JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Dua parpol pendukung Jokowi-JK di Pilpres 2014 mulai kewalahan menghadapi aksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menyasar kader mereka. Setelah Rio Patrice Capella dari NasDem, KPK menyita uang 177 ribu dollar Singapura atau sekitar Rp1,7 miliar dalam operasi tangkap tangan (OTT) yang ikut menjerat anggota DPR asal Partai Hanura, Dewie Yasin Limpo di Jakarta, Selasa (20/10) kemarin.
Uniknya, uang miliaran rupiah itu disembunyikan oleh tersangka di dalam bungkusan keripik singkong merek ‘Kusuka’ yang kemudian ditaruh dalam sebuah tas. Bungkusan keripik beserta uang dolar Singapura itu sempat dipamerkan seorang penyidik KPK kepada wartawan dalam jumpa pers.
Plt Wakil Ketua KPK Johan Budi SP mengungkapkan, uang itu disita dari tersangka RB saat penangkapan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ketika itu uang baru saja diterima RB dari SET, seorang pengusaha yang kini juga berstatus tersangka.
“Setelah terjadi serah terima kemudian dilakukan penangkapan. Lokasi di rumah makan di Kelapa Gading,” kata Johan dalam konferensi pers di markas KPK, Rabu (22/10).
“Tim juga mengamankan sejumlah dokumen dan handphone,” lanjut Johan.
Setelah melakukan penangkapan di Kelapa Gading, tim melanjutkan operasi di Bandara Soekarno-Hatta. Di sana ditangkap Dewie Yasin Limpo bersama asistennya yang berinisial BWH.
“Mereka mau keluar kota, kemudian penyelidik datang dan ajak ke kantor KPK,” jelas dia.
Dalam jumpa pers terkait, Rabu (21/10), KPK akhirnya resmi menetapkan Dewie Yasin Limpo sebagai tersangka.
“Tadi dipaparkan oleh tim di depan pimpinan, disimpulkan, diduga telah terjadi tindak pidana korupsi, yang kemudian dilakukan peningkatan status menjadi tersangka,” kata Plt Wakil Ketua KPK, Johan Budi SP.
Menurut Johan, Dewi ditetapkan sebagai tersangka penerima suap bersama dengan dua orang lainnya berinisial RB dan BWA. Sementara pihak pemberi adalah pengusaha berinisial SET dan pejabat dari Papua berinisial IR.
Suap sendiri, lanjut Johan, terkait proyek pembangkit listrik tenaga mikro hidro di Kabupaten Deiyai, Papua tahun anggaran 2016. Namun dia tidak menjelaskan secara detail tujuan pemberian tersebut.
“Nilai proyeknya ratusan miliar rupiah,” ujar Johan singkat saat ditanya mengenai detail suap.
Saat ini kelima tersangka masih berada di markas komisi antirasuah untuk menjalani pemeriksaan intensif. Belum diketahui kapan dan di mana mereka bakal ditahan untuk keperluan penyidikan.
Sekretaris Fraksi Partai Hanura di DPR, Dadang Rusdiana menegaskan, bila KPK menetapkan Dewie Yasin Limpo tersangka tindak pidana korupsi, maka dia akan langsung dipecat sebagai wakil rakyat.
Namun demikian, pihaknya masih menunggu kepastian resmi dari lembaga antirasuah itu. “Sanksi terberat itu pemecatan, dan kalau terbukti kami langsung pecat dan nonaktifkan dari DPR,” kata Dadang, Rabu (21/10).
“Kami masih menunggu pengumuman dari KPK, memang kami semua sudah tahu tapi tetap menunggu informasi kebenaran dari KPK,” lanjutnya.
Terkait bantuan hukum, Dadang mengatakan partai akan memberikan sesuai dengan aturan partai. Karena bagaimanapun itu hak DYL mendapat bantuan hukum dari partai.
Penangkapan DYL sendiri menurutnya sudah diketahui Ketum Hanura, Wiranto. Namun semua masih menunggu hasil pemeriksaan 1×24 jam yang dilakukan KPK.
Anggota Fraksi Hanura DPR Syarufuddin Sudding menyatakan fraksinya menghargai kinerja penyidik KPK yang sukses menangkap tangan rekan separtainya Dewie Yasin Limpo.
Rabu (21/10) siang, penyidik menyegel ruang kerja Dewie. Kebetulan, Sudding sedang berada di ruangannya yang berdekatan dengan ruang milik Dewie. Sudding pun mempersilahkan penyidik KPK melakukan apa yang diperlukan.
“Kita menghargai proses hukum KPK. Kita beri akses seluas-luasnya pada penyidik untuk berikan KPK line ini. Kita silahkan saja,” kata Sudding, di sela-sela penyegelan.
Penangkapan Dewie Yasin Limpo oleh penyidik KPK menjadi pembicaraan hangat di DPR. Bagaimana sosok ibu itu di mata Suding?
Menurut Sudding, Dewie sebenarnya jarang ada komunikasi dengan sesama anggota fraksinya di DPR. Namun itu karena disebutkan masing-masing sebagai wakil rakyat.
Tapi, Sudding mengenal Dewie sebagai sosok yang agresif. “Ibu Dewi orang yang agresif, punya motivasi sangat tinggi dalam melaksanakan sesuatu, aktivitasnya,” kata Sudding di gedung DPR Jakarta, Rabu (21/10).
Terkait kasus yang menjerat adik kandung Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo itu, Sudding mengaku belum mengetahuinya. Apalagi Dewie tidak pernah cerita soal proyek-proyeknya.
“Tidak pernah sama sekali. Tidak pernah (bahas proyek) dengan ada kejadian ini sangkaan kepada yang bersangkutan, kami juga belum tahu. Tunggu lah sikap resmi KPK,” pungkasnya. (dil/fas/fat/jpnn/val)