29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jokowi & Prabowo Korban Oportunis

Arti kawan dan lawan dalam dunia politik sangat tipis. Jika sebelumnya menjadi kawan, hari ini sang kawan bisa menjadi lawan. Begitupun yang terjadi pada dua bakal calon presiden (capres), Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto. Kedua bakal capres ini ternyata didukung oleh tokoh-tokoh yang menganut oportunisme.

jokowi jk kartun-sumutpos

Sebut saja Jusuf Kalla (JK). Pasangan Jokowi ini sebelumnya adalah sosok yang sama sekali tidak mendukung sang gubernur DKI Jakarta tersebut untuk memimpin Indonesia. Dalam sebuah wawancara di Bisnis Indonesia TV, secara terang benderang dia berucap Indonesia akan hancur jika dipimpin oleh mantan wali kota Solo tersebut. “Biarlah dulu dia fokus sebagai gubernur DKI. Jangan tiba-tiba dicampur aduk. Nanti negeri ini tidak punya nilai. Nanti kacau negeri ini,” begitu kata JK dalam wawancara yang diunggah ulang di Youtube dengan durasi 3 menit 52 detik.

JK juga menyoroti Jokowi yang terlalu cepat muncul. Penggemar musik cadas tersebut menurut JK lebih baik menjadi menteri dulu. “Kalau menteri, yah 100 persen kita dukung. Karena kalau menteri itu hari ini tidak cocok, besok kita ganti. Tapi kalau presidennya tidak cocok, ndak ada pengalaman, berbahaya. Lima tahun negeri itu menderita,” katanya.

Tapi kalimat JK tersebut keluar dari mulut jauh sebelum dia dipilih menjadi cawapres Jokowi. Setelah mendapat ‘jatah’ sebagai wakil, JK berbalik 180 derajat. “Pemimpin diukur bukan dari besar kecilnya yang dia pimpin, tapi caranya memimpin itu yang penting,” kata JK di Jakarta, Minggu (25/5), seperti disiarkan situs jusufkalla.info.

Sikap JK dinilai berbagai kalangan plin-plan. Kritik pedas pun dilontarkan aktivis ’98, Irwanto. Ia menganggap, pernyataan JK itu tidak konsisten. “Saya menganggap JK ibaratnya menjilat ludah sendiri. JK dulu dengan sekarang berbeda,” kata Kordinator Aliansi Ormas dan LSM (AOM) Jawa Timur itu.

Irwanto mengaku mengagumi JK dengan sosok kenegarawannya. Namun, ketika sikap tersebut berubah ia mengaku tidak simpatik lagi. Sepertinya ada ambisi untuk berkuasa lagi. Nah, sikap tersebut tidak mencerminkan sosok negarawan sejati.

“Berbeda ketika belum dipinang sebagai cawapres. Pak JK dengan tegas memberikan kritik-kritik keras terhadap kinerja Jokowi ketika menjabat sebagai Gubernur DKI. Pak JK pernah mengatakan ‘Jangan berpikir dulu jadi presiden’. Karena masyarakat mendukung itu baru dalam tahap harapan, nah harapannya itu harus dibuktikan,” ujar Irawanto.

Menanggapi berbagai kampanye hitam yang dilontarkan kepada pasangan Jokowi-JK, tim pemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla menyatakan akan menjawab bentuk kampanye negatif yang diarahkan lawan politiknya dengan santun dan cerdas.

“Itu suatu sikap dari kita,” tegas anggota Penasihat Tim Pemenangan, Sidarto Danusubroto saat ditemui Rakyat Merdeka Online (Grup Sumut Pos) seusai menghadiri Rapat Koordinasi Seknas Jokowi se-Jawa di Gedung Balai Serbaguna Senayan, Jakarta Minggu, (25/5).

Sidarto menegaskan pihaknya belum pernah melakukan kampanye negatif terhadap kubu Prabowo-Hatta. Ketua MPR RI itu juga mengatakan akan melakukan sosialisasi kepada seluruh relawan Jokowi-JK bahwa kampanye hitam tindakan yang tidak baik dalam demokrasi.

Oleh karena itu, pendukung pasangan capres-cawapres yang diusung PDIP, PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI harus melakukan kampanye dengan cerdas dan bersih. Misalnya, dengan menjelaskan kepada masyarakat soal visi misi tanpa menghina pasangan lain.

“Kita diserang, kita akan jawab dengan santun,” tegas dia.

