27 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

SBY: Geopolitik di Timur Tengah Penyebabnya

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengkhawatirkan situasi geopolitik di Timur Tengah akan berdampak pada perekonomian nasional. Pasalnya, situasi tersebut melambungkan harga minyak dunia. Ujung-ujungnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menanggung beban subsidi bahan bakar.

“Benturan kepentingan antara negara-negara tertentu, melibatkan Amerika Serikat, Eropa, dan Iran dengan berbagai aksi politik, sanksi, dan embargo mengakibatkan harga minyak mentah naik sangat cepat dalam beberapa minggu ini,” kata SBY, kemarin.

SBY menjelaskan, dalam dua bulan terakhir, perkembangan perekonomian global penuh dengan ketidakpastian. Krisis ekonomi Eropa belum dapat diatasi sepenuhnya, lalu muncul geopolitik baru di Timur Tengah. Apalagi, Amerika Serikat juga telah memberikan sanksi kepada Iran. “Inilah salah satu titik didih yang mengakibatkan sentimen sedemikan negatifnya sehingga harga minyak naik,” katanya.

Dari Iran, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast, mengancam akan terus menghentikan ekspor minyak ke negara-negara Uni Eropa. Namun, Iran berjanji akan membuka kembali keran ekspor jika negara-negara UE memberi jaminan. Jaminan tersebut berupa pembayaran harga dan menandatangani kontrak pembelian minyak jangka menengah dan panjang.

“Mereka (anggota Uni Eropa) juga harus menandatangani kontrak menengah atau jangka panjang yang mencakup periode tiga sampai lima tahun untuk mengimpor minyak Iran dan melarang pembatalan sepihak kontrak mereka,” katanya, seperti dikutip Press Tv.

Ia menambahkan,  keputusan Uni Eropa untuk melarang impor minyak Iran tidak logis dan bertentangan dengan kepentingan bersama Iran dan Uni Eropa. “Tampaknya negara-negara Eropa telah dipaksa untuk membuat pilihan dibawah tekanan politik dari AS dan rezim Zionis Israel,”katanya.
Sebelumnya, menteri luar negeri Uni Eropa melarang impor minyak Iran dalam pertemuan pada bulan Januari.  Iran juga tak segan memangkas ekspor minyak ke enam negara Eropa, yakni Belanda, Spanyol, Italia, Perancis, Yunani, dan Portugal.

Menteri Energi dan Perminyakan Iran, Rostam Qasemi juga mengancam  kemungkinan penghentian penjualan minyak ke negara Eropa. Qasemi menegaskan bahwa sanksi antiminyak Iran akan merugikan negara Eropa karena Teheran memiliki pembeli lain yang cukup banyak. (bbs)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengkhawatirkan situasi geopolitik di Timur Tengah akan berdampak pada perekonomian nasional. Pasalnya, situasi tersebut melambungkan harga minyak dunia. Ujung-ujungnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menanggung beban subsidi bahan bakar.

“Benturan kepentingan antara negara-negara tertentu, melibatkan Amerika Serikat, Eropa, dan Iran dengan berbagai aksi politik, sanksi, dan embargo mengakibatkan harga minyak mentah naik sangat cepat dalam beberapa minggu ini,” kata SBY, kemarin.

SBY menjelaskan, dalam dua bulan terakhir, perkembangan perekonomian global penuh dengan ketidakpastian. Krisis ekonomi Eropa belum dapat diatasi sepenuhnya, lalu muncul geopolitik baru di Timur Tengah. Apalagi, Amerika Serikat juga telah memberikan sanksi kepada Iran. “Inilah salah satu titik didih yang mengakibatkan sentimen sedemikan negatifnya sehingga harga minyak naik,” katanya.

Dari Iran, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast, mengancam akan terus menghentikan ekspor minyak ke negara-negara Uni Eropa. Namun, Iran berjanji akan membuka kembali keran ekspor jika negara-negara UE memberi jaminan. Jaminan tersebut berupa pembayaran harga dan menandatangani kontrak pembelian minyak jangka menengah dan panjang.

“Mereka (anggota Uni Eropa) juga harus menandatangani kontrak menengah atau jangka panjang yang mencakup periode tiga sampai lima tahun untuk mengimpor minyak Iran dan melarang pembatalan sepihak kontrak mereka,” katanya, seperti dikutip Press Tv.

Ia menambahkan,  keputusan Uni Eropa untuk melarang impor minyak Iran tidak logis dan bertentangan dengan kepentingan bersama Iran dan Uni Eropa. “Tampaknya negara-negara Eropa telah dipaksa untuk membuat pilihan dibawah tekanan politik dari AS dan rezim Zionis Israel,”katanya.
Sebelumnya, menteri luar negeri Uni Eropa melarang impor minyak Iran dalam pertemuan pada bulan Januari.  Iran juga tak segan memangkas ekspor minyak ke enam negara Eropa, yakni Belanda, Spanyol, Italia, Perancis, Yunani, dan Portugal.

Menteri Energi dan Perminyakan Iran, Rostam Qasemi juga mengancam  kemungkinan penghentian penjualan minyak ke negara Eropa. Qasemi menegaskan bahwa sanksi antiminyak Iran akan merugikan negara Eropa karena Teheran memiliki pembeli lain yang cukup banyak. (bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/