Pernah Terlibat Jaringan Noordin M Top
SOLO-Perburuan Densus 88 Antiteror terhadap para terduga teroris di Kota Solo terus berkembang. Usai membekuk delapan orang, kemarin siang (23/9) Densus 88 kembali menangkap seorang terduga teroris. Tim elit institusi kepolisian ini juga mengamankan puluhan bahan baku pembuatan bom.
Pria yang ditangkap Densus 88 adalah Joko Tri Priyanto alias Joko Jihad alias Joko Gondrong alias Joko Parkit, 35, di Kampung Mondokan RT 2 RW II Kelurahan Purwosari, Laweyan. Diketahui, Joko pernah divonis 3 tahun atas keterlibatannya dalam jaringan Noordin M Top pada 2006 silamn
Joko Parkit dibekuk tak jauh dari rumah Triyanto, terduga teroris yang ditangkap sehari sebelumnya di salah satu kios Pasar Harjodaksino, Gemblegan, Kecamatan Serengan.
Tepat pukul 11.00, sekitar 15 personel tim densus lengkap bersenjatakan laras panjang masuk ke area penggeledahan rumah Triyanto, Brengosan, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan. Densus hanya menemukan sejumlah dokumen dan buku-buku agama. Tak begitu lama, polisi langsung melakukan penjagaan di gang-gang sempit akses keluar perkampungan padat penduduk ini dengan police line. Saat proses penggeledahan rumah Triyanto, densus turut mengamankan Joko Parkit di rumah mertuanya, Walidi.
“Lokasi penangkapan di sekitar rumah almarhum Eko Joko Sarjono alias Eko Peang. Dia korban meninggal dunia dalam penggerebekan densus di Perumahan Jati Asih Bekasi tahun 2009 lalu,” ungkap sumber internal Polresta Solo, kemarin.
Sekitar 45 menit, tim elit berlambang burung hantu ini berkutat di rumah Joko Parkit. Densus menggelandang Joko Parkit beserta barang bukti. Dua jam pasca penangkapan, densus dibantu Satuan Reskrim Polresta Solo dan Brimob Detasemen C Polda Jateng kembali mendatangi lokasi penangkapan. Mereka melakukan penyisiran. Warga dekat lokasi langsung dievakuasi. Polisi menemukan barang bukti baru, cairan asam sulfat yang dikemas dalam jeriken ukuran 25 liter, setengah karung bubuk potassium klorat, dan satu karung berisi potongan peralon diduga bom rakitan di WC. Tak jauh dari penemuan, polisi turut mengamankan sebilah pedang, ketapel besi, senjata api mainan (air soft gun,red) jenis Pietro Berreta di kandang ayam.
“Maaf saya gak bisa memberikan komentar, coba tanyakan ke kapolresta. Sebentar lagi beliau datang,” kata Wakapolresta Solo AKBP Ahmad Lutfi saat dikonfirmasi di lokasi.
Penangkapan terduga teroris Joko Parkit sedikit janggal. Tak ada mobil gegana penjinak bom dalam penggerebekan tersebut. Padahal, di lokasi mantan residivis kasus terorisme pada 2006 silam ini ditemukan bahan-bahan yang diduga bom rakitan.
Dari pantauan Radar Solo, terlihat hanya lima unit mobil dan kendaraan anggota Polresta Solo yang standby di dekat lokasi penyisiran. Kendaraan itu digunakan sebagai pengangkut personel Densus 88 dan anggota Polresta Solo. Pemandangan ini berbeda dengan sehari sebelumnya. Saat penggerebekan di dua rumah terduga teroris Chunaedi, 43, di Jalan Lempuyang II A Griyan RT 07 RW X dan Badri Hartono alias Jakfar Sidiq, 45, warga Jalan Blimbing II Griyan RT 5 RW X Pajang, Kecamatan Laweyan, polisi lengkap mendatangkan tim gegana penjinak bom. Beserta mobil jihandak dan mobil PMK. “Tolonglah jangan tanya saya, saya gak berwenang. Tanya kapolresta saja,” kata Wakapolresta Solo AKBP Ahmad Lutfi, di lokasi, kemarin.
