30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

BRIN Luncurkan Indonesian Research and Innovation Fund

Integrasikan Dana Hibah, Peneliti, dan Infrastruktur Riset

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meluncurkan badan baru bernama Indonesian Research and Innovation Fund (IRIF). Tujuannya mengintegrasikan tiga komponen ekosistem penelitian dan inovasi. Mulai dari hibah pendanaan, mobilisasi peneliti, dan penggunaan infrastruktur riset.

Peluncuran IRIF tersebut disampaikan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko usai pembukaan Indonesia Reseach and Innovation Expo (Inari Expo) 2023 di Cibinong, Kab. Bogor kemarin (20/9). Dia menjelaskan IRIF dibentuk untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BRIN sebagai lembaga pendanaan di bidang riset dan inovasi di Indonesia. Sekaligus meningkatkan nilai tawar BRIN di bidang riset dan inovati di tingkat global.

Dia menjelaskan IRIF tidak secara langsung menyediakan dana hibah untuk riset dan inovasi. Lebih dari itu, IRIF mengumpulkan sejumlah skema pendanaan riset yang bersumber dari APBN maupun dana abadi di Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Handoko mencontohkan salah satu skema pendanaan riset adalah Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM).

Kemudian untuk dana abadi penelitian yang ada di LPDP saat ini sekitar Rp 13 triliun. Dari dana pokok tersebut, setiap tahun menghasilkan nilai manfaat Rp 400 miliar sampai Rp 500 miliar. Dana tersebut kemudian dikelola bersama BRIN untuk hibah riset dan inovasi.

“Nah IRIF itu kumpulan dari skema fungsi kita sebagai funding agency. Jadi tidak hanya hibah riset dalam bentuk uang, tetapi juga infrastruktur kemudian juga mobilitas periset,” tuturnya. Handoko menuturkan kegiatan riset dan inovasi tidak sebatas soal pendanaan saja. Tetapi juga terkait dengan infrastruktur atau peralatan penelitian. Kemudian juga SDM penelitinya.

Menurut Handoko, infrastruktur riset itu justru yang memakan biaya cukup besar. “Kami open infrastruktur riset,” jelas mantan Kepala LIPI itu. Banyak perusahaan tidak menjalankan riset, karena terkendala peralatan yang mahal. Mereka lebih memilih inovasi yang sudah jadi. Dengan adanya infrastruktur riset yang bebas digunakan dan ketersediaan peneliti diharapkan bisa menumbuhkan budaya riset dan inovasi di Indonesia.

Sementara itu Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono mengatakan BRIN membentuk IRIF untuk mengoptimalkan sumber daya manusia, anggaran, dan infrastruktur riset dan inovasi sebagai sumber pendanaan yang terintegrasi. IRIF akan memperkuat peran BRIN dalam melaksanakan tugas dan fungsi pendanaan terintegrasi di bidang riset dan inovasi.

Menurut Agus berbagai skema fasilitasi riset telah dimanfaatkan oleh periset dari berbagai kalangan di dalam negeri. Baik dari BRIN, perguruan tinggi, swasta, industri, maupun masyarakat umum. Namun untuk skala internasional, IRIF inilah yang berfungsi sebagai jembatan antara periset luar negeri dengan dalam negeri.

“Jadi IRIF ini seperti jembatan atau hub yang menghubungkan para periset dalam negeri dengan periset dari berbagai lembaga riset di luar negeri,” katanya. IRIF bakal menjadi satu-satunya lembaga pendanaan terintegrasi di dalam BRIN di bidang riset dan inovasi di Indonesia.

Mekanisme pemanfaatan IRIF kata Agus, menggunakan pola kerja sama internasional di bidang riset dan inovasi. Artinya pihak luar negeri dapat melakukan riset di Indonesia atau sebaliknya melalui skema kerja sama kedua belah pihak. Riset tersebut nantinya akan didanai oleh kedua belah pihak dan skema ini biasa terjadi dengan mekanisme joint fund.

“IRIF nanti bisa dimanfaatkan oleh para periset kita atau periset luar negeri yang ingin melakukan riset yang berkolaborasi dengan periset luar negeri,” jelasnya. Misalkan periset Jepang ingin melakukan kolaborasi riset dengan Indonesia di bidang pangan. Maka melalui kerjasama bilateral IRIF dengan funding agency Jepang, IRIF akan membiayai periset Indonesia. Sedangkan periset Jepang akan dibiayai oleh funding agency Jepang, melalui mekanisme joint fund. (wan/jpg/ila)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meluncurkan badan baru bernama Indonesian Research and Innovation Fund (IRIF). Tujuannya mengintegrasikan tiga komponen ekosistem penelitian dan inovasi. Mulai dari hibah pendanaan, mobilisasi peneliti, dan penggunaan infrastruktur riset.

