Selain itu, Joni akan menghindari kerja sama yang bersifat insidental. Contohnya, pengadaan mobil listrik dalam KTT APEC. Memang itu mendadak dan menimbulkan kesan pesanan. Joni akan lebih berfokus pada kerja sama yang sifatnya terencana. Misalnya, yang digagas Kemendikbud pada 2012. Saat itu ada lima PTN, termasuk ITS, yang dipanggil presiden untuk mengembangkan mobil listrik nasional (molina).
Nah, untuk program dari pemerintah yang terencana seperti itu, Joni akan tetap welcome. Pada prinsipnya, visi PTN adalah mengembangkan riset, teknologi, dan sains. Visi tersebut harus terus dijalankan dengan lebih berhati-hati memilih rekanan. “Kami lebih tertarik bekerja sama dengan industri swasta, bisa dalam bidang maritim, energi, otomotif, dan lainnya,” paparnya.
Joni juga mengungkapkan, mobil listrik yang sebelumnya dipamerkan dalam KTT APEC di Bali pada 2013 dan kini sebagian disita Kejagung itu memang akan dihibahkan ke ITS. Namun, hingga sekarang ITS belum menerima mobil tersebut. “Mobilnya belum sampai, kami juga tidak tahu sekarang di mana,” ujarnya.
Namun, untuk riset dan pengembangan mobil sumbangan PT Pertamina senilai Rp 2 miliar yang dikirim pada awal tahun ini, Joni mengaku masih berlangsung. Tapi, untuk lebih detailnya, Joni mengarahkan Jawa Pos agar menanyakan langsung kepada Ketua Tim Mobil Listrik ITS Muhammad Nur Yuniarto. Sayangnya, ketika dihubungi, Nur Yuniarto yang biasanya akrab dengan media itu menolak berkomentar mengenai semua hal yang berhubungan dengan mobil listrik. (wan/ika/ina/c7/kim/jpnn/rbb)