JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kebutuhan personel di tubuh Polri rupanya tidak diimbangi dengan ketersediaan lembaga pendidikan. Dampaknya, perekrutan personel tidak bisa dilakukan secara maksimal. Tahun ini, Polri batal merekrut 2.250 tamtama akibat kekurangan tempat pendidikan dan latihan sebagai dampak alih fungsi lembaga pendidikan polisi laki-laki ke polwan.
Wakapolri Komjen Badrodin Haiti mengungkapkan, total personel yang telah direkrut tahun ini sekitar 17.100 orang untuk brigadir. Dari jumlah tersebut, 7.000 brigadir di antaranya adalah polwan. Para polwan itu dididik di delapan pusat pendidikan yang nyaris seluruhnya merupakan alih fungsi Sekolah Polisi Negara (SPN) untuk polisi laki-laki.
Perubahan fungsi itu membuat Polri tahun ini urung merekrut tamtama. “Karena memang tempat pendidikannya sudah penuh semua sehinggga kami tidak bisa mendidik itu (tamtama),” ujar Badrodin dalam keterangan persnya. Perekrutan tamtama kemungkinan baru dilakukan lagi tahun depan.
Khusus Polwan, lanjut Badrodin, hanya tahun ini saja pihaknya merekrut dalam jumlah besar. “Nanti tahun depan kembali normal (jumlahnya),” lanjut mantan Kapolda Jatim itu. Dia mengakui, kebutuhan Polwan sebenarnya masih kurang. Namun, pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena anggaran negara juga terbatas.
Setelah lulus, para polwan itu akan dikembalikan ke provinsi asal untuk penempatan di masing-masing Polres. Untuk sementara, mereka akan diserahi tugas umum terlebih dahulu. “Setelah terbiasa, setahun atau dua tahun kemudian kami tempatkan mereka di polsek-polsek yang rawan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak,” tuturnya.
Sementara itu, Kompolnas berharap Polri bisa lebih banyak lagi merekrut polwan agar pelayanan masyarakat lebih maksimal. Anggota Kompolnas Hamidah Abdurrahman mengatakan, idealnya jumlah polwan itu setidaknya seperlima dari jumlah keseluruhan personel. Tidak perlu sampai komposisi 50:50. “Kalau sekarang personel Polri sekitar 400 ribu, maka jumlah polwan 100 ribu itu sudah cukup,” ujarnya. (byu)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kebutuhan personel di tubuh Polri rupanya tidak diimbangi dengan ketersediaan lembaga pendidikan. Dampaknya, perekrutan personel tidak bisa dilakukan secara maksimal. Tahun ini, Polri batal merekrut 2.250 tamtama akibat kekurangan tempat pendidikan dan latihan sebagai dampak alih fungsi lembaga pendidikan polisi laki-laki ke polwan.
Wakapolri Komjen Badrodin Haiti mengungkapkan, total personel yang telah direkrut tahun ini sekitar 17.100 orang untuk brigadir. Dari jumlah tersebut, 7.000 brigadir di antaranya adalah polwan. Para polwan itu dididik di delapan pusat pendidikan yang nyaris seluruhnya merupakan alih fungsi Sekolah Polisi Negara (SPN) untuk polisi laki-laki.
Perubahan fungsi itu membuat Polri tahun ini urung merekrut tamtama. “Karena memang tempat pendidikannya sudah penuh semua sehinggga kami tidak bisa mendidik itu (tamtama),” ujar Badrodin dalam keterangan persnya. Perekrutan tamtama kemungkinan baru dilakukan lagi tahun depan.
Khusus Polwan, lanjut Badrodin, hanya tahun ini saja pihaknya merekrut dalam jumlah besar. “Nanti tahun depan kembali normal (jumlahnya),” lanjut mantan Kapolda Jatim itu. Dia mengakui, kebutuhan Polwan sebenarnya masih kurang. Namun, pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena anggaran negara juga terbatas.
Setelah lulus, para polwan itu akan dikembalikan ke provinsi asal untuk penempatan di masing-masing Polres. Untuk sementara, mereka akan diserahi tugas umum terlebih dahulu. “Setelah terbiasa, setahun atau dua tahun kemudian kami tempatkan mereka di polsek-polsek yang rawan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak,” tuturnya.
Sementara itu, Kompolnas berharap Polri bisa lebih banyak lagi merekrut polwan agar pelayanan masyarakat lebih maksimal. Anggota Kompolnas Hamidah Abdurrahman mengatakan, idealnya jumlah polwan itu setidaknya seperlima dari jumlah keseluruhan personel. Tidak perlu sampai komposisi 50:50. “Kalau sekarang personel Polri sekitar 400 ribu, maka jumlah polwan 100 ribu itu sudah cukup,” ujarnya. (byu)