JAKARTA- Partai politik (parpol) peserta Pemilu 2014 diperbolehkan mengubah nomor urut daftar caleg pada masa perbaikan, yakni pada 9-22 Mei 2013.
Hal ini dikatakan Ketua KPU Husni Kamil Manik di Kantor KPU, Jakarta, kemarin. Selain mengubah nomor urut, dalam rentang waktu masa perbaikan parpol juga bisa mengurangi atau menambah daftar calegnya.
“Jadi boleh mengurangi dan menambah. Ketentuannya ada pada masa perbaikan,” katanya. Sebelumnya Husnsi menyampaikan, dalam masa perbaikan, KPU tidak akan campur tangan dengan perubahan nomor urut dalam daftar caleg. Sebab, hal tersebut bukan kewenangan KPU.
“KPU hanya melakukan verifikasi syarat. Kita berharap parpol mengajukan daftar calon benar-benar mempertimbangkan nomor urut dan orangnya bersedia dengan kemudian memenuhi persyaratan,” ujar Husni.
Anggota KPU lainnya Ferry Kurnia Rizkiyansyah membenarkan, bahwa nomor urut pada daftar caleg yang telah diserahkan, masih bisa berubah pada masa perbaikan. Ditanya soal kemungkinan konflik yang timbul di internal parpol lantaran aturan tersebut, Ferry menyatakan itu persoalan internal partai.
Pengamat politik Formappi Sabastian Salang mengatakan, meski sistem perolehan suara Pemilu 2014 nanti menggunakan sistem suara terbanyak, namun calon anggota legeslatif (caleg) dengan nomor urut satu tetap akan lebih diuntungkan. Karena itu, banyak caleg yang berlomba mendapatkan nomor urut satu.
“Nomor urut satu itu poin buat seorang caleg. Orang yang mendapat nomor urut satu adalah orang yang memiliki kualitas. Jadi masyarakat akan memilih dia,” kata Salang.
Senada dengan Sabastian Salang, Wakil Ketua MPR dari Partai Golkar Hajriyanto Tohari juga mengatakan, caleg dengan nomor urut satu memang lebih diuntungkan dari caleg nomor urut di bawahnya. Sebab, kata Hajri, masyarakat pemilih umumnya tidak melihat siapa caleg yang akan mereka pilih, tapi mereka mencari mudah saja.
“Mereka umumnya enggan mencari-cari siapa yang harus mereka pilih. Untuk gampangnya mereka pilih saja yang nomor satu,” kata Hajriyanto kepada wartawan di gedung DPR kemarin.
Sikap apatis seperti itu, kata Hajri, disebabkan oleh minimnya kadar pendidikan bangsa Indonesia pada umumnya. “Kalau yang pendidikannya tinggi atau minimal lulus SMA, saya kira mereka akan lebih selektif dalam menentukan siapa yang harus dipilih. Tapi bagi yang pendidikannya minim, mereka pilih yang mudah saja,” kata Hajriyanto.
Menurut Hajri, di Partai Golkar, menentukan caleg nomor urut satu tidak mudah. Karena harus melalui seleksi tim Sembilan.
Di tempat yang sama, anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul juga mengatakan, caleg dengan nomor urut satu memang lebih diuntungkan. Pasalnya, banyak pemilih yang tidak mau pusing dalam menentukan pilihannya.
“Mereka nggak mau pilih-pilih, coblos saja yang kelihatan paling atas,” kata Ruhut.
Sementara itu, nama-nama beken bakal bertarung di dapil Sumut I pada pemilu 2014 mendatang. Dari Partai Demokrat ada Ruhut Sitompul, Sutan Bathoegana Siregar, Ramadhan Pohan, dan Abdul Wahab Dalimunthe. Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang kini menjabat Menkominfo Tifatul Sembiring, juga dipasang di dapil Sumut 1.
Namun, nama-nama beken itu tak membuat ciut nyali caleg dari Partai Golkar yang berada di nomor urut 1 di dapil Sumut I, Leo Nababan. “Saya juga beken,” ujar Leo, penuh percaya diri, kepada Sumut Pos, kemarin (24/4). Meutia Hafiz, juga ditempatkan di dapil yang sama oleh Golkar. (net/sam)