25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Tidak Sulit Cari Orang yang Mau jadi Pengantin Bom Bunuh Diri

Soal banyaknya bendera hitam-hitam dengan lafaz tauhid, Ali mengatakan bahwa sejak dulu bendera semacam itu sudah ada. ”Sejak saya masih di sana lebih dari sepuluh tahun lalu,” ucapnya.

Soal kabar mengenai kelompok Maute, Ali mengatakan, soal nama itu bisa apa saja. ”Tapi, kelompok ini mendapat anggota dari mana? Ya dari MILF dan Abu Sayyaf. Sebab, hanya itu yang punya kemampuan kombatan bagus,” imbuhnya.

Itulah yang kemudian menjelaskan mengapa peristiwa tersebut terjadi di Marawi, sebuah kota yang sebenarnya merupakan basis MILF.

Jawa Pos pada 2009 pernah singgah ke Marawi dan tinggal di sana dua hari. Ketika itu Marawi adalah kota terakhir yang menjadi checkpoint sebelum masuk ke Kamp Bushra, kamp pelatihan militer terbesar MILF yang berada di tengah hutan di puncak gunung.

Dibutuhkan waktu lebih dari sepuluh jam untuk menembus hutan dari sebuah jalan kecil di pinggiran Kota Marawi.

Karakter orang Marawi sendiri sebenarnya halus-halus. Juga moderat. Ketika itu hampir tidak pernah terjadi kekerasan bersenjata di kota tersebut. Di sana juga banyak semacam pondok pesantren.

Meski banyak warganya yang simpatisan MILF, kota itu tak pernah menjadi ajang pertempuran. Intinya, situasi di sana sesejuk cuacanya yang dingin karena berada di lereng pegunungan.

Ali Fauzi menganalisis, justru karena situasi warganya yang seperti itu, Marawi menjadi pilihan strategis untuk diserbu.

Soal banyaknya bendera hitam-hitam dengan lafaz tauhid, Ali mengatakan bahwa sejak dulu bendera semacam itu sudah ada. ”Sejak saya masih di sana lebih dari sepuluh tahun lalu,” ucapnya.

Soal kabar mengenai kelompok Maute, Ali mengatakan, soal nama itu bisa apa saja. ”Tapi, kelompok ini mendapat anggota dari mana? Ya dari MILF dan Abu Sayyaf. Sebab, hanya itu yang punya kemampuan kombatan bagus,” imbuhnya.

Itulah yang kemudian menjelaskan mengapa peristiwa tersebut terjadi di Marawi, sebuah kota yang sebenarnya merupakan basis MILF.

Jawa Pos pada 2009 pernah singgah ke Marawi dan tinggal di sana dua hari. Ketika itu Marawi adalah kota terakhir yang menjadi checkpoint sebelum masuk ke Kamp Bushra, kamp pelatihan militer terbesar MILF yang berada di tengah hutan di puncak gunung.

Dibutuhkan waktu lebih dari sepuluh jam untuk menembus hutan dari sebuah jalan kecil di pinggiran Kota Marawi.

Karakter orang Marawi sendiri sebenarnya halus-halus. Juga moderat. Ketika itu hampir tidak pernah terjadi kekerasan bersenjata di kota tersebut. Di sana juga banyak semacam pondok pesantren.

Meski banyak warganya yang simpatisan MILF, kota itu tak pernah menjadi ajang pertempuran. Intinya, situasi di sana sesejuk cuacanya yang dingin karena berada di lereng pegunungan.

Ali Fauzi menganalisis, justru karena situasi warganya yang seperti itu, Marawi menjadi pilihan strategis untuk diserbu.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/