JAKARTA, SUMUTPOS.co – Survei LSI Denny JA menunjukkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap Presiden Joko Widodo merosot pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubisidi. Ada empat alasan yang menyebabkan terjadinya kemerosotan itu.
Alasan pertama adalah, kurangnya komunikasi dan sosialisasi ke masyarakat sebelum kenaikan diberlakukan. Berdasarkan survei, 54,45 persen responden menyatakan tidak menerima alasan pemerintah. Sedangkan yang bisa menerima hanya 34,10 persen.
“Rasionalitas pemerintah mengenai kondisi mendesak menaikan harga BBM belum selaras dengan rasionalitas publik pada umumnya,” kata peneliti LSI Ade Mulyana dalam peluncuran survei bertajuk “Jokowi Pasca Naiknya BBM” di Jakarta, Jumat (21/11).
Alasan kedua, publik merasa hidupnya semakin sulit karena kenaikan harga BBM yang berpengaruh terhadap tingkat inflasi. Sebesar 74,38 persen responden menyatakan bahwa kehidupan sehari-hari mereka makin sulit pascakenaikan BBM.
Keraguan mengenai efektifitas pengalihan subsidi BBM menjadi alasan selanjutnya. Sebanyak 51,63 persen responden tak yakin program pengalihan subsidi bisa tepat sasaran.
“Tingginya korupsi dan birokrasi yang buruk, membuat masyarakat tidak yakin manfaat pengalihan subsidi ke sektor infrastruktur atau pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan bisa mereka rasakan,” papar Ade.
Alasan terakhir adalah minimnya program Jokowi yang sudah dirasakan langsung oleh masyarakat. Sebesar 62,41 persen publik menyatakan bahwa sejak Jokowi dilantik 20 Oktober silam, belum ada program yang manfaatnya mereka rasakan.
Hal ini, lanjut Ade, sebenarnya wajar. Pasalnya, setelah dilantik Jokowi langsung disibukan dengan kegiatan menyusun kabinet. Setelah kabinet rampung, mantan gubernur DKI Jakarta itu memilih untuk melakukan kunjungan kerja ke luar negeri selama delapan hari.
“Memang Jokowi sempat meluncurkan tiga kartu sakti sebelum menaikan harga BBM. Tapi manfaatnya belum terasa, cara penggunaan kartu-kartu itu pun belum tersosialiasi dengan baik ke masyarakat luas,” paparnya.
Survei LSI Denny JA ini dilakukan tanggal 18-19 November terhadap 1200 responden dari 33 provinsi. Pengambilan data dilakukan melalui quick poll dengan metode multistage random sampling. Untuk margin of error diklaim berada di angka +/- 2,9 persen. (dil/jpnn)