Tak hanya dari segi teknis, kejanggalan saat penangkapan Joko Parkit juga dirasakan warga setempat. Joko Parkit di mata tetangga terkenal santun dan tak pernah bermasalah dengan warga lain. Menurut tetangganya, Panji, Joko dikenal aktif di masjid kampung dan kerap mengisi ceramah di majelis taklim. Panji juga tak melihat materi ceramah yang disampaikan Joko berbau radikalisme maupun menyinggung pemeluk agama lain.
“Ceramahnya ya biasa saja, tidak pernah menyinggung orang lain. Keseharian juga ramah dan srawung dengan warga,” kata mantan ketua RT 02/RW XI ini.
Senada diungkapkan Ketua RT yang menggantikannya, Suryadi. Menurutnya, sepulang dibui pasca kasus yang menjeratnya, Joko tak nampak berkecimpung dengan jaringan-jaringan teroris yang dimaksud Densus 88. Keseharian Joko hanya berjualan handphone keliling. Di luar itu, Joko sebatas mengisi ceramah di Masjid Muhajirin, tak jauh dari tempat ia tinggal bersama istri dan lima anaknya. “Dia berhenti bekerja di Hotel KSPH, sekarang jualan handphone. Jadi gak percaya saja kalau dia terlibat teroris,” tandasnya.
Di sisi lain, Densus 88 menemukan sisa bahan peledak di rumah ibu Rudi Kurnia Putra di Ngruki RT 05 RW 17 Desa Cemani Kecamatan Grogol, kemarin (23/9). Mereka membawa arang, sisa pupuk dan mangkok aluminium.
Tim burung hantu tiba di lokasi kejadian di Jalan Lurik No 10 sekitar pukul 11.45. Sekitar dua jam, mereka mengobok-obok rumah di bagian belakang showroom mobil. “Hanya sisa-sisa. Yang dibawa tiga kresek arang, sisa pupuk dan mangkok aluminium. Katanya yang utama di Griyan dan Kentingan,” ungkap Ketua RT 05 Edi Sutopo yang menjadi salah satu saksi penggeledahan tersebut.
Menurut Edi, tiga bahan tersebut ditemukan di kamar Rudi di bagian belakang rumah. Edi memastikan, selain bahan-bahan tersebut tidak ada barang lain yang dibawa. Tidak juga ditemukan senjata tajam atau pun buku-buku jihad.
Edi tidak mengetahui pasti keseharian Rudi. Pasalnya, anak Ny Supangat tersebut jarang pulang ke rumah ibunya. Rudi diketahui tinggal di Makam Benggolo, Tipes, Solo. Selain Edi, penggeledahan disaksikan Agung yang merupakan adik Rudi pemilik showroom mobil di depan rumah yang digeledah.
Di mata Anang Abdul Rohman, salah satu tetangga Ny Supangat, Rudi berkepribadian ramah. Sesekali saat pulang ke rumah ibunya dan kebetulan hari Jumat, dia salat berjamaah di masjid sekitar rumah. Ada tiga masjid yang sering disambangi secara bergantian. “Tapi dia tidak pernah mengisi ceramah, hanya salat. Kalau ketemu warga juga menyapa lebih dulu. Jadi kalau dia ikut ditangkap, kami kaget,” akunya.
Lurah Cemani Slamet mengatakan, dari data yang masuk, Rudi sudah lama pindah dari Ngruki ke Solo. Sementara rumah di Ngruki ditinggali ibunya Ny Supangat dan keluarga adiknya, Agung. Slamet juga memastikan tidak ada penangkapan, hanya penggeledahan. “Selain ketua RT, juga disaksikan Agung yang diminta menunjukkan kamar Rudi,” jelas Slamet. (tri/rk/mas)