Peluncuran IRIF tersebut disampaikan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko usai pembukaan Indonesia Reseach and Innovation Expo (Inari Expo) 2023 di Cibinong, Kab. Bogor kemarin (20/9). Dia menjelaskan IRIF dibentuk untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BRIN sebagai lembaga pendanaan di bidang riset dan inovasi di Indonesia. Sekaligus meningkatkan nilai tawar BRIN di bidang riset dan inovati di tingkat global.

Dia menjelaskan IRIF tidak secara langsung menyediakan dana hibah untuk riset dan inovasi. Lebih dari itu, IRIF mengumpulkan sejumlah skema pendanaan riset yang bersumber dari APBN maupun dana abadi di Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Handoko mencontohkan salah satu skema pendanaan riset adalah Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM).

Kemudian untuk dana abadi penelitian yang ada di LPDP saat ini sekitar Rp 13 triliun. Dari dana pokok tersebut, setiap tahun menghasilkan nilai manfaat Rp 400 miliar sampai Rp 500 miliar. Dana tersebut kemudian dikelola bersama BRIN untuk hibah riset dan inovasi.

“Nah IRIF itu kumpulan dari skema fungsi kita sebagai funding agency. Jadi tidak hanya hibah riset dalam bentuk uang, tetapi juga infrastruktur kemudian juga mobilitas periset,” tuturnya. Handoko menuturkan kegiatan riset dan inovasi tidak sebatas soal pendanaan saja. Tetapi juga terkait dengan infrastruktur atau peralatan penelitian. Kemudian juga SDM penelitinya.

Menurut Handoko, infrastruktur riset itu justru yang memakan biaya cukup besar. “Kami open infrastruktur riset,” jelas mantan Kepala LIPI itu. Banyak perusahaan tidak menjalankan riset, karena terkendala peralatan yang mahal. Mereka lebih memilih inovasi yang sudah jadi. Dengan adanya infrastruktur riset yang bebas digunakan dan ketersediaan peneliti diharapkan bisa menumbuhkan budaya riset dan inovasi di Indonesia.

Sementara itu Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono mengatakan BRIN membentuk IRIF untuk mengoptimalkan sumber daya manusia, anggaran, dan infrastruktur riset dan inovasi sebagai sumber pendanaan yang terintegrasi. IRIF akan memperkuat peran BRIN dalam melaksanakan tugas dan fungsi pendanaan terintegrasi di bidang riset dan inovasi.

Menurut Agus berbagai skema fasilitasi riset telah dimanfaatkan oleh periset dari berbagai kalangan di dalam negeri. Baik dari BRIN, perguruan tinggi, swasta, industri, maupun masyarakat umum. Namun untuk skala internasional, IRIF inilah yang berfungsi sebagai jembatan antara periset luar negeri dengan dalam negeri.

“Jadi IRIF ini seperti jembatan atau hub yang menghubungkan para periset dalam negeri dengan periset dari berbagai lembaga riset di luar negeri,” katanya. IRIF bakal menjadi satu-satunya lembaga pendanaan terintegrasi di dalam BRIN di bidang riset dan inovasi di Indonesia.

Mekanisme pemanfaatan IRIF kata Agus, menggunakan pola kerja sama internasional di bidang riset dan inovasi. Artinya pihak luar negeri dapat melakukan riset di Indonesia atau sebaliknya melalui skema kerja sama kedua belah pihak. Riset tersebut nantinya akan didanai oleh kedua belah pihak dan skema ini biasa terjadi dengan mekanisme joint fund.

“IRIF nanti bisa dimanfaatkan oleh para periset kita atau periset luar negeri yang ingin melakukan riset yang berkolaborasi dengan periset luar negeri,” jelasnya. Misalkan periset Jepang ingin melakukan kolaborasi riset dengan Indonesia di bidang pangan. Maka melalui kerjasama bilateral IRIF dengan funding agency Jepang, IRIF akan membiayai periset Indonesia. Sedangkan periset Jepang akan dibiayai oleh funding agency Jepang, melalui mekanisme joint fund. (wan/jpg/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/