30 C
Medan
Monday, September 23, 2024

Cegah Karhutla, Dishut Sumut Bentuk Masyarakat Peduli Api

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali di perbukitan kawasan Danau Toba, Dinas Kehutanan (Dishut) Sumut membentuk masyarakat peduli api. Hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya menyalakan api saat berada di dalam kawasan hutan.

Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Sumatera Utara, Herianto mengatakan, pembentukan masyarakat peduli api ini dilakukan di masing-masing Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Dia berharap, masyarakat peduli api ini dapat melakukan pemadaman api sejak dini sehingga tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan secara luas.

“Bukan cuma imbauan saja, sekarang kita melibatkan masyarakat kelompok tani itu sendiri. Kemudian, ada juga namanya masyarakat peduli api itu yang kita galakan. Itu kita bentuk setiap unit KPH setiap Kabupaten untuk mendapatkan mengendalikan api,” kata Herianto kepada Sumut Pos, Rabu (20/7).

Herianto mengakui, Dishut Sumut hanya memiliki peralatan pemadaman Karhutla seadaanya. Sehingga, jika terjadi kebakaran akan mengalami kesulitan menjinakkan api dan berdampak lahan terbakar menjadi luas. Seperti kebakaran di pinggiran Danau Toba yang terjadi pada Sabtu (16/7) siang, sekitar pukul 14.00 WIB. Kebakaran itu bahkan menewaskan seorang warga sekitar bernama Natal Simaremare alias Ama Lasker (50).

Luas hutan dan lahan yang terbakar mencapai 50 hektare, dan api baru berhasil dipadamkan tim gabungan dari Dishut Sumut dan TNI/Polri pada Senin (18/7) malam, sekitar pukul 19.30 WIB. “Sekarang ini, rawan dengan kondisi angin kencang dan cuaca panas. Satu lagi, peralatan kita kurang. Kalau kita punya alat canggih itu, tidak sebesar dan seluas gitu yang terbakar,” ucap Herianto.

Selain itu, Herianto mengungkapkan, perlu juga dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terhadap pencegahan dan antipasi Karhutla tersebut. Hal ini, ia mengatakan harus ada kesadaran masyarakat untuk mencegah kebakaran tersebut.

“Kita harapkan dapat mencegah atau memadamkan api secara dini. Kita harus ada sosialisasi dan edukasi. Karena, tetap saja, cemana kita bilang masyarakat ini. Ada juga yang bandel. Dia merasa tidak masalah buat api kecil, sekecil apa pun api kalau berada di dalam hutan resikonya sangat besar. Apa lagi, kita manusia sering lupa. Kalau sengaja dibakar, saya yakin tidak lah,” tandasnya.(gus)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali di perbukitan kawasan Danau Toba, Dinas Kehutanan (Dishut) Sumut membentuk masyarakat peduli api. Hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya menyalakan api saat berada di dalam kawasan hutan.

Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Sumatera Utara, Herianto mengatakan, pembentukan masyarakat peduli api ini dilakukan di masing-masing Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Dia berharap, masyarakat peduli api ini dapat melakukan pemadaman api sejak dini sehingga tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan secara luas.

“Bukan cuma imbauan saja, sekarang kita melibatkan masyarakat kelompok tani itu sendiri. Kemudian, ada juga namanya masyarakat peduli api itu yang kita galakan. Itu kita bentuk setiap unit KPH setiap Kabupaten untuk mendapatkan mengendalikan api,” kata Herianto kepada Sumut Pos, Rabu (20/7).

Herianto mengakui, Dishut Sumut hanya memiliki peralatan pemadaman Karhutla seadaanya. Sehingga, jika terjadi kebakaran akan mengalami kesulitan menjinakkan api dan berdampak lahan terbakar menjadi luas. Seperti kebakaran di pinggiran Danau Toba yang terjadi pada Sabtu (16/7) siang, sekitar pukul 14.00 WIB. Kebakaran itu bahkan menewaskan seorang warga sekitar bernama Natal Simaremare alias Ama Lasker (50).

Luas hutan dan lahan yang terbakar mencapai 50 hektare, dan api baru berhasil dipadamkan tim gabungan dari Dishut Sumut dan TNI/Polri pada Senin (18/7) malam, sekitar pukul 19.30 WIB. “Sekarang ini, rawan dengan kondisi angin kencang dan cuaca panas. Satu lagi, peralatan kita kurang. Kalau kita punya alat canggih itu, tidak sebesar dan seluas gitu yang terbakar,” ucap Herianto.

Selain itu, Herianto mengungkapkan, perlu juga dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terhadap pencegahan dan antipasi Karhutla tersebut. Hal ini, ia mengatakan harus ada kesadaran masyarakat untuk mencegah kebakaran tersebut.

“Kita harapkan dapat mencegah atau memadamkan api secara dini. Kita harus ada sosialisasi dan edukasi. Karena, tetap saja, cemana kita bilang masyarakat ini. Ada juga yang bandel. Dia merasa tidak masalah buat api kecil, sekecil apa pun api kalau berada di dalam hutan resikonya sangat besar. Apa lagi, kita manusia sering lupa. Kalau sengaja dibakar, saya yakin tidak lah,” tandasnya.(gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/