25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Awas, Tomcat Bisa Serang Sumut

JAKARTA-  Serangan sejenis serangga bernama Tomcat sudah mulai menjalar ke sejumlah daerah. Pertama kali kasusnya ditemukan di 13 kecamatan di Surabaya, kemarin diberitakan sudah merambah Tuban dan Yogyakarta. Bisa jadi, diam-diam saat ini sudah menyerang warga yang ada di Sumut. Hanya barangkali belum terdeteksi.

Kemungkinan bisa menjalar ke Sumut, berdasar keterangan Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, Apt, Kepala Pusat Studi Obat Bahan Alami, Departermen Farmasi Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI), kepada koran ini, kemarin (21/3). Menurutnya, pola penyebaran Tomcat ini mirip-mirip dengan serangan ulat bulu yang sempat heboh beberapa waktu lalu.

Menurut Sumali, pola penyebaran bukan berantai berdasarkan kedekatan dengan Surabaya. Melainkan, bisa terjadi di mana pun yang terdapat tanaman yang menjadi makanan idola serangga Tomcat itu. “Seperti serangan ulat bulu dulu itu, di daerah mana pun, jenis tanaman yang dihinggapi sama,” ujar Sumali.

Karena sudah sulit menemukan makanan di habitatnya, Tomcat hijrah ke pemukiman-pemukiman penduduk, mulai dari desa dekat kawasan pertanian, hingga masuk ke kawasan perkotaan. Sebenarnya, kata Sumali, Tomcat bukan menyerang manusia. “Hanya karena jumlahnya banyak, ada yang hinggap di tubuh manusia,” ujarnya.

Bagaimana cara mengatasi jika ada Tomcat hinggap di tubuh manusia? “Jangan dipukul. Tapi cukup diusir dengan cara halus sehingga dia tidak merasa terganggu. Kalau merasa terganggu dia mengeluarkan semacam enzim yang bisa menyebabkan kerusakan kulit, panas dan melepuh,” sarannya. Sedang kalau dipukul, otomatis tubuhnya pecah dan enzimnya menempel di kulit.

Saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mencegah kemungkinan mewabahnya serangan tomcat. Melalui jajaran di daerah, mereka berupaya mengepung persebaran kumbang dengan nama ilmiah Paederus littoralis itu.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, skenario membendung laju serangan tomcat sejauh ini berjalan sesuai dengan rencana.

Di Surabaya, Jatim, misalnya, dinkes setempat sudah menyiagakan pusat kesehatan masyarakat (PKM) selama 24 jam. PKM terdapat di puskesmas hingga rumah sakit milik pemerintah. “Pengobatan di PKM gratis,” ujar Tjandra.

Tjandra mengatakan, petugas dari dinas pertanian boleh menyemprot tomcat, tetapi dengan pestisida nabati. Sasaran yang boleh disemprot, antara lain, rumah-rumah yang sudah dijamah tomcat.

Kondisi penderita pada umumnya menunjukkan iritasi kulit di seputar titik yang terkena racun atau toksin tomcat. “Kami terus mengingatkan, iritasi itu sebenarnya bisa sembuh sendiri sekitar enam hari kemudian,” ujar dia.

Tjandra menambahkan, di Yogyakarta populasi tomcat meningkat ketika rata-rata umur padi yang ditanam petani sekitar 1,5 bulan. Perkembangan tomcat itu terus stabil hingga musim panen. Tomcat punya kebiasaan mengitari lampu rumah warga saat malam. “Warga mengantisipasi dengan memasang lampu perangkap,” papar dia. Dengan lampu perangkap itu, tomcat tidak sampai masuk ke rumah dan menyerang penghuninya.
Dengan upaya jajaran petugas kesehatan mulai pusat hingga daerah itu, Tjandra mengharapkan masyarakat tidak resah gara-gara ancaman serangan tomcat. Serangga tersebut adalah hewan yang sudah cukup lama menghuni persawahan Indonesia. Karena itu, masyarakat diharapkan tidak cemas secara berlebihan. (sam/jpnn)

JAKARTA-  Serangan sejenis serangga bernama Tomcat sudah mulai menjalar ke sejumlah daerah. Pertama kali kasusnya ditemukan di 13 kecamatan di Surabaya, kemarin diberitakan sudah merambah Tuban dan Yogyakarta. Bisa jadi, diam-diam saat ini sudah menyerang warga yang ada di Sumut. Hanya barangkali belum terdeteksi.