Dari kubu Prabowo, tokoh-tokoh yang menganut paham yang semata-mata hendak mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari kesempatan yang ada tanpa berpegang pada prinsip tertentu juga ada. Sebut saja Amien Rais. Protagonis reformasi ini malah mendukung Prabowo yang selama ini dianggap sebagai antagonis reformasi.

Kalimat Amien yang memuji Prabowo terang benderang saat memberikan pidato dalam acara deklarasi pasangan Prabowo-Hatta Rajasa, Senin 19 Mei 2014 lalu. Raut wajah Prabowo, menurut Amien, mirip dengan Bung Karno bila dilihat dari samping dan dari depan mirip. Ditambah lagi dengan gaya Prabowo yang meledak-ledak dan tidak menggunakan teks saat berpidato maka kloplah kesoekarnoan Prabowo di mata Amien.

Masalahnya, 16 tahun yang lalu, tepatnya pada 10 September 1998, Amien mengatakan dukungannya pada Kontras untuk mengungkap kasus penculikan aktivis. Dukungan itu disampaikan Amien sebagai Ketua Umum PAN saat ditemui korban dan keluarga korban penculikan. “Pemeriksaan Prabowo dianggap seolah-olah sudah selesai dengan dicopot dari ABRI, dan diharapkan orang akan lupa kepada saudara-saudara kita yang kita cintai itu. Karena itu, dalam tempo yang secepat mungkin, saya dan Faisal Basri sebagai ketua dan sekjen PAN akan melayangkan surat kepada Presiden Habibie, Menhankam/ Pangab, dan juga departemen terkait seperti Kehakiman, Kejaksaan Agung, juga Kepolisian,” janji Amien saat itu yang dalam pertemuan itu didampingi pimpinan DPP PAN Faisal Basri dan AM Fatwa.

Karenanya, dukungan Amien kepada Prabowo pun menuai reaksi dari para aktivis penggiat HAM, dan nadanya kekecewaan. Wakil Direktur Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos menyatakan, dengan mendukung Prabowo, Amien terlihat menjadi bukanlah tokoh reformasi.

Bonar mengaku tak habis pikir dengan sikap Amien Rais. Ia sangat kecewa begitu mendengar orang yang dulu diberi gelar sebagai tokoh lokomotif reformasi, justru memberikan dukungan kepada Prabowo. Padahal, Prabowo adalah tokoh yang diduga bermasalah dengan HAM di era itu.

“Saya tidak heran dengan hal itu. Amien Rais sesungguhnya bukan penggerak reformasi, dia hanya pandai membaca arah waktu itu,” kata Bonar di Jakarta.

Bagi Bonar, menjadi hal yang wajar Amien mendukung Prabowo, jika melihat kiprahnya selama ini. Amien sekarang bukan lagi tokoh, tapi politisi praktis. Wajar bila kemudian Amien mendukung Prabowo karena hitung-hitungannya semata pragmatisme politik.

“Mungkin isu HAM atau kemanusiaan bukan suatu hal yang diprioritaskan. Kita masih jauh dari menciptakan politik yang beradab di negeri ini,” kata dia.

Koordinator KontraS, Haris Azhar, menambahkan Amien terlihat bukan lagi sebagai tokoh prodemokrasi. Tapi, Amien sama seperti politisi pragmatis lainnya, yang lebih berorientasi kepada kekuasaan. (jpnn/rbb/tom)

Transkrip Kritikan JK

Transkrip wawancara Jusuf Kalla di Bisnis Indonesia TV, diunggah ulang di youtube dengan judul, “JK: Kalo Jokowi Tiba2 Jadi Presiden Bisa HANCUR NEGERI ini”. Berikut transkrip wawancaranya:

Apa pendapat Anda soal Capres dari kaum muda?

Presiden Republik Indonesia cuman satu, bangsa ini 240 juta. Jangan presiden itu dipilih dengan pikiran menguji coba, dengan pikiran karena umur, harus karena kemampuan. Ada kemampuan, dengan kemampuan. Hampir semua pengetahuan itu diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman. Nah, kalau hanya sekadar umur, sangat berbahaya itu.

Kalau menteri, yah 100 persen kita dukung. Karena kalau menteri itu hari ini tidak cocok, besok kita ganti. Tapi kalau presidennya tidak cocok, ndak ada pengalaman, berbahaya. Lima tahun negeri itu menderita.

