudana berencana, selain membangun gua, membangun vila pribadi yang bangunannya murni alami. Rencananya, dibangun dua unit vila di atas puncak tanah yang mirip bukit itu. “Saya ingin polanya seperti Istana Tampak Siring Bung Karno melihat ke Tirta Empul. Kalau di sini, dari bukit bisa melihat Tukad Balian dan laut,” tuturnya.

Cita-cita lain Sudana ialah membuat taman anggrek. Bahkan, dia ingin mengumpulkan segala jenis anggrek. Dalam catatannya, anggrek yang akan dikumpulkan sudah ada sekitar 800 jenis. Tak hanya itu. Saat ini dia sedang membangun gubuk-gubuk sederhana. Jarak antara satu gubuk dan gubuk yang lain akan dibuat berjauhan. Gubuk itu bisa digunakan untuk tempat ngopi. Konsep tersebut dia lihat di Vietnam.

Ketika ditanya uang yang telah dihabiskan untuk membangun gua tersebut, Sudana menolak menjawab.
Kapan target selesai? “Saya tidak mematok waktu. Mengalir saja seperti Tukad Balian ini. Pepatah mengatakan, tidak cukup satu hari untuk menyelesaikan Kota Roma. Artinya, karya besar tidak boleh grusa-grusu,” jawabnya, lantas tersenyum.

Jika kelak sudah jadi, kawasan gua milik Sudana itu akan diberi nama Vila Gua. Ini bisa berarti vila dengan konsep gua. Bisa juga diartikan vila punyaku. “Vila gua sama juga artinya dengan Vila Gue (vila saya),” katanya, kemudian terkekeh.
Sudana mengatakan, apa yang dibangun itu tujuannya ingin meninggalkan jejak sejarah yang baik. “Ketika saya sudah tiada kelak, paling tidak untuk cucu atau penerus saya. “Bin pindan cucun cange pang inget (Suatu saat nanti biar cucu selalu ingat),” kata politikus berpengaruh di PDIP itu.

Sudana juga punya tujuan lain dengan guanya itu. Di salah satu bangunan gua miliknya, ada ruangan khusus untuk meditasi. Yang menarik, di salah satu ruangan dalam gua yang dipergunakan untuk rapat tadi tidak hanya untuk manusia. “Tempat rapat itu juga saya siapkan untuk wong samar (makhluk halus),” ujar Sudana.
Dia yakin, kawasan tersebut memiliki kekuatan lain. Setiap kali membangun bagian demi bagian dalam gua itu dia memulai dengan ritual-ritual ala Bali untuk memohon izin. “Misalnya, untuk vila. Saya pasang dulu kayu-kayu mirip bangunan dan ada ritualnya. Jika tidak, pasti akan rusak atau bakal terjadi hal-hal aneh,” jelasnya.(jpnn)

Made Sudana, Politikus Nyentrik yang Membangun Gua untuk Rumah

Yang dilakukan Made Sudana ini termasuk langka. Dia membangun gua untuk rumah dan vila di lahan miliknya seluas 3,5 hektare. Mengapa dia begitu terobsesi dengan gua?

I KETUT ARI TEJA, Tabanan

Sehari-harinya Made Sudana dikenal sebagai politikus dari PDIP. Hingga kini, pria 53 tahun itu tercatat sebagai anggota DPRD Bali. Di kalangan wartawan yang meliput di gedung dewan itu, sosok Sudana kerap dinilai berpenampilan nyentrik. Meski di dalam gedung, dia sering mengenakan topi koboi.

Ketika bersidang dan saat berbicara, suaranya lantang dan meledak-ledak. Kenyentrikan Sudana ternyata tidak hanya dari sisi penampilan. Santer disebut-sebut oleh teman-temannya, dia saat ini sedang membangun gua untuk dijadikan rumah. Karena penasaran, Kamis pekan lalu (14/7) Radar Bali (grup Sumut Pos) mendatangi rumahnya di Banjar Langlang Linggah, Desa Pakraman Langlang Linggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan.

“Cang di goa ne (Saya ada di gua),” kata Sudana ketika dikontak Radar Bali melalui ponselnya. Saat itu pula Radar Bali diminta Sudana menyusul ke gua.

Dari rumah Sudana, gua yang dibangun itu berada sekitar satu kilometer ke barat. Hanya sekali bertanya kepada warga, gua itu berhasil ditemukan.

Gua tersebut berada di lahan 3,5 hektare milik Sudana. Di lahan itu ada beberapa pohon mangga yang mulai berbuah. Ada juga pohon kelapa dan pohon durian. Lokasi gua melewati Pura Dhang Kahyangan Gading Wani, Langlang Linggah. Ada jalan menurun cukup curam yang sudah dibeton sehingga bisa dilewati kendaraan.

Terlihat dari kejauhan Sudana dengan beberapa temannya sedang duduk di pinggir sungai. Gua itu memang bersisian dengan sungai. “Ini namanya (sungai) Tukad Balian,” ujar Sudana yang hari itu tampak santai dengan mengenakan kaus hitam dan sarung.

Sudana lantas mengajak Radar Bali berjalan ke selatan yang merupakan bagian paling tinggi dari bangunan gua itu. Di sana ada satu lubang gua. “Saat ini sedang digarap. Kedalamannya baru sekitar 10 meter. Saat ini masih ada orang bekerja,” kata bapak tiga anak itu.

