7. Pakistan
Survei menunjukkan bahwa hampir semua orang di Pakistan menganggap polisi selalu terkait korup. Hampir 100 persen dari responden survei itu menganggap polisi korup. Sebuah laporan juga mengungkap, pada tahun 2010, polisi Pakistan dikenal menjadi penerima suap ‘terkemuka’.
Pejabat diduga terlibat dalam kegiatan kriminal untuk mengisi kantong mereka sendiri, termasuk berkaitan dengan organisasi mafia narkoba dan kelompok kriminal lainnya. Ironisnya, peradilan juga disebut hampir sama korup dengan kepolisian.
6. Kenya
Kebrutalan polisi Kenya menjadi perhatian internasional baru-baru ini, setelah sebuah video online yang menunjukkan aparat menggunakan gas air mata kepada murid sekolah dalam sebuah demonstrasi. Praktek korupsi juga sama buruknya. Lebih dari 80 persen warga Kenya melihat polisi korup.
Sebuah laporan juga menunjukkan bahwa kegiatan korup ini tak hanya melibatkan polisi di lapangan, namun juga komandan senior.
5. Nigeria
Dalam sebuah penelitian terungkap perlakuan keras polisi Nigeria terhadap warga sipil. Amnesty International menuding praktik petugas menahan orang-orang yang tidak melakukan kejahatan marak terjadi hanya untuk mendapatkan suap dari proses pembebasan warga.
Seringkali tuduhan berkeliaran atau perampokan digunakan untuk membawa seseorang ke dalam tahanan, dan jika mereka tidak mampu atau tidak mau untuk membeli jalan keluar dari penjara, tawanan disiksa.
Di luar kepolisian, pemerintah juga tak kritis dengan praktik-praktik korupsi.
4. Somalia
Lebih dari 20 tahun konflik yang terjadi di Somalia, telah membuat negara itu kekurangan sumber daya. Polisi yang penuh dengan korupsi, sudah biasa.
Para petugas sulit dibedakan, mana yang musuh dan siapa polisi. Hal ini disebabkan karena aparat keamanan telah disusupi oleh milisi. Minimnya pendapatan aparat di sana, membuka luas godaan korupsi dan mencari uang tambahan dari transaksi senjata dan lainnya.
Masalah lainnya, hampir tidak ada petugas memiliki pelatihan dan pendidikan kepolisian yang tepat, melainkan dididik oleh milisi yang terlibat perang saudara.
3. Meksiko
Polisi di Meksiko, terutama di daerah perbatasan utara dengan Amerika Serikat, telah dicurigai terlibat dengan geng narkoba selama bertahun-tahun. Di beberapa daerah, ratusan petugas telah dipecat. Namun ada juga yang tewas karena tidak mau bekerjasama dengan geng narkoba setempat.
Kolaborasi erat antara polisi dan kartel obat ditunjukkan di negara bagian Guerrero, September tahun lalu, ketika 43 mahasiswa yang memprotes hilang dan kemudian ditemukan tewas. Diduga kuat, polisi menyerahkan mereka ke geng narkoba untuk dieksekusi.
2. Afganistan
Sebuah laporan pada 2009 menunjukkan bahwa polisi di Afganistan adalah lembaga yang tidak efektif, tidak profesional dan korup.
Banyak dugaan yang mengidentikkan polisi dengan perdagangan narkoba, yang memang disebut sudah biasa di wilayah yang akrab dengan perang itu. Penyuapan sudah dianggap seperti gaya bisnis.
1. Irak
Bertindak dengan impunitas, polisi Irak dan petugas keamanan secara rutin menangkap orang-orang yang tidak melakukan kejahatan, mengarang tuduhan dan kemudian memeras uang dari teman dan anggota keluarga untuk pembebasan mereka.
Untuk meningkatkan tekanan, polisi sering menyiksa tahanan. Pada gilirannya, hasil yang diperoleh dari praktek brutal ini sering digunakan untuk menyuap politisi sehingga seorang perwira senior dapat memperoleh hak untuk mengendalikan operasi penegakan hukum di daerah tertentu.
Ada contoh, orang yang telah mengaku kejahatan setelah disiksa, membeli kebebasan mereka dengan membayar suap.
Hadeuh, ternyata, di tengah dugaan praktik korupsi dan suap di kepolisian Indonesia, laporan ini belum menggangap Polri ‘pantas’ masuk 10 Besar Terkorup…(adk/jpnn)