Kemungkinan bisa menjalar ke Sumut, berdasar keterangan Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, Apt, Kepala Pusat Studi Obat Bahan Alami, Departermen Farmasi Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI), kepada koran ini, kemarin (21/3). Menurutnya, pola penyebaran Tomcat ini mirip-mirip dengan serangan ulat bulu yang sempat heboh beberapa waktu lalu.

Menurut Sumali, pola penyebaran bukan berantai berdasarkan kedekatan dengan Surabaya. Melainkan, bisa terjadi di mana pun yang terdapat tanaman yang menjadi makanan idola serangga Tomcat itu. “Seperti serangan ulat bulu dulu itu, di daerah mana pun, jenis tanaman yang dihinggapi sama,” ujar Sumali.

Karena sudah sulit menemukan makanan di habitatnya, Tomcat hijrah ke pemukiman-pemukiman penduduk, mulai dari desa dekat kawasan pertanian, hingga masuk ke kawasan perkotaan. Sebenarnya, kata Sumali, Tomcat bukan menyerang manusia. “Hanya karena jumlahnya banyak, ada yang hinggap di tubuh manusia,” ujarnya.

Bagaimana cara mengatasi jika ada Tomcat hinggap di tubuh manusia? “Jangan dipukul. Tapi cukup diusir dengan cara halus sehingga dia tidak merasa terganggu. Kalau merasa terganggu dia mengeluarkan semacam enzim yang bisa menyebabkan kerusakan kulit, panas dan melepuh,” sarannya. Sedang kalau dipukul, otomatis tubuhnya pecah dan enzimnya menempel di kulit.

Saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mencegah kemungkinan mewabahnya serangan tomcat. Melalui jajaran di daerah, mereka berupaya mengepung persebaran kumbang dengan nama ilmiah Paederus littoralis itu.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, skenario membendung laju serangan tomcat sejauh ini berjalan sesuai dengan rencana.

Di Surabaya, Jatim, misalnya, dinkes setempat sudah menyiagakan pusat kesehatan masyarakat (PKM) selama 24 jam. PKM terdapat di puskesmas hingga rumah sakit milik pemerintah. “Pengobatan di PKM gratis,” ujar Tjandra.

Tjandra mengatakan, petugas dari dinas pertanian boleh menyemprot tomcat, tetapi dengan pestisida nabati. Sasaran yang boleh disemprot, antara lain, rumah-rumah yang sudah dijamah tomcat.

Kondisi penderita pada umumnya menunjukkan iritasi kulit di seputar titik yang terkena racun atau toksin tomcat. “Kami terus mengingatkan, iritasi itu sebenarnya bisa sembuh sendiri sekitar enam hari kemudian,” ujar dia.

Tjandra menambahkan, di Yogyakarta populasi tomcat meningkat ketika rata-rata umur padi yang ditanam petani sekitar 1,5 bulan. Perkembangan tomcat itu terus stabil hingga musim panen. Tomcat punya kebiasaan mengitari lampu rumah warga saat malam. “Warga mengantisipasi dengan memasang lampu perangkap,” papar dia. Dengan lampu perangkap itu, tomcat tidak sampai masuk ke rumah dan menyerang penghuninya.
Dengan upaya jajaran petugas kesehatan mulai pusat hingga daerah itu, Tjandra mengharapkan masyarakat tidak resah gara-gara ancaman serangan tomcat. Serangga tersebut adalah hewan yang sudah cukup lama menghuni persawahan Indonesia. Karena itu, masyarakat diharapkan tidak cemas secara berlebihan. (sam/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/