Sudana menerangkan, gua tersebut akan dibuat secara melingkar. Mulai sisi depan hingga sisi belakang gua akan dibuat jalan seperti terowongan yang panjangnya sekitar 75 meter. “Lumayan panjang nanti. Tapi, dikerjakan pelan-pelan, tidak harus cepat,” ujar pria bertato api di jidatnya itu.

Di antara beberapa bagian gua yang sedang digarap itu, ada satu ruangan berukuran sekitar 4 x 6 meter persegi yang sudah jadi. Di sana ada tempat tidur dan foto Bung Karno. “Ini adalah idola dan tokoh panutan saya,” katanya bangga.
Ada juga ruangan yang didesan seperti tempat rapat. Bahkan, di dalam gua itu terdapat kolam. “Kolam ini tidak sengaja dibikin. Waktu digali, ternyata ada mata airnya. Karena itu, langsung saya bikin kolam,” tuturnya.

Bagaimana ceritanya hingga Sudana berniat membangun gua? Sudana menuturkan, ide membuat gua itu muncul begitu saja dalam benaknya. “Saya ingin dekat dengan alam. Kebetulan, saya punya lahan,” ungkapnya.

Karena ide itu muncul begitu saja, dia tak punya desain yang pasti dalam membangun gua tersebut. “Yang jelas, desainnya bisa berubah setiap saat,” tutur lulusan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali, itu lantas tertawa lepas.
Untuk membangun gua tersebut, Sudana menggunakan peralatan secara manual. Di antaranya, linggis dan patuk (sejenis pancal untuk batu padas). Sehari-harinya, pengerjaan gua tersebut diawasi sendiri oleh Sudana.
“Alat memang semua manual. Sempat ada mesin untuk memotong cadas, ternyata tidak cocok,” kata pria yang mendesain sendiri guanya itu.

Berapa pekerja yang dilibatkan” Politikus yang sempat menjabat ketua DPC PDIP Tabanan itu mengatakan, dirinya mempekerjakan sepuluh orang dalam pembuatan gua tersebut. “Enam orang dari Jawa dan empat orang lokal,” imbuhnya.

Urusan desain murni arahan Sudana. Bahkan, ketika muncul ide desain, dia langsung menggambar di kardus air mineral. Kemudian, desain itu ditempel di tebing yang akan dibuat gua untuk direalisasikan para pekerjanya.
Sudana berencana, selain membangun gua, membangun vila pribadi yang bangunannya murni alami. Rencananya, dibangun dua unit vila di atas puncak tanah yang mirip bukit itu. “Saya ingin polanya seperti Istana Tampak Siring Bung Karno melihat ke Tirta Empul. Kalau di sini, dari bukit bisa melihat Tukad Balian dan laut,” tuturnya.

Cita-cita lain Sudana ialah membuat taman anggrek. Bahkan, dia ingin mengumpulkan segala jenis anggrek. Dalam catatannya, anggrek yang akan dikumpulkan sudah ada sekitar 800 jenis. Tak hanya itu. Saat ini dia sedang membangun gubuk-gubuk sederhana. Jarak antara satu gubuk dan gubuk yang lain akan dibuat berjauhan. Gubuk itu bisa digunakan untuk tempat ngopi. Konsep tersebut dia lihat di Vietnam.

Ketika ditanya uang yang telah dihabiskan untuk membangun gua tersebut, Sudana menolak menjawab.
Kapan target selesai? “Saya tidak mematok waktu. Mengalir saja seperti Tukad Balian ini. Pepatah mengatakan, tidak cukup satu hari untuk menyelesaikan Kota Roma. Artinya, karya besar tidak boleh grusa-grusu,” jawabnya, lantas tersenyum.

Jika kelak sudah jadi, kawasan gua milik Sudana itu akan diberi nama Vila Gua. Ini bisa berarti vila dengan konsep gua. Bisa juga diartikan vila punyaku. “Vila gua sama juga artinya dengan Vila Gue (vila saya),” katanya, kemudian terkekeh.
Sudana mengatakan, apa yang dibangun itu tujuannya ingin meninggalkan jejak sejarah yang baik. “Ketika saya sudah tiada kelak, paling tidak untuk cucu atau penerus saya. “Bin pindan cucun cange pang inget (Suatu saat nanti biar cucu selalu ingat),” kata politikus berpengaruh di PDIP itu.

Sudana juga punya tujuan lain dengan guanya itu. Di salah satu bangunan gua miliknya, ada ruangan khusus untuk meditasi. Yang menarik, di salah satu ruangan dalam gua yang dipergunakan untuk rapat tadi tidak hanya untuk manusia. “Tempat rapat itu juga saya siapkan untuk wong samar (makhluk halus),” ujar Sudana.
Dia yakin, kawasan tersebut memiliki kekuatan lain. Setiap kali membangun bagian demi bagian dalam gua itu dia memulai dengan ritual-ritual ala Bali untuk memohon izin. “Misalnya, untuk vila. Saya pasang dulu kayu-kayu mirip bangunan dan ada ritualnya. Jika tidak, pasti akan rusak atau bakal terjadi hal-hal aneh,” jelasnya.(jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/