MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kabar duka cita kembali datang dari Tanah Suci, Makkah. Seorang jamaah haji asal Kabupaten Labuhanbatu Selatan bernama H Suparto bin Kariono (68), warga Dusun Kampung Banten, Desa Pangarungan, Kecamatan Torgamba, meninggal dunia, Selasa (20/8) sekira pukul 01.30 waktu Arab Saudi. Almarhum meninggal dunia ketika sedang dirawat di Rumah Sakit King Faisal, Kota Mekkah.
Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD) Labusel, Najarul Efendi Siregar yang dikonfirmasi melalui ponselnya mengatakan, almarhum menderita sakit sejak beberapa hari terakhir. Atas keluhan itu, almarhum menjalani operasi di rumah sakit sejak tiga hari lalu.
Diketahui, almarhum merupakan jamaah haji Kloter 15 Embarkasi Medan dengan Nomor Paspor: C 2889362, No.Porsi: 0200122595, Nomor Manifest 251. Almarhum rencananya akan dishalatkan di Masjidil Haram dan akan dikebumikan di Pemakaman Sorraya Makkah.
Dengan wafatnya Suparto bin Kariono, jumlah jamaah haji asal Sumut yang wafat di Tanah Suci menjadi 10 orang. Sebelumnya, Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Medan, Abdul Azhim dalam pesan siaran pers yang diterima Sumut Pos, Selasa (20/8), menyebutkan, tercatat sebanyak 9 jamaah wafat di Tanah Suci. Kesembilan jamaah yang wafat tersebut didiagnosa dengan berbagai penyakit. “Iya benar. Jamaah Embarkasi Medan yang wafat di Tanah Suci berjumlah 9 orang,” ujarnya.
Sesuai data PPIH Kemenag Sumut, nama-nama jamaah yang wafat tersebut yakni Muhammad Rum Batubara (65) asal Mandailing Natal yang didiagnosa circulatory diseases wafat pada 22 Juli 2019; Rahmat Novan Nasution (65), asal Padanglawas yang didiagnosa circulatort diseases pada 24 Juli 2019; Jamaluddin Bandarik Abdullah (72) jamaah asal Langkat yang didiagnosa invection and parasitic diseases pada 26 Juli 2019; Leli Ningsih Abdullah (78), jamaah asal Medan yang didiagnosa cardiovascular disseas wafat pada 7 Agustus 2019.
Kemudian Tiayuna Sutan Bangun (69), jamaah asal Padanglawas yang didiagnosa circulatort diseases, wafat pada 10 Agustus 2019; Agus Susanto Achmad (56) jamaah asal Medan yang didiagnosa circulatory diseases, wafat pada 12 Agustus 2019; Suwanto Sukirman Abdullah (60), jamaah asal Medan yang didiagnosa cardiovascular diseases, pada 14 Agustus 2019; Abdul Karim Asmawi (80), jamaah asal Medan yang didiagnosa circulatort diseases, wafat pada 15 Agustus 2019; dan Yusman Ben Basir (64) jamaah asal Deliserdang yang didiagnosa respiratory diseases, wafat pada 16 Agustus 2019.
Para jamaah yang wafat di Tanah Suci tersebut, pemerintah berencana menabalkan hajinya dan memberikan santunan asuransi kepada ahli waris. Sedangkan jamaah Embarkasi Medan akan kembali ke Tanah Air pada Jumat (23/8) mendatang.
Ketiga Tertinggi dalam 5 Tahun Terakhir
Sementara untuk nasional, jumlah jamaah haji yang wafat tahun ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Di mana hingga Selasa (20/8) sore pukul 15.30 waktu Arab Saudi, jumlah jamaah haji yang meninggal mencapai 273 jamaah. Hal ini pun menjadi perhatian panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) 2019.
“Kalau kita lihat grafik tingkat kematian, trennya naik dibanding tahun sebelumnya, oleh karenanya ini menjadi perhatian kita,” kata Kepala PPIH Daerah Kerja Madinah, Akhmad Jauhari di Madinah, Selasa (20/8).
“Kita punya data 5 tahun ke belakang, pada hari ini mulai 2014-2019. Tahun ini urutannya ketiga terbanyak (secara angka, Red),” kata dia.
Jauhari menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya jumlah jamaah haji yang wafat. Salah satunya adalah jumlah jamaah risiko tinggi yang mencapai 68 persen dari total jamaah. “Faktor cuaca juga mempengaruhi. Bagaimanapun ketika jamaah melaksanakan aktivitas di luar dengan kondisi cuaca yang cukup panas, sangat berdampak pada kondisi jamaah,” katanya.
Terlebih, usai melaksanakan puncak ibadah haji dalam fase Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), kondisi jamaah haji tentu masih dalam kelelahan. “Tentu setelah jamaah melaksanakan Armuzna yang cukup menyita energi. Diharapkan selama di Madinah jamaah tidak banyak melakukan aktivitas,” ucapnya.
Dia meminta jamaah untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. Jamaah, menurut dia, harus memprioritaskan kegiatan yang akan dilakukan di luar. “Kalau ingin melakukan aktivitas, hanya sifatnya yang penting saja, seperti arbain, kemudian ziarah di sekitar Kota Madinah. Setelah itu diharapkan jamaah lebih banyak beristirahat di hotel sehingga tidak banyak menguras tenaga,” tuturnya. (man/bbs)