Dan lihatlah semua negara apapun, selalu presiden atau perdana menterinya melalui tahap-tahap. Lihat Singapura, dia menteri, wakil perdana menteri baru perdana menteri. Lee Hsien Loong itu, walau pun bapaknya perdana menteri. Lihat Malaysia, selalu menteri, menteri pendidikan, selalu menteri keuangan, baru wakil perdana menteri dan perdana menteri. Lihat India, perdana menterinya bertahun-tahun jadi menteri baru perdana menteri. Lihat Amerika. Amerika itu kalau bukan gubernur, dia senator. Jadi, bukan karena umur.

Bagaimana peluang mereka pada 2014?

Kalau dia muda, okay. Tapi syaratnya punya pengalaman. Jangan karena dia muda, akhirnya diuji coba negeri ini. Berapa risikonya, 240 juta orang (menderita) jadinya kalau gagal, gitu kan? Jadi harus orang yang punya track record. Sangat baik kalau dia muda, tapi yang lebih penting daripada umur ialah track record dan pengalaman.

Siapa bilang Jokowi itu tidak punya pengalaman?

Dia kan gubernur DKI. Pengalamannya jadi wali kota Solo. tapi jangan tiba-tiba, karena dia terkenal di Jakarta tiba-tiba dicalonkan presiden. Bisa hancur negeri ini, bisa masalah negeri ini.

Yah, kalau sukses di DKI, yah silakan. Saya sendiri mau usulkan dia. supaya satu tingkat di atasnya. karena saya anggap baik di Solo, maka bisa naik di atasnya yaitu DKI. Biarlah dia di DKI dulu.

Itu kan hanya masalah popularitas, belum membuktikan bahwa dia mampu mengurus Jakarta. Kalau dia mampu mengurus Jakarta dengan sangat baik, otomatis punya kemampuan untuk mengurus negeri ini.

Saya kira kita tidak bicara seperti itu, janganlah dicampuradukkan Jokowi itu. Biarlah dulu dia fokus sebagai gubernur DKI. Jangan tiba-tiba dicampur aduk. nanti negeri ini tidak punya nilai. Nanti kacau negeri ini.

Persiapan Anda Menjadi capres, dan partai mana yang sudah melamar Anda?

Saya kira bukan lamar melamar. Kita lihat pada waktunya nanti. (*)

Arti kawan dan lawan dalam dunia politik sangat tipis. Jika sebelumnya menjadi kawan, hari ini sang kawan bisa menjadi lawan. Begitupun yang terjadi pada dua bakal calon presiden (capres), Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto. Kedua bakal capres ini ternyata didukung oleh tokoh-tokoh yang menganut oportunisme.

jokowi jk kartun-sumutpos

Sebut saja Jusuf Kalla (JK). Pasangan Jokowi ini sebelumnya adalah sosok yang sama sekali tidak mendukung sang gubernur DKI Jakarta tersebut untuk memimpin Indonesia. Dalam sebuah wawancara di Bisnis Indonesia TV, secara terang benderang dia berucap Indonesia akan hancur jika dipimpin oleh mantan wali kota Solo tersebut. “Biarlah dulu dia fokus sebagai gubernur DKI. Jangan tiba-tiba dicampur aduk. Nanti negeri ini tidak punya nilai. Nanti kacau negeri ini,” begitu kata JK dalam wawancara yang diunggah ulang di Youtube dengan durasi 3 menit 52 detik.

JK juga menyoroti Jokowi yang terlalu cepat muncul. Penggemar musik cadas tersebut menurut JK lebih baik menjadi menteri dulu. “Kalau menteri, yah 100 persen kita dukung. Karena kalau menteri itu hari ini tidak cocok, besok kita ganti. Tapi kalau presidennya tidak cocok, ndak ada pengalaman, berbahaya. Lima tahun negeri itu menderita,” katanya.

Tapi kalimat JK tersebut keluar dari mulut jauh sebelum dia dipilih menjadi cawapres Jokowi. Setelah mendapat ‘jatah’ sebagai wakil, JK berbalik 180 derajat. “Pemimpin diukur bukan dari besar kecilnya yang dia pimpin, tapi caranya memimpin itu yang penting,” kata JK di Jakarta, Minggu (25/5), seperti disiarkan situs jusufkalla.info.

Sikap JK dinilai berbagai kalangan plin-plan. Kritik pedas pun dilontarkan aktivis ’98, Irwanto. Ia menganggap, pernyataan JK itu tidak konsisten. “Saya menganggap JK ibaratnya menjilat ludah sendiri. JK dulu dengan sekarang berbeda,” kata Kordinator Aliansi Ormas dan LSM (AOM) Jawa Timur itu.

