JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Predikat kota termacet di Indonesia yang biasa disematkan pada Jakarta sepertinya harus diganti. Baru-baru ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) merilis data sejumlah lalu lintas terpadat di Indonesia yang kemudian menempatkan Bogor pada posisi puncaknya.
Dari data Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BTSP) Perhubungan Darat, diketahui Bogor memiliki volume to capacity (VC) ratio tertinggi yakni sebesar 0,86 persen. Yang artinya, volume kendaraan di kota hujan itu sudah mendekati kapasitas jalan yang ada.
Sementara, menurut Kapuslitbang Darat dan Perkeretaapian Kemenhub, Yugi Hartiman, kondisi VC ratio di atas 0,70 persen merupakan kondisi krusial atau makin padat atau macet.
Besarnya VC ratio itu pun ikut disertai dengan rendahnya kecepatan kendaraan yang melintas di jalan yang ada di sana. Untuk Bogor sendiri, rata-rata kecepatan kendaraan hanya mencapai 15,32 km/jam. “Kecepatan kendaraan otomatis juga rendah karena kapasitas jalannya tidak bisa memenuhi volume kendaraan yang melintas,” tuturnya.
Dalam list lalu lintas terpadat itu, di posisi kedua diisi oleh DKI Jakarta dengan kecepatan rata-rata sebesar 17 km/jam dengan VC Ratio 0,85 persen. Diikuti Bandung (14,3 km/jam) VC ratio 0,85; Surabaya (21 km/jam) VC ratio 0,83; Depok (21,4 km/jam) VC ratio 0,83; Bekasi (21,86 km/m) Vc Ratio 0,83; Tangerang (22 km/jam) VC Ratio 0,82; Medan (23,4 km/jam) VC ratio 0,76; Makassar (24,06 km/jam) VC Ratio 0,73; Semarang (27 km/jam) VC Ratio 0,72; dan Palembang (28,54 km/jam) VC ratio 0,61.
Di lain pihak, penilaian Kemenhub itu menyentakkan Walikota Bogor Bima Arya. Bima Arya mengaku kecewa dengan penilaian tersebut. Dia mengatakan pemeringkatan Bogor sebagai kota termacet se-Indonesia tidak benar. Kemarin Bima baru menerima klarifikasi dari Puslitbang Darat dan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan yang menepis adanya informasi tersebut.
“Ternyata pihak kementerian perhubungan juga bingung dengan pemberitaan yang beredar, karena mereka tidak pernah merilis pemeringkatan kota macet yang ada di Indonesia,” ujar Wali Jota Bogor Bima Arya kepada Radar Bogor kemarin.
Menurut Bima dalam penjelasan yang diterimanya ternyata dalam salah satu tayang diskusi antara Puslitbang Darat dan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dengan forum wartawan perhubungan menampilkan salah satu slide tentang semakin melambatkan kondisi lalu lintas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia dan Kota Bogor masuk di dalamnya. “Sehingga dari situ kemungkinan, ada pikiran bahawa itu merupakan pemeringkatan kota termacet,” jelas Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut.
Meski begitu Bima mengaku tidak akan mempermasalahkan hal ini. Sejatinya tanpa ada pemeringkatan itupun, dirinya telah memasukan masalah macet dalam top priority yang harus dituntaskannya dalam kurun waktu secepatnya. “Ada ataupun tidak data ini, saya kira ini harusnya menjadi cambuk, menjadi bahan evaluasi bagi kita agar bisa bekerja lebih ekstra lagi,” tandasnya. (mia/ind/JPNN/end)