JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kapal perang pesisir USS Fort Worth (LCS3) tiba di Jakarta, Senin (22/12/2014). Kedatangan kapal itu dalam rangka menjalankan rotasi penempatan selama 16 bulan, guna mendukung kebijakan penyimbangan kembali AS di Indo-Asia-Pasifik.
Kunjungan tersebut merupakan yang pertama di Asia Tenggara, sekaligus kunjungan kapal jenis kapal perang pesisis (LCS) pertama di Indonesia, negara kepulauan yang terdiri atas 17.000 pulau dan juga negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.
LCS3 disambut oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert Blake; Pangarmabar Laksamana Muda TNI Widodo; Panglima Task Force 73 U.S. Armada ke-7, Laksamana Muda Charlie Williams; dan Panglima Destroyer Squadron 7, Kolonel laut Fred Kacher.
“Kedatangan Fort Worth di Jakarta adalah program pertama dari sejumlah program kerjasama Angkatan Laut AS dengan angkatan laut negara-negara lainnya di kawasan, dalam masa tugasnya bersama Armada ke- 7 selama 15 bulan ke depan,” ucap Williams. “Kunjungan ini juga merupakan cerminan kemitraan kami yang sangat kuat dan terus berkembang dengan TNI AL.”
Asia Tenggara adalah wilayah pesisir yang ideal dan lokasi yang tepat untuk operasional kapal LCS. Kemampuannya untuk bermanuver, dengan kecepatan tinggi, dan di perairan dangkal, membuat LCS dapat beroperasi secara rutin di daerah dan lokasi-lokasi yang tidak dapat dijangkau oleh kapal-kapal AL AS yang lebih besar.
Ukuran Forth Worth sama dengan kapal perang yang dioperasikan oleh AL lainnya di Asia Tenggara, sehingga dapat digunakan untuk latihan bersama seperti Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT). Fort Worth akan kembali ke Indonesia pada 2015 sebagai bagian dari latgab CARAT.
“Kunjungan Fort Worth ke Jakarta adalah babak baru bagi operasi AL AS di Asia Tenggara,” ungkap Kacher. “Selama saya tinggal dan bekerja di kawasan ini selama dua tahun terakhir, mitra-mitra kami selalu bertanya kepada saya, ‘Kapan LCS akan datang?’ Dengan kehadiran Fort Worth di sini, dan LCS lain yang secara bergilir akan berkunjung ke Singapura selama beberapa tahun ke depan, saya dapat mengatakan dengan yakin kepada mitra-mitra kami bahwa LCS hadir untuk kebaikan dan siap untuk beroperasi bersama Anda.”
Selama penugasannya, Fort Worth dilengkapi dengan “paket” peralatan perang permukaan, seperti meriam kaliber 57mm dan peluncur rudal (rolling airframe missile launcher) dan dua meriam kaliber 30mm, dua kapal karet 11-meter berburitan keras, serta dua tim keamanan masing-masing enam orang. Perlengkapan lainnya yaitu detasemen Helicopter Maritime Strike Squadron (HSM) 35, skuadron helikopter expedisi gabungan pertama di angkatan laut. Detasemen ini terdiri dari satu helikopter MH-60R Seahawk dan satu heli nirawak jenis MQ-8B Fire Scout. Heli Fire Scout ini akan membantu MH-60R dalam memperluas jangkauan dan ketahanan, sehingga meningkatkan pengindraan maritime kapal perang tersebut.
“Paket peralatan untuk perang permukaan sangat mendukung kemampuan kami,” ungkap komandan LCS Crew 104, Letkol Laut Kendall Bridgwater. “Dengan dua RHIB dan tim boarding yang sangat terlatih, LCS memiliki alat dan pelaut ahli untuk berlatih dan beroperasi bersama mitra-mitra kami, dan bahu-membahu memastikan keamanan maritim.”
Sejak bertolak dari San Diego pada 17 November, Fort Worth telah melintasi Samudera Pasifik dan berkunjung ke Hawaii serta Guam. Selepas kunjungannya di Jakarta, Fort Worth akan berlayar menuju Singapura, yang merupakan pusat perawatan dan logistik utama LCS yang secara bergilir ditugaskan di Armada ke-7.
Armada ke-7 menjalankan berbagai operasi AL yang dilakukan di luar wilayah AS guna mendukung kebijakan AS di wilayah Indo-Asia-Pasifik. Sebagai armada dengan jumlah terbesar AS, Armada ke-7 mengadakan program-program dengan 35 negara maritim lainnya untuk membangun kerjasama dengan tujuan meningkatkan keamanan maritim, mendukung stabilitas, dan mencegah konflik. (rel/mea)