Irwanto mengaku mengagumi JK dengan sosok kenegarawannya. Namun, ketika sikap tersebut berubah ia mengaku tidak simpatik lagi. Sepertinya ada ambisi untuk berkuasa lagi. Nah, sikap tersebut tidak mencerminkan sosok negarawan sejati.

“Berbeda ketika belum dipinang sebagai cawapres. Pak JK dengan tegas memberikan kritik-kritik keras terhadap kinerja Jokowi ketika menjabat sebagai Gubernur DKI. Pak JK pernah mengatakan ‘Jangan berpikir dulu jadi presiden’. Karena masyarakat mendukung itu baru dalam tahap harapan, nah harapannya itu harus dibuktikan,” ujar Irawanto.

Menanggapi berbagai kampanye hitam yang dilontarkan kepada pasangan Jokowi-JK, tim pemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla menyatakan akan menjawab bentuk kampanye negatif yang diarahkan lawan politiknya dengan santun dan cerdas.

“Itu suatu sikap dari kita,” tegas anggota Penasihat Tim Pemenangan, Sidarto Danusubroto saat ditemui Rakyat Merdeka Online (Grup Sumut Pos) seusai menghadiri Rapat Koordinasi Seknas Jokowi se-Jawa di Gedung Balai Serbaguna Senayan, Jakarta Minggu, (25/5).

Sidarto menegaskan pihaknya belum pernah melakukan kampanye negatif terhadap kubu Prabowo-Hatta. Ketua MPR RI itu juga mengatakan akan melakukan sosialisasi kepada seluruh relawan Jokowi-JK bahwa kampanye hitam tindakan yang tidak baik dalam demokrasi.

Oleh karena itu, pendukung pasangan capres-cawapres yang diusung PDIP, PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI harus melakukan kampanye dengan cerdas dan bersih. Misalnya, dengan menjelaskan kepada masyarakat soal visi misi tanpa menghina pasangan lain.

“Kita diserang, kita akan jawab dengan santun,” tegas dia.

Dari kubu Prabowo, tokoh-tokoh yang menganut paham yang semata-mata hendak mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari kesempatan yang ada tanpa berpegang pada prinsip tertentu juga ada. Sebut saja Amien Rais. Protagonis reformasi ini malah mendukung Prabowo yang selama ini dianggap sebagai antagonis reformasi.

Kalimat Amien yang memuji Prabowo terang benderang saat memberikan pidato dalam acara deklarasi pasangan Prabowo-Hatta Rajasa, Senin 19 Mei 2014 lalu. Raut wajah Prabowo, menurut Amien, mirip dengan Bung Karno bila dilihat dari samping dan dari depan mirip. Ditambah lagi dengan gaya Prabowo yang meledak-ledak dan tidak menggunakan teks saat berpidato maka kloplah kesoekarnoan Prabowo di mata Amien.

Masalahnya, 16 tahun yang lalu, tepatnya pada 10 September 1998, Amien mengatakan dukungannya pada Kontras untuk mengungkap kasus penculikan aktivis. Dukungan itu disampaikan Amien sebagai Ketua Umum PAN saat ditemui korban dan keluarga korban penculikan. “Pemeriksaan Prabowo dianggap seolah-olah sudah selesai dengan dicopot dari ABRI, dan diharapkan orang akan lupa kepada saudara-saudara kita yang kita cintai itu. Karena itu, dalam tempo yang secepat mungkin, saya dan Faisal Basri sebagai ketua dan sekjen PAN akan melayangkan surat kepada Presiden Habibie, Menhankam/ Pangab, dan juga departemen terkait seperti Kehakiman, Kejaksaan Agung, juga Kepolisian,” janji Amien saat itu yang dalam pertemuan itu didampingi pimpinan DPP PAN Faisal Basri dan AM Fatwa.

Karenanya, dukungan Amien kepada Prabowo pun menuai reaksi dari para aktivis penggiat HAM, dan nadanya kekecewaan. Wakil Direktur Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos menyatakan, dengan mendukung Prabowo, Amien terlihat menjadi bukanlah tokoh reformasi.

Bonar mengaku tak habis pikir dengan sikap Amien Rais. Ia sangat kecewa begitu mendengar orang yang dulu diberi gelar sebagai tokoh lokomotif reformasi, justru memberikan dukungan kepada Prabowo. Padahal, Prabowo adalah tokoh yang diduga bermasalah dengan HAM di era itu.

“Saya tidak heran dengan hal itu. Amien Rais sesungguhnya bukan penggerak reformasi, dia hanya pandai membaca arah waktu itu,” kata Bonar di Jakarta.

Bagi Bonar, menjadi hal yang wajar Amien mendukung Prabowo, jika melihat kiprahnya selama ini. Amien sekarang bukan lagi tokoh, tapi politisi praktis. Wajar bila kemudian Amien mendukung Prabowo karena hitung-hitungannya semata pragmatisme politik.

“Mungkin isu HAM atau kemanusiaan bukan suatu hal yang diprioritaskan. Kita masih jauh dari menciptakan politik yang beradab di negeri ini,” kata dia.

Koordinator KontraS, Haris Azhar, menambahkan Amien terlihat bukan lagi sebagai tokoh prodemokrasi. Tapi, Amien sama seperti politisi pragmatis lainnya, yang lebih berorientasi kepada kekuasaan. (jpnn/rbb/tom)

Transkrip Kritikan JK

Transkrip wawancara Jusuf Kalla di Bisnis Indonesia TV, diunggah ulang di youtube dengan judul, “JK: Kalo Jokowi Tiba2 Jadi Presiden Bisa HANCUR NEGERI ini”. Berikut transkrip wawancaranya:

Apa pendapat Anda soal Capres dari kaum muda?

Presiden Republik Indonesia cuman satu, bangsa ini 240 juta. Jangan presiden itu dipilih dengan pikiran menguji coba, dengan pikiran karena umur, harus karena kemampuan. Ada kemampuan, dengan kemampuan. Hampir semua pengetahuan itu diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman. Nah, kalau hanya sekadar umur, sangat berbahaya itu.

Kalau menteri, yah 100 persen kita dukung. Karena kalau menteri itu hari ini tidak cocok, besok kita ganti. Tapi kalau presidennya tidak cocok, ndak ada pengalaman, berbahaya. Lima tahun negeri itu menderita.

Dan lihatlah semua negara apapun, selalu presiden atau perdana menterinya melalui tahap-tahap. Lihat Singapura, dia menteri, wakil perdana menteri baru perdana menteri. Lee Hsien Loong itu, walau pun bapaknya perdana menteri. Lihat Malaysia, selalu menteri, menteri pendidikan, selalu menteri keuangan, baru wakil perdana menteri dan perdana menteri. Lihat India, perdana menterinya bertahun-tahun jadi menteri baru perdana menteri. Lihat Amerika. Amerika itu kalau bukan gubernur, dia senator. Jadi, bukan karena umur.

Bagaimana peluang mereka pada 2014?

Kalau dia muda, okay. Tapi syaratnya punya pengalaman. Jangan karena dia muda, akhirnya diuji coba negeri ini. Berapa risikonya, 240 juta orang (menderita) jadinya kalau gagal, gitu kan? Jadi harus orang yang punya track record. Sangat baik kalau dia muda, tapi yang lebih penting daripada umur ialah track record dan pengalaman.

Siapa bilang Jokowi itu tidak punya pengalaman?

Dia kan gubernur DKI. Pengalamannya jadi wali kota Solo. tapi jangan tiba-tiba, karena dia terkenal di Jakarta tiba-tiba dicalonkan presiden. Bisa hancur negeri ini, bisa masalah negeri ini.

Yah, kalau sukses di DKI, yah silakan. Saya sendiri mau usulkan dia. supaya satu tingkat di atasnya. karena saya anggap baik di Solo, maka bisa naik di atasnya yaitu DKI. Biarlah dia di DKI dulu.

Itu kan hanya masalah popularitas, belum membuktikan bahwa dia mampu mengurus Jakarta. Kalau dia mampu mengurus Jakarta dengan sangat baik, otomatis punya kemampuan untuk mengurus negeri ini.

Saya kira kita tidak bicara seperti itu, janganlah dicampuradukkan Jokowi itu. Biarlah dulu dia fokus sebagai gubernur DKI. Jangan tiba-tiba dicampur aduk. nanti negeri ini tidak punya nilai. Nanti kacau negeri ini.

Persiapan Anda Menjadi capres, dan partai mana yang sudah melamar Anda?

Saya kira bukan lamar melamar. Kita lihat pada waktunya nanti. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/