25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kejar Jaringan Pepi, Polisi Sisir Aceh

Tanam Bom Sejak 2010, Lupa Posisinya

JAKARTA- Kelompok Pepi Fernando alias Romi diyakini sudah bergerak sejak awal 2010. Selama berbulan-bulan beroperasi, regu maut sudah memiliki jaringan hingga ke ujung barat Indonesia. Saat ini, tim penyidik Mabes Polri sedang berusaha mengurai jaringan otak bom buku dan bom di Serpong ini dengan menyisir kelompok ini mulai dari Jakarta hingga Naggroe Aceh Darussalam (NAD). Rumah tempat penangkapan Pepi, Hendi alias Joko, F di Aceh disisir untuk mencari kemungkinan adanya bom.

Menurut seorang warga Aceh, Bram, penyisiran di Aceh dilakukan di Jalan Taman Siswa, kawasan Merduati, Kota Banda Aceh, mulai pukul 16.00 WIB. “Mereka menyisir bom, sampai Jalan Taman Siswa ditutup,” kata Bram.
Pemantauan Bram, ada sekitar puluhan anggota kepolisian dari unsur Gegana, Densus 88 Antiteror, dan Samapta bergerak di sekitar rumah, sementara warga hanya bisa melihat dari jarak cukup jauh. “Kita belum lihat ada bomnya apa enggak,” ucapnya.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar mengamini adanya penggeledahan itu. Namun dia belum bisa memastikan barang apa saja yang diperoleh. “Penggeledahan saja, yang ditemukan apa, nanti ya infonya,” imbuh Boyn

Ide jahat kelompok Pepi Fernando ternyata sudah dirancang sejak setahun lalu. Bahkan, Pepi berencana meledakkan tol Cawang, Jakarta Timur. Mereka menanam bom sejak Agustus 2010 tapi gagal meledak hingga tadi malam.
“Sampai jam ini belum ketemu,” kata sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) tadi malam pukul 23.00 WIB. Dia ikut membawa Pepi Fernando ke lokasi penanaman bom di depan Kodam Jaya, Jakarta Timur. Jika sukses, bom itu diharapkan meledak saat iring-iringan pejabat negara yang sering lewat lokasi itu.

Pepi dibawa dengan diborgol dengan kaos ditutupkan ke mukanya. Dia dibawa dengan penjagaan super ketat. “Dia lupa,” katanya. Hal ini cukup mencemaskan karena menurut pengakuan Pepi, ada sekitar 10 rangkaian dengan daya ledak serupa dengan bom di Serpong. “Besok (hari ini) pagi-pagi akan kita lanjutkan penyisiran,” kata perwira ini.
Rangkaian bom untuk tol Cawang diletakkan di sekitar Kodam Jaya dan kantor Asuransi ABRI (Asabri). “Tadi, setelah proses pemeriksaan saudara Pepi, diperoleh info bahwa sekitar Agustus 2010, mereka pernah menempatkan paket bom di bawah flyover, depan UKI Cawang, berseberang dengan kantor ASABRI,” kata Kabagpenum Kombes Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri kemarin.

Pepi Fernando, mengaku lupa lantaran bom ditanam di bulan Ramadan 2010. “Dilaporkan sampai terakhir belum ditemukan bom tersebut. Setelah dilakukan penyisiran di lokasi, tim Jihandak dan bom belum ditemukan paket bom yang disampaikan dia,?katanya.

Saat diperiksa penyidik Selasa siang, Pepi mengaku pernah menanam paket bom berdaya ledak cukup besar di dalam tanah, di bawah flyover tol Cawang bersama Jokaw dan Maulana.

Saat ini tim penyidik Mabes Polri sedang berusaha mencari donaturnya. “Sementara ini, masih diduga patungan. Terutama yang paling besar dari Pepi. Tapi, kita sedang cari kalau ada pihak lain,” ujar Boy Rafli.
Bisnis Pepi di antaranya jasa percetakan, bisnis batu giok, dan rental mobil. “Kalau dari pengakuan sementara dananya dari sana,” katanya. Pepi juga pernah bekerja sebagai pembuat film dokumenter dan wartawan infotainment.

Sejumlah warga di sekitar kediaman mertua Pepi di perumahan Harapan Indah, Bekasi mengaku sering melihat tamu-tamu bermobil mewah masuk ke rumah Pepi. Namun, tamu itu tidak pernah keluar sebelum mobil masuk ke pelataran.

Sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) di kepolisian menjelaskan, untuk mengurai pendanaan kelompok Pepi cukup rumit.  Angka yang diperoleh berdasar pengakuan Pepi, sekitar Rp100 juta. “Ini agak susah, sebab tidak ada donator tunggal per proyek (bom). Tapi modelnya itu iuran,” katanya.

Beberapa tersangka yang ditangkap mengaku tidak tahu menahu dengan rencana pengeboman. Mereka membantu Pepi semata-mata karena Pepi adalah bosnya. “Tapi, bisa saja ini bohong,” katanya.
Dilihat dari  tingkat pendidikan para tersangka, rata-rata lulusan SMA. “Artinya, mereka terdidik dan paham apa yang dilakukan. Bukan karena ikut-ikutan,” tambahnya.

Selain mencari donator, polisi juga mengembangkan penyidikan ke tokoh-tokoh yang pernah ’mendidik’ Pepi dan mengubahnya menjadi radikal. Diantaranya, dengan menelusuri jejak buku-buku yang ditemukan di rumah mertua Pepi.

“Beberapa buku yang ditemukan di rumah mertua Pepi sudah disita dan sedang dianalisa,” kata Boy Rafli Amar. Buku-buku yang disita itu antara lain; Konsepsi Negara Demokrasi Indonesia, Sepak Terjang KW 9 Abu Toto Menyelewengkan NII Pasca Kartosoewiryo, Mega Proyek Kedua Alqaida, Prinsip Jihad Dr Abdullah Azzam, Penggetar Iman di Medan Jihad, 53 Tahun Aceh Merdeka di bawah Pemerintahan Ratu, Membina Angkatan Mujahidin dan Jihad dan Khas Kelompok yang Dijanjikan.

Judul buku ini adalah buku-buku yang menjadi bacaan Pepi. Dan bukan buku yang akan dijadikan bom buku. “Yang saya omongin ini buku betulan,” katanya. Sementara buku yang akan dijadikan bom buku dibuat oleh tersangka berinisial F. “Yang namanya F itu yang buat. Dia yang buat cover buku sebagai casing bom,” katanya.

Kader Tiga Perakit

Kualitas Pepi Fernando di bidang teror meneror memang masih baru. Tapi mengurai jaringan Pepi yang mampu belajar dengan cepat cara merangkai bom, dirasa sangat penting. Walau belum pernah sekalipun pergi ke medan “jihad” nyata, Pepi bisa menciptakan bom buku dan bom pipa.

Dari hasil pemeriksaan sementara, ada empat orang kader perakit kelompok Pepi. Yakni, Pepi, Jakow, Ferdian, dan Faisal. “Mereka bersama-sama merakit, semua belajar sendiri, pengakuan sementara seperti itu,” papar Boy Rafli lagi. Pepi , Jakow, dan Ferdian ditangkap bersamaan di Aceh, Kamis (21/4). Sementara Faisal ditangkap di Kramat Jati, Jakarta Timur, di hari yang sama.

“Mereka ini bisa menggunakan pipa dan korek gas. Itu ciri khas mereka,” kata mantan Kanit Negosiasi Densus 88 Mabes Polri ini. Berdasar pengakuan, mereka tidak pernah berguru pada instruktur. “Tapi, ini mirip dengan rangkaian bom JW Marriot (2009) hanya lebih sederhana. Karena itu kita selidiki ada kaitannya atau tidak,” tambah Boy.

Kemarin, warga Jakarta Timur kembali digemparkan dengan adanya penemuan dua paket mencurigakan, di tempat berbeda yang diduga sebagai bom. Masing-masing adalah satu paket dalam koper merk Polo warna hitam, ditemukan di depan gudang tripleks di Jalan Tanahkoja Dua, Jatinegara Kaum dan sebuah plastik ditemukan di Pintu Air Cililitan. Kasus tersebut ditangani Polsektro Pulogadung dan Kramatjati. Dugaan sementara, paket di Cililitan merupakan bom berdaya ledak rendah.

Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, menyebutkan, paket pertama ditemukan oleh Muhammad Samsu, 44, pada pukul 17.15, seorang petugas kebersihan Kali Baru Cililitan. Saat sedang membersihkan sampah di pintu air, ia menemukan sebungkus plastik hitam yang di dalamnya terdapat kotak putih. Namun saat diambil terasa berat sehingga curiga.

Kemudian ia melaporkan penemuan benda tersebut pada rekan seprofesinya, Sutisna, 45. Oleh keduanya akhirnya bungkusan plastik hitam itu dipindah ke bantaran kali. “Saya pikir itu sampah biasa tapi kok setelah saya dekati sepertinya ada kotak, yang biasa digunakaan untuk menyimpan nasi anak-anak sekolah. Akhirnya dipindahkan oleh teman saya ke pinggir kali, dekat jembatan,” kata Muhammad Samsul, warga Kampung Bali, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan.

Selanjutnya keduanya melaporkan penemuan benda tersebut ke Pospol Cililitan yang letaknya hanya berjarak sekitar 50 meter. Laporan tersebut dilanjutkan ke Gegana. Pada pukul 10.30 akhirnya tim Gegana tiba di lokasi kejadian dan langsung menyisir TKP. Kemudian melakukan pemeriksaan dengan metal detektor terhadap benda tersebut. Ternyata metal berbunyi, menunjukkan adanya benda logam dalam kotak tersebut. Agar proses pemeriksaan berjalan aman dan lancar maka Jl Dewi Sartika langsung diblokir sementara.

Benda tersebut akhirnya didisposal atau dicerai beraikan oleh tim Gegana pada pukul 11.45 dengan menggunakan peralatan canggih. Pelda M Safrudin, petugas Babinsa 1 Kelurahan Cililitan, mengatakan, dalam kotak berukuran 20×30 ini berisi empat unit batere, paralon ukuran 1 inc, potongan kabel warna merah dan hitam, jam pengatur waktu. “Penemu pertama adalah petugas kebersihan, yang biasa membersihkan sampah di pintu air Cililitan,” kata Pelda M Syafrudin.

Sedangkan Humas Polres Metro Jakarta Timur, Kompol Didik Haryadi, mengatakan, sebelum didisposal polisi melakukan sterilisasi lingkungan agar masyarakat aman. Garis polisi juga dipasang di sekitar lokasi kejadian. “Ternyata hasil pemeriksaan kami, tidak ditemukan adanya unsur peledak di dalam kotak tersebut. Jadi ini bukan paket bom,” kata Kompol Didik Haryadi.

Paket mencurigakan juga gemparkan warga RT 02/02 Jl Tanah Koja, Jatinegara Kaum, Pulogadung. Bentuknya adalah sebuah koper hitam merk Polo yang digeletakkan begitu saja di depan Gudang Tripleks. Penemu pertama adalah Ahmad Sailuh, 44, seorang tukang ojek di kawasan tersebut pada pukul 07.30. “Tadi pagi ada dua orang mengendarai motor Supra X. Namun tiba-tiba di depan gudang tripleks ini berhenti, dan langsung meletakkan koper hitam di depan gudang. Karena saya curiga maka langsung lapor ke Bimas kelurahan,” katanya.

Laporan tersebut ditindaklanjuti ke tim Gegana. Sehingga pada pukul” 09.30, langsung dilakukan penyisiran dan pemeriksaan di lokasi kejadian. Humas Polsektro Pulogadung, Iptu Abdul Chafid, mengatakan, koper tersebut tidak didisposal oleh tim Gegana, akan tetapi hanya diperiksa menggunakan metal detektor. “Setelah diperiksa dan dibuka ternyata isinya hanya buku agenda dan CD. Seluruh benda itu sudah kita amankan,” katanya.(bbs/rdl/kuh/iro/mos/jpnn)

Tanam Bom Sejak 2010, Lupa Posisinya

JAKARTA- Kelompok Pepi Fernando alias Romi diyakini sudah bergerak sejak awal 2010. Selama berbulan-bulan beroperasi, regu maut sudah memiliki jaringan hingga ke ujung barat Indonesia. Saat ini, tim penyidik Mabes Polri sedang berusaha mengurai jaringan otak bom buku dan bom di Serpong ini dengan menyisir kelompok ini mulai dari Jakarta hingga Naggroe Aceh Darussalam (NAD). Rumah tempat penangkapan Pepi, Hendi alias Joko, F di Aceh disisir untuk mencari kemungkinan adanya bom.

Menurut seorang warga Aceh, Bram, penyisiran di Aceh dilakukan di Jalan Taman Siswa, kawasan Merduati, Kota Banda Aceh, mulai pukul 16.00 WIB. “Mereka menyisir bom, sampai Jalan Taman Siswa ditutup,” kata Bram.
Pemantauan Bram, ada sekitar puluhan anggota kepolisian dari unsur Gegana, Densus 88 Antiteror, dan Samapta bergerak di sekitar rumah, sementara warga hanya bisa melihat dari jarak cukup jauh. “Kita belum lihat ada bomnya apa enggak,” ucapnya.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar mengamini adanya penggeledahan itu. Namun dia belum bisa memastikan barang apa saja yang diperoleh. “Penggeledahan saja, yang ditemukan apa, nanti ya infonya,” imbuh Boyn

Ide jahat kelompok Pepi Fernando ternyata sudah dirancang sejak setahun lalu. Bahkan, Pepi berencana meledakkan tol Cawang, Jakarta Timur. Mereka menanam bom sejak Agustus 2010 tapi gagal meledak hingga tadi malam.
“Sampai jam ini belum ketemu,” kata sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) tadi malam pukul 23.00 WIB. Dia ikut membawa Pepi Fernando ke lokasi penanaman bom di depan Kodam Jaya, Jakarta Timur. Jika sukses, bom itu diharapkan meledak saat iring-iringan pejabat negara yang sering lewat lokasi itu.

Pepi dibawa dengan diborgol dengan kaos ditutupkan ke mukanya. Dia dibawa dengan penjagaan super ketat. “Dia lupa,” katanya. Hal ini cukup mencemaskan karena menurut pengakuan Pepi, ada sekitar 10 rangkaian dengan daya ledak serupa dengan bom di Serpong. “Besok (hari ini) pagi-pagi akan kita lanjutkan penyisiran,” kata perwira ini.
Rangkaian bom untuk tol Cawang diletakkan di sekitar Kodam Jaya dan kantor Asuransi ABRI (Asabri). “Tadi, setelah proses pemeriksaan saudara Pepi, diperoleh info bahwa sekitar Agustus 2010, mereka pernah menempatkan paket bom di bawah flyover, depan UKI Cawang, berseberang dengan kantor ASABRI,” kata Kabagpenum Kombes Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri kemarin.

Pepi Fernando, mengaku lupa lantaran bom ditanam di bulan Ramadan 2010. “Dilaporkan sampai terakhir belum ditemukan bom tersebut. Setelah dilakukan penyisiran di lokasi, tim Jihandak dan bom belum ditemukan paket bom yang disampaikan dia,?katanya.

Saat diperiksa penyidik Selasa siang, Pepi mengaku pernah menanam paket bom berdaya ledak cukup besar di dalam tanah, di bawah flyover tol Cawang bersama Jokaw dan Maulana.

Saat ini tim penyidik Mabes Polri sedang berusaha mencari donaturnya. “Sementara ini, masih diduga patungan. Terutama yang paling besar dari Pepi. Tapi, kita sedang cari kalau ada pihak lain,” ujar Boy Rafli.
Bisnis Pepi di antaranya jasa percetakan, bisnis batu giok, dan rental mobil. “Kalau dari pengakuan sementara dananya dari sana,” katanya. Pepi juga pernah bekerja sebagai pembuat film dokumenter dan wartawan infotainment.

Sejumlah warga di sekitar kediaman mertua Pepi di perumahan Harapan Indah, Bekasi mengaku sering melihat tamu-tamu bermobil mewah masuk ke rumah Pepi. Namun, tamu itu tidak pernah keluar sebelum mobil masuk ke pelataran.

Sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) di kepolisian menjelaskan, untuk mengurai pendanaan kelompok Pepi cukup rumit.  Angka yang diperoleh berdasar pengakuan Pepi, sekitar Rp100 juta. “Ini agak susah, sebab tidak ada donator tunggal per proyek (bom). Tapi modelnya itu iuran,” katanya.

Beberapa tersangka yang ditangkap mengaku tidak tahu menahu dengan rencana pengeboman. Mereka membantu Pepi semata-mata karena Pepi adalah bosnya. “Tapi, bisa saja ini bohong,” katanya.
Dilihat dari  tingkat pendidikan para tersangka, rata-rata lulusan SMA. “Artinya, mereka terdidik dan paham apa yang dilakukan. Bukan karena ikut-ikutan,” tambahnya.

Selain mencari donator, polisi juga mengembangkan penyidikan ke tokoh-tokoh yang pernah ’mendidik’ Pepi dan mengubahnya menjadi radikal. Diantaranya, dengan menelusuri jejak buku-buku yang ditemukan di rumah mertua Pepi.

“Beberapa buku yang ditemukan di rumah mertua Pepi sudah disita dan sedang dianalisa,” kata Boy Rafli Amar. Buku-buku yang disita itu antara lain; Konsepsi Negara Demokrasi Indonesia, Sepak Terjang KW 9 Abu Toto Menyelewengkan NII Pasca Kartosoewiryo, Mega Proyek Kedua Alqaida, Prinsip Jihad Dr Abdullah Azzam, Penggetar Iman di Medan Jihad, 53 Tahun Aceh Merdeka di bawah Pemerintahan Ratu, Membina Angkatan Mujahidin dan Jihad dan Khas Kelompok yang Dijanjikan.

Judul buku ini adalah buku-buku yang menjadi bacaan Pepi. Dan bukan buku yang akan dijadikan bom buku. “Yang saya omongin ini buku betulan,” katanya. Sementara buku yang akan dijadikan bom buku dibuat oleh tersangka berinisial F. “Yang namanya F itu yang buat. Dia yang buat cover buku sebagai casing bom,” katanya.

Kader Tiga Perakit

Kualitas Pepi Fernando di bidang teror meneror memang masih baru. Tapi mengurai jaringan Pepi yang mampu belajar dengan cepat cara merangkai bom, dirasa sangat penting. Walau belum pernah sekalipun pergi ke medan “jihad” nyata, Pepi bisa menciptakan bom buku dan bom pipa.

Dari hasil pemeriksaan sementara, ada empat orang kader perakit kelompok Pepi. Yakni, Pepi, Jakow, Ferdian, dan Faisal. “Mereka bersama-sama merakit, semua belajar sendiri, pengakuan sementara seperti itu,” papar Boy Rafli lagi. Pepi , Jakow, dan Ferdian ditangkap bersamaan di Aceh, Kamis (21/4). Sementara Faisal ditangkap di Kramat Jati, Jakarta Timur, di hari yang sama.

“Mereka ini bisa menggunakan pipa dan korek gas. Itu ciri khas mereka,” kata mantan Kanit Negosiasi Densus 88 Mabes Polri ini. Berdasar pengakuan, mereka tidak pernah berguru pada instruktur. “Tapi, ini mirip dengan rangkaian bom JW Marriot (2009) hanya lebih sederhana. Karena itu kita selidiki ada kaitannya atau tidak,” tambah Boy.

Kemarin, warga Jakarta Timur kembali digemparkan dengan adanya penemuan dua paket mencurigakan, di tempat berbeda yang diduga sebagai bom. Masing-masing adalah satu paket dalam koper merk Polo warna hitam, ditemukan di depan gudang tripleks di Jalan Tanahkoja Dua, Jatinegara Kaum dan sebuah plastik ditemukan di Pintu Air Cililitan. Kasus tersebut ditangani Polsektro Pulogadung dan Kramatjati. Dugaan sementara, paket di Cililitan merupakan bom berdaya ledak rendah.

Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, menyebutkan, paket pertama ditemukan oleh Muhammad Samsu, 44, pada pukul 17.15, seorang petugas kebersihan Kali Baru Cililitan. Saat sedang membersihkan sampah di pintu air, ia menemukan sebungkus plastik hitam yang di dalamnya terdapat kotak putih. Namun saat diambil terasa berat sehingga curiga.

Kemudian ia melaporkan penemuan benda tersebut pada rekan seprofesinya, Sutisna, 45. Oleh keduanya akhirnya bungkusan plastik hitam itu dipindah ke bantaran kali. “Saya pikir itu sampah biasa tapi kok setelah saya dekati sepertinya ada kotak, yang biasa digunakaan untuk menyimpan nasi anak-anak sekolah. Akhirnya dipindahkan oleh teman saya ke pinggir kali, dekat jembatan,” kata Muhammad Samsul, warga Kampung Bali, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan.

Selanjutnya keduanya melaporkan penemuan benda tersebut ke Pospol Cililitan yang letaknya hanya berjarak sekitar 50 meter. Laporan tersebut dilanjutkan ke Gegana. Pada pukul 10.30 akhirnya tim Gegana tiba di lokasi kejadian dan langsung menyisir TKP. Kemudian melakukan pemeriksaan dengan metal detektor terhadap benda tersebut. Ternyata metal berbunyi, menunjukkan adanya benda logam dalam kotak tersebut. Agar proses pemeriksaan berjalan aman dan lancar maka Jl Dewi Sartika langsung diblokir sementara.

Benda tersebut akhirnya didisposal atau dicerai beraikan oleh tim Gegana pada pukul 11.45 dengan menggunakan peralatan canggih. Pelda M Safrudin, petugas Babinsa 1 Kelurahan Cililitan, mengatakan, dalam kotak berukuran 20×30 ini berisi empat unit batere, paralon ukuran 1 inc, potongan kabel warna merah dan hitam, jam pengatur waktu. “Penemu pertama adalah petugas kebersihan, yang biasa membersihkan sampah di pintu air Cililitan,” kata Pelda M Syafrudin.

Sedangkan Humas Polres Metro Jakarta Timur, Kompol Didik Haryadi, mengatakan, sebelum didisposal polisi melakukan sterilisasi lingkungan agar masyarakat aman. Garis polisi juga dipasang di sekitar lokasi kejadian. “Ternyata hasil pemeriksaan kami, tidak ditemukan adanya unsur peledak di dalam kotak tersebut. Jadi ini bukan paket bom,” kata Kompol Didik Haryadi.

Paket mencurigakan juga gemparkan warga RT 02/02 Jl Tanah Koja, Jatinegara Kaum, Pulogadung. Bentuknya adalah sebuah koper hitam merk Polo yang digeletakkan begitu saja di depan Gudang Tripleks. Penemu pertama adalah Ahmad Sailuh, 44, seorang tukang ojek di kawasan tersebut pada pukul 07.30. “Tadi pagi ada dua orang mengendarai motor Supra X. Namun tiba-tiba di depan gudang tripleks ini berhenti, dan langsung meletakkan koper hitam di depan gudang. Karena saya curiga maka langsung lapor ke Bimas kelurahan,” katanya.

Laporan tersebut ditindaklanjuti ke tim Gegana. Sehingga pada pukul” 09.30, langsung dilakukan penyisiran dan pemeriksaan di lokasi kejadian. Humas Polsektro Pulogadung, Iptu Abdul Chafid, mengatakan, koper tersebut tidak didisposal oleh tim Gegana, akan tetapi hanya diperiksa menggunakan metal detektor. “Setelah diperiksa dan dibuka ternyata isinya hanya buku agenda dan CD. Seluruh benda itu sudah kita amankan,” katanya.(bbs/rdl/kuh/iro/mos/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/