26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Gerakan Ahmadiyah: Mirza Bukan Nabi

JAKARTA- Kementerian Agama menyelenggarakan dialog terkait penyelesaian kasus Ahmadiyah. Sejumlah lembaga diundang, termasuk dua organisasi Ahmadiyah di Indonesia, Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Selasa 22 Maret 2011.

Dalam paparannya, perwakilan GAI mengaku kelompoknya berbeda secara teologis dengan JAI yang beraliran Qadian. “Jadi,  Ahmadiyah yang dimaksud bukanlah kami,” ungkap Ketua Bidang Organisasi dan Pembinaan GAI, Ali Yasir  di Kantor Kementerian Agama.

Menurut GAI, Ahmadiyah versinya berasal dari Lahore, Pakistan yang secara keyakinan dan praktik ibadah sama dengan umat Islam pada umumnya. Termasuk soal kenabian. “Jadi Mirza Ghulam Ahmad bukan Nabi. Nabi terakhir adalah Nabi Muhammad SAW setelah beliau tidak ada Nabi lagi, baik Nabi lama atau Nabi baru,” kata dia.
Disamping itu, Ali Yasir juga menegaskan Tazkirah, yang disebut-sebut kitab Ahmadiyah, bukanlah kitab suci yang menjadi rujukan GAI. “Tazkirah bukan karya kami, itu karya qadiyani, rujukan kami Al Quran dan Hadist,” katanya.
Sementara itu, GAI juga menyayangkan ketidakhadiran JAI dalam dialog hari ini. Padahal, bisa jadi pertemuan yang digagas pemerintah ini akan menjadi solusi terbaik. “Ya kami sayangkan, harusnya bisa cepat clear masalah ini, kami cuma bisa bilang begitu saja,” kata dia.

GAI mengaku sempat dihubungi JAI agar ikut tidak hadir dalam pertemuan ini, namun akhirnya GAI memutuskan datang. “Tadi pagi saya sempat mendapat telepon dari sana, ada salah satu pengurus (JAI) (meminta) supaya tidak datang juga,” kata Ali Yasir.

Sebelumnya, JAI meminta Kementerian Agama menunda dialog yang berkenaan dengan permasalahan Ahmadiyah. Penundaan itu diminta karena dialog yang digelar dinilai mendadak dan tidak netral.(net/jpnn)

JAKARTA- Kementerian Agama menyelenggarakan dialog terkait penyelesaian kasus Ahmadiyah. Sejumlah lembaga diundang, termasuk dua organisasi Ahmadiyah di Indonesia, Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Selasa 22 Maret 2011.

Dalam paparannya, perwakilan GAI mengaku kelompoknya berbeda secara teologis dengan JAI yang beraliran Qadian. “Jadi,  Ahmadiyah yang dimaksud bukanlah kami,” ungkap Ketua Bidang Organisasi dan Pembinaan GAI, Ali Yasir  di Kantor Kementerian Agama.

Menurut GAI, Ahmadiyah versinya berasal dari Lahore, Pakistan yang secara keyakinan dan praktik ibadah sama dengan umat Islam pada umumnya. Termasuk soal kenabian. “Jadi Mirza Ghulam Ahmad bukan Nabi. Nabi terakhir adalah Nabi Muhammad SAW setelah beliau tidak ada Nabi lagi, baik Nabi lama atau Nabi baru,” kata dia.
Disamping itu, Ali Yasir juga menegaskan Tazkirah, yang disebut-sebut kitab Ahmadiyah, bukanlah kitab suci yang menjadi rujukan GAI. “Tazkirah bukan karya kami, itu karya qadiyani, rujukan kami Al Quran dan Hadist,” katanya.
Sementara itu, GAI juga menyayangkan ketidakhadiran JAI dalam dialog hari ini. Padahal, bisa jadi pertemuan yang digagas pemerintah ini akan menjadi solusi terbaik. “Ya kami sayangkan, harusnya bisa cepat clear masalah ini, kami cuma bisa bilang begitu saja,” kata dia.

GAI mengaku sempat dihubungi JAI agar ikut tidak hadir dalam pertemuan ini, namun akhirnya GAI memutuskan datang. “Tadi pagi saya sempat mendapat telepon dari sana, ada salah satu pengurus (JAI) (meminta) supaya tidak datang juga,” kata Ali Yasir.

Sebelumnya, JAI meminta Kementerian Agama menunda dialog yang berkenaan dengan permasalahan Ahmadiyah. Penundaan itu diminta karena dialog yang digelar dinilai mendadak dan tidak netral